webnovel

Hari Kompetisi

--------------

"Ngok ngok ngok" suara binatang itu, Hong jatuh terduduk, masih melihat hewan itu dengan mata berkerut, ini pasti keledai seperti yang sering diceritakan Ayahandanya, ia tidak pernah melihatnya sebelumnya karena lembah Jie hanya dipenuhi kuda berpostur tinggi besar dan gagah.

Perlahan dengan antusias Hong bangun dan mendekat, tanpa ragu ia mengelus kepala keledai berwarna putih bercorak coklat itu.

"Hai, kau sedang apa di sini? Kok, ada di sini?"

Hong merundukkan tubuhnya hingga tak menyadari seseorang sudah berdiri di belakangnya.

"Kau yang sedang apa di sini?" Suara itu, Hong terkejut, lagi-lagi ia tidak menyangka ada orang lain selain dirinya di sana, ia menegakkan tubuhnya dan hampir jatuh saat mundur karena tak sengaja menginjak kaki orang yang berdiri terlalu dekat dengannya.

"Duuh"

Beruntung orang itu menahannya, seketika rambut merah Hong kembali tertiup angin dan mengenai wajah pria muda itu, pria muda dengan pakaian dominan hitam dengan wajah tanpa ekpresi.

"Ooh terima kasih"

Hong menegakkan tubuhnya cepat, pria muda itu sempat menahan pinggangnya, wajah pria muda itu terlihat pucat dan cepat-cepat menarik tangannya kembali.

"Eh ha hati-hati"

Hong tersenyum, mundur perlahan memberi sedikit ruang.

"He maaf yah"

Kontan wajahnya yang dingin tadi berubah, senyum Hong tadi membuat ia tidak bisa bergerak di tempatnya, menjadi kaku dan kikuk, pria muda itu menggaruk kepalanya.

"Eh tidak masalah"

"Ini, milikmu?" Tanya HongEr menunjuk pada keledai yang kini santai menikmati rumput dan bunga segar di sekitarnya.

Pria muda itu menggeleng.

"Bu bukan, hanya kebetulan juga melihatnya, eh"

Hong mengamatinya singkat, pria muda itu memiliki tubuh yang atletis, tinggi dengan otot tak begitu terlihat tapi kokoh, mengenggam sebilah pedang menyerupai golok di tangan kanannya dan wajah sedikit mengeluarkan peluh, sepertinya ia baru saja latihan di sana.

Pria muda itu melihat ke arahnya, angin yang berhembus membuat wajah Hong di depannya terlihat lebih menarik karena angin memainkan rambut merahnya dengan gemulai, rambut yang cukup di kenalnya, ia merasa cukup mengenalnya karena akhir-akhir ini selalu membayangkan bagaimana wajah pemilik rambut merah cantik yang mengibas wajahnya saat di rumah makan dulu, dan, ia kini tidak bisa melepaskan pandangannya dari HongEr, ia melihat sosok gadis manis yang sangat lembut dan cantik pada diri HongEr.

Senyum di wajah manis Hong seakan membuat lelah dan rasa bosan yang sejak awal menumpuk di kepala pemuda itu perlahan buyar.

"Eh, apa, yang kau lakukan di sini?" Pemuda itu memberanikan diri bertanya dulu, Hong tersenyum.

"He sedang jalan-jalan saja, menurunkan sarapan pagi he" jawab Hong sambil menepuk perutnya.

Pemuda itu tersenyum geli melihat wajah jenaka Hong, ia imut sekali.

"He, maksudnya, di sini, kediaman SangGuan, apa, kau ikut kompetisi?"

"Oh he, maksudnya di sini, em, hanya tamu, hehe"

DaHuang mengikuti FeiEr yang berjalan cepat ke arah lembah, FeiEr panik saat bangun tadi dan tidak menemukan HongEr di sekitar bungalow, tidak bersama TangYi tentunya karena sepupunya itu pagi-pagi sudah kembali ke istana, ada urusan mendadak.

