webnovel

Belati Merak

---------------

Tak lama kemudian.

Kereta akhirnya berhenti, HongEr memegang kemudi dengan cepat, ia bahkan melukai telapak tangannya yang mulus karena menarik tali kekang kuat, perih dari luka yang masih mengeluarkan sedikit darah membuat ia merintih, tapi dalam kondisi panik seperti itu ia sudah sangat hebat, pikirnya bangga.

Tapi, ini di mana?

Gelap, hanya ada rumah kecil di ujung jalan, dan rombongan kak Fei-nya tidak berhasil mengejarnya, apa keretanya benar-benar sudah berlari cukup jauh?

HongEr mengeluarkan kepalanya dari dalam kereta, walau ia takut tapi ia harus melihat ia ada di mana, di keluarkan belati kecil dari sarungnya, bersiap melindungi diri.

"Sheet"

Ada sesuatu bergerak di semak-semak tak jauh di depannya, apa orang-orang jahat itu mengejar hingga ke sana? Tidak ada kakaknya atau DaHuang bersamanya kini, HongEr menelan ludah bulat, ini cukup menakutkan juga.

"Siapa di sana?" Serunya sambil menghunuskan belatinya, tak ada gerakan apapun, tapi HongEr yakin mendengar sesuatu tadi, ia mendekat kembali, perlahan, selangkah demi langkah, hingga tiba-tiba sesuatu menerjangnya dari dalam semak-semak.

"Akhh!" Menjatuhkan HongEr ke tanah, menindihnya hingga tidak bisa bangun.

"Akh lepaskan" seorang pria, bertubuh agak berat untuk ukuran tubuh kurus HongEr, pria yang mungkin usianya agak tua, ia tak bergerak sambil memeluk sesuatu di dadanya,

"Tolong, tuan aduh berat sekali" HongEr berusaha bangun, ia terjatuh ke tanah hingga belati di tangannya juga jatuh entah kemana, pria yang pakaiannya berlumur darah menutup matanya rapat, ia sudah tidak bernyawa, HongEr tidak mendengar suara napasnya sedikitpun.

Dengan sekuat tenaga HongEr menggeser tubuh pria itu, berusaha bangun, benda yang ada dipelukan pria itu terjatuh, sebuah kotak berukuran sedang, dan seketika terbuka saat membentur tanah.

"Brukk"

HongEr berusaha menintip apa benda yang mencuat keluar tersebut, sesuatu yang berkilauan. HongEr baru akan mengambil isi kotak tersebut saat terdengar suara angin seperti tebasan pedang melewatinya.

"Shett!!"

Ia menghindar cepat, menarik tubuhnya dari seseorang berpakaian dan cadar hitam menyerangnya, menghunuskan pedangnya panjang ke arah HongEr.

"Ahhh!"

HongEr berguling berlindung di balik tubuh pria yang sudah tewas tadi, orang itu kembali mengayunkan pedangnya dengan agresif, HongEr mengambil isi dalam kotak cepat dan menahan pedang itu yang kini tepat ada di atas kepalanya

"Kakak!" Hong berteriak spontan.

Ini gila, HongEr tidak bisa membela diri, benda tersebut menyerupai sebuah belati kecil, bergagang dan bersarung emas, walau berhasil menahan pedang tapi tangan HongEr tak lepas dari goresan, darah segar menetes hingga ke permukaan belati tersebut.

"Kakak!" HongEr tak bisa menahan lebih lama lagi, ia berusaha menghindar, ada kesempatan saat orang itu kembali menarik pedangnya hendak maju, HongEr menarik gagang belati itu keluar dari sarungnya dan menghunuskannya ke paha orang itu.

"Akkh"

Kesempatan HongEr untuk melarikan diri, tapi orang itu tidak melepaskannya, ia maju dengan kaki pincang ke arah HongEr, tak ada tempat lagi menghindar hingga HongEr hanya bisa terpojok.

Ia jatuh saat pria itu merangsek ke arahnya, ada posisi terbuka, dalam waktu begitu singkat HongEr harus berpikir cepat, ia menghunuskan belatinya ke arah perut pria itu dan menusuknya dalam.

"Akkhh!"

Keduanya mematung, napas HongEr tersengal-sengal, ia pasrah saat orang itu kemudian jatuh tepat di atas tubuhnya, menindihnya.

"Ekh"

Buk buk buk buk!! Suara derap kaki.

"HongEr!" Suara FeiEr, ia dan rombongan mendekat cepat ke arah HongEr, DaHuang langsung menarik tubuh pria yang sudah tak bergerak itu dari tubuh HongEr.

"Hong!" FeiEr memeriksa HongEr yang jatuh dengan darah terlihat di pakaian depannya, matanya membelalak lebar dengan memegang belati berlumur darah di kedua tangannya.

