"Jika kau berhasil menyatukan kami di pernikahan, maka kau tidak perlu takut tentang keselamatanmu dan juga Bee." Spider memandang teguh kepada Hans. Matanya yang dalam itu memercikkan api keseriusan yang menggelora.
"Memang siapa Paman? Menguasai lima benua adalah hal terkonyol yang pernah kudengar." Hans berdecih. Anak lelaki itu menyisiri pakaian Spider.
Dimulai dari rambut Spider yang dicukur agak tipis. Rambut itu diberi minyak rambut yang wangi, padahal parfum Spider sudah sangat wangi. Lalu Hans memeriksa pada pakaian Spider.
'Hanya kemeja putih yang dirangkap oleh mantel panjang. Selebihnya dia tidak memakai aksesoris seperti jam tangan dan sebagainya. Apa dia berusaha menipuku?' kata Hans di dalam pikirannya sendiri.
"Saat ini mungkin kau berpikir bahwa perkataanku hanya omong kosong belaka. Tapi jika kau mau mengambil perjajian ini maka aku tidak akan segan menunjukkan siapa diriku yang sebenarnya." Spider menguatkan dirinya. Nasibnya dia serahkan pada seorang anak lelaki berusia dua belas tahun.
Keputusannya amat bulat. Dia tidak pernah seingin ini untuk mencapai sesuatu.
"Baik, aku akan mengambil perjanjian ini. Aku akan membantu Paman untuk mendapatkan Kak Luci sampai pada tahap pernikahan. Mari berjabat tangan!" Hans mengulurkan tangannya yang mungil.
Tangan itu bahkan terlihat layu dan pucat. Tapi keteguhan hati Hans untuk membuat Luci bahagia terlihat lebih kuat dari pada kekuatan tubuhnya sendiri yang saat ini sudah semakin lemah karena penyakitnya.
"Perjanjian dengan orang dewasa membutuhkan dokumen, Anak Kecil. Kita harus menuliskan semuanya pada lembar hitam di atas putih." Spider memandang tajam pada Hans.
"Baik, aku akan mengambilkan kertas. Kita bisa membuat perjanjian di sana."
"Tidak perlu!" Spider mencegah Hans sembari mengangkat tangannya di udara. Saat ini Spider tengah menelepon seseorang.
"Halo, Max, pergi ke sini dan bawa seperangkat mesin cetak dan computer! Aku memberimu waktu sepuluh menit saja," ujar Spider dengan dingin lalu menutup telepon.
Seketika atmosfir di dalam ruangan itu menjadi membeku dan mengerikan. Bahkan Hans sempat beringsut karena ketakutan.
'Dia adalah monster,' lirih Hans di dalam hatinya sendiri.
Tak berapa lama Max pun datang. Perawakannya tinggi hampir menyamai Spider. Tapi tubuhnya langsing dan tidak kekar. Max mengenakan jas seperti seorang body guard. Wajahnya penuh berewok dengan mata yang sangat tajam. Tapi ketajamannya tidak bisa mengalahkan Spider.
Max membawa beberapa orang yang sedang menggotong pinter dan laptop di tangan masing-masing. Ada juga yang membawa tinta dan kertas. Setelah semua perlengkapan dibawa masuk , orang-orang itu keluar kecuali Max.
"Max, ketik semua poin yang akan kami bicarakan! Setelah itu cetak dan tempeli dengan materai!" perintah Spider dengan sangat galak. Suaranya yang berat itu bahkan mengagetkan Hans beberapa kali.
Padahal saat Spider berbicara dengan Hans tadi, suaranya seperti seorang lelaki yang sedang berada di bawah pengaruh minuman keras, begitu halus dan rendah.
Max mengangguk. Lelaki itu menarik sebuah kursi lain untuk mendekati meja yang berada tak jauh dari ranjang Spider. Max sudah siap mengetik.
"Tugas pihak kedua – yakni kau Tuan Hans – kau hanya perlu membuatku bersatu dengan Bee sampai pernikahan." Spider berkata lantang pada Hans.
Max tadinya tidak paham perjanjian jenis apa yang dimaksud oleh ketuanya itu. Tapi setelah mendengar nama Bee disebut, Max mulai paham ke arah mana topik membicarakan ini akan menuju.
"Tugas pihak pertama – yakni aku Tuan Sthephen Diamond – aku akan melindungimu dan Bee sampai kapan pun. Perjanjian ini akan terus berlangsung hingga seumur hidup." Spider melirik sebentar kepada Max demi memastikan bahwa Max bekerja dengan baik.