"Tuan muda mungkin tuan muda Hong sedang di depan bersama nona Ting dan nona Fan, tuan muda Song juga tidak kelihatan mungkin sedang bersamanya"

FeiEr berjalan cepat menelusuri jalan setapak sepanjang padang rumput.

"Apalagi dengan SongEr, itu lebih menakutkan lagi, adik Hong ini, kalau ketemu awas saja ku cubit sampai biru nanti"

Sampai di tengah Padang rumput Fei dan DaHuang menghentikan langkahnya, terdengar suara tawa yang cukup dikenalnya.

"Hehehe Iyah, menurut Hong juga begitu, tapi dia lucu sekali yah kak"

Suaranya berasal dari balik sebuah pohon besar, Fei mendekat cepat,

"HongEr!" Seru Fei.

Hong yang terlibat pembicaraan seru dengan teman barunya menoleh cepat, agak terkejut melihat kakaknya di sana walau ia sudah bisa menduganya.

"Kakak"

Fei mendekat, ia menarik tangan Hong bangun dari duduknya terlebih melihat dengan siapa Hong bicara saat itu, pria muda yang menurut Fei mencurigakan.

"Kau ini, sedang apa di sini? Sejak tadi kakak mencarimu"

Pria muda itu melirik Fei tajam juga DaHuang, Fei dan DaHuang mengamati pemuda di depan mereka seolah bisa merasakan aura yang cukup kuat, aura lawan tangguh.

"Kak kenalkan ini kak PeiHua, ia ikut kompetisi juga kak" seru HongEr.

Fei menarik Hong ke belakangnya.

Melirik pria muda bernama PeiHua itu dari atas kepala hingga bawah kaki, ada emblem cukup dikenalnya menggantung di pinggang pemuda itu, sebuah emblem dengan ukuran menyerupai bulu burung.

"Salam tuan muda, anda, berasal dari mana?" Tanya Fei.

PeiHua, pemuda itu tidak bergeming, ia juga melihat Fei dan DaHuang dari atas kaki hingga bawah kepala, mempererat pegangan di gagang pedang besarnya, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk bertanding.

"Salam tuan muda, saya PeiHua dari Gagak hitam"

Fei dan DaHuang saling berpandangan, sementara Hong yang berdiri di belakang Fei malah mengerutkan dahinya bingung, kenapa tiba-tiba situasi menjadi aneh begini? Pikirnya.

Hari kompetisi akhirnya tiba.

Hari yang ditunggu-tunggu dengan penuh perasaan berdebar para peserta, termasuk salah satunya SongEr yang akhirnya mendapat undangan untuk bertanding.

Ceritanya beberapa hari lalu SongEr berjalan di tengah kota karena pusing ia tidak mendapat posisi karena kuota peserta sudah penuh, ia berniat menumpahkan semua rasa depresinya dengan minum-minum di kedai, tapi baru saja duduk di kedai ia mendengar keributan di pojok, ada yang lebih depresi darinya, seorang pemuda bertubuh kurus yang hampir mabuk, ia berteriak ke semua orang yang hadir apa ada yang mau menggantikan ia menghadiri kompetisi beladiri, ini suatu kebetulan, tentu saja SongEr mau, ini namanya keberuntungan tak terduga, karena pemuda itu menderita sakit pinggang ia tidak percaya diri untuk ikut kompetisi, setelah SongEr bertanya pada panitia soal keabsahan undangan, mereka menyetujuinya karena pemilik juga ikut bersamanya, ini agak aneh sebenarnya, tapi peduli apa, yang penting kini SongEr bisa ikut kompetisi.

Para peserta berdiri di tengah lapangan menunggu hasil penarikan undian untuk lawan mereka masing-masing di babak pertama, sepanjang acara SongEr melirik sekelilingnya, ia mencoba membujuk HongEr untuk melihatnya bertanding, tapi, anak itu tidak terlihat sama sekali batang hidungnya, di mana dia.

..........

Next chapter