"K kak"

FeiEr memeriksa tubuh HongEr melihat ia terluka apa tidak, ia tidak terluka, itu bukan darahnya, FeiEr lega.

"Hoh kau ini"

"Kak HongEr..HongEr membunuhnya, kak" Suara HongEr bergetar karena takut.

Belati itu terjatuh dari tangan HongEr, FeiEr memeluknya sambil melirik DaHuang yang memeriksa tubuh pria itu.

"Ia belum mati"

HongEr memeluk FeiEr erat.

"Kakak HongEr tidak sengaja, ia menyerang HongEr kak"

FeiEr mengelus punggung HongEr ,

"Tidak apa Hong itu bukan salahmu, ayo bangunlah lihat dirimu"

-------------------------------------

Tak lama kemudian rombongan menuju ke penginapan, setelah semua yang terjadi tiba-tiba semua membutuhkan istirahat yang nyaman.

FeiEr baru selesai membalut luka di pergelangan tangan HongEr saat DaHuang masuk dengan membawa mangkuk obatnya.

"Ini obatnya sudah siap"

HongEr dan FeiEr duduk di depan meja, sementara belati bergagang dan sarung emas dengan bentuk dan ukiran unik itu diletakkan di atas meja.

"Aww sakit kak"

FeiEr menahan tangan HongEr agar tidak pergi.

"Sudah tahan dulu, ini lukanya cukup dalam"

DaHuang mengamati belati yang sudah dibersihkan dari darah tadi.

Bentuk ukiran yang sangat indah, detail yang sempurna, ada beberapa batu kecil menyerupai jambrud di sarungnya, berwarna merah dan ungu, ukiran menyerupai kepala burung di gagangnya, warna emasnya memantulkan cahaya yang menyilaukan.

"Ini bagus sekali, dapat darimana tuan muda?" Tanya DaHuang, ia meminta ijin HongEr untuk mengangkatnya melihat lebih dekat.

"Silahkan kak"

"Waah ini bukan senjata sembarangan, bagus sekali"

"Kau dapat dari mana?" Tanya FeiEr.

"Itu, pria yang sudah meninggal itu memeluk kotak yang isinya ternyata belati itu, HongEr tidak berniat mengambilnya tapi tadi kondisinya terjepit, tidak ada pilihan lain"

DaHuang berusaha menarik belati itu dari sarungnya, tapi tidak bisa, sedikitpun tidak bergeming.

"Loh, ini sepertinya nyangkut tuan muda, tidak bisa dikeluarkan"

Ia mencoba berapa kali, tapi belati itu tidak bergerak menempel erat di sarungnya, FeiEr mengerutkan dahinya, ia yang memasukkan belati tersebut tadi ke sarungnya, ia berdiri dan mengambil belati itu dari tangan DaHuang.

"Tadi bisa kok, mungkin kau salah menariknya"

FeiEr mencoba mengeluarkan belatinya, tapi ia juga tidak bisa menariknya keluar, tidak bergeming sama sekali.

"Ini aneh sekali"

Tapi FeiEr penasaran, belati begitu bagus, masach hanya dipakai sekali saja?

"Hong tadi kau bagaimana menariknya bisa keluar?"

FeiEr menyerahkan belati itu pada HongEr, tak butuh banyak tenaga karena tangan HongEr juga terluka, ia menarik belati itu begitu mudah dari sarungnya.

"Srett"

"Begini kak"

FeiEr dan DaHuang terpaku, keduanya masih tak percaya, apa teknik yang dimiliki HongEr bisa menarik belati itu dengan mudah dan mereka tidak?

HongEr memasukkan belati itu kembali ke sarungnya dan menyerahkannya pada FeiEr.

"Ini kak"

FeiEr mencoba menariknya lagi, dan ia tetap tidak bisa begitu juga DaHuang, ia mencoba lagi tapi tidak bisa mengeluarkannya.

DaHuang menyerahkan belati itu pada HongEr kembali.

"Ini tuan muda, bagaimana cara anda menariknya?"

HongEr yang kini seakan tidak percaya, dua orang kakaknya seperti mengetesnya.

"Ini mudah sekali kak, begini caranya" sekali lagi HongEr begitu mudah menarik belati itu, FeiEr dan DaHuang saling berpandangan.

"Ini aneh sekali tuan muda, kenapa hanya tuan muda Hong yang bisa menariknya keluar?"

HongEr menggembungkan mulutnya, merasa dua kakak di depannya sengaja menggodanya, mana mungkin dua pendekar nomor satu dan berbakat di depannya tidak bisa mengeluarkan sebuah belati kecil dari sarungnya, mereka pasti bergurau, pikirnya.

FeiEr mengambil belati itu dari tangan HongEr.

"Sini, coba kak LuYan bisa mengeluarkannya apa tidak"

-------------------

Next chapter