"Ada yang perlu ditanyakan? Karena setelah ini kita akan menandatangani sebuah dokumen amat penting dan amat rahasia." Spider memajukan wajahnya pada Hans untuk memberi penekanan pada anak lelaki itu, bahwa saat ini perjanjan itu adalah hal yang sangat serius. Jadi jika Hans memiliki niat untuk mundur maka lebih baik Hans membuang niat itu jauh-jauh.
"Apa ada pantangan dari perjanjian kita? Atau jika kita melakukan sesuatu maka perjanjian ini bisa batal?" Hans pun berkata serius. Anak lelaki itu sepertinya juga tidak ingin mundur. Hans sudah merasa lelah untuk menjadi beban orang lain saat ini.
Jika nanti Spider bisa mendapatkan Luci, maka Hans bisa membuat Luci untuk berhenti mengurusi Hans 100%, karena Spider akan menanggung semuanya.
Sementara tugas Spider untuk menanggung semua kebutuhan Hans dan Luci telah Hans bayar dengan cara membantu Spider untuk mendapatkan Luci. Jadi harusnya tidak ada hutang di sini.
"Perjanjian tidak akan batal sampai kapan pun karena perjanjian ini akan berlaku seumur hidup. Jadi pastikan dirimu siap untuk membujuk Bee agar dia mau mencintaiku dan mau menikah denganku!"
"Tapi bagamana jika kau melukai Kak Luci?"
"Aku tidak akan melakuannya."
"Semua bisa saja terjadi. Jika kau melukai Kak Luci maka perjanjian ini batal. Kau harus melepaskan Kak Luci."
"TIDAK AKAN!" berang Spider tanpa sadar. Matanya membara dengan urat wajah yang menonjol ke mana-mana.
Max sudah terbiasa dengan teriakan Spider, oleh karenanya lelaki itu hanya diam tanpa ekspresi di depan layar monitornya. Tapi tidak dengan Hans. Anak itu melompat karena saking kagetnya. Jantungnya berdebar keras sekali. Wajahnya sudah dipenuhi oleh bulir keringat karena keterkejutannya. Tapi untung Hans masih bisa bertahan.
"Kenapa Paman menyeramkan sekali? Kalau Kak Luci Paman sakiti bagaimana?" Hans sekarang malah berteriak dan menuntut Spider.
"Hey, Anak Kecil, jika Bee menjadi milikku dia akan menjadi ratu dari lima benua. Kecurigaanmu itu tidak berdasar!" Spider balik menyerang Hans. Lelaki itu berkacak pinggang dengan kesal.
"Kak Luci akan menjadi ratu di lima benua, tapi kalau Paman membentaknya itu sama saja!" Hans tidak mau mengalah. Setelah memulihkan detak jantungnya karena kaget anak lelaki itu pun berteriak.
"Aku tidak akan membentaknya. Aku hanya akan membentak orang lain!" Spider ikut-ikutan berteriak.
"Siapa yang akan percaya?"
"Kenapa kau tidak mau percaya?" Spider bersungut-sungut.
"Karena Paman suka sekali membentak!" Hans hampir bangkit dari tempat tidurnya. Tapi karena telalu lemah di kembali tertidur.
"Kau tidak tau! Kau tidak akan pernah tau!" Spider berdiri dan membuat gerakan seolah kepalanya meledak.
"Ya ya, aku tau!"
"Tidak, sama sekali!"
"Aku tauuuuu!" Hans mulai melotot.
"Tidaakkk!"
Kedua orang itu masih bertengkar seperti dua anak kecil yang berebut mainan. Max tersingkirkan bersama layar monitornya yang sudah mati. Max memandang dua orang yang bertengkar di depannya itu dengan bosan.
Di saat Spider dan Hans hampir saling memukul kepala satu sama lain, pintu kamar rumah sakit itu pun terbuka. Seseorang masuk dan langsung mematung ketika melihat Hans dan Spider saling mencengkeram kerah baju dan terlihat hampir saling meninju wajah.
Orang yang baru datang itu adalah Luci.
"Eh, kalian sedang apa?" tanya Luci dengan mata berkedip bingung.
Spider dan Hans membeku di tempatnya. Hanya mata mereka saja yang saling melirik dan melempar kode. Tapi pada akhirnya baik Spider maupun Hans memutuskan untuk saling berpelukan erat demi menutupi pertengkaran mereka.
"Hehe, Paman Diamond yang tampan dan baik." Hans meringis sembari menepuk bahu Spider.
"Anak Kecil sakit-sakitan yang manis." Spider terpaksa tersenyum. Tangannya pun memukul pelan kepala Hans. Tapi di balik itu semua, kedua orang itu sedang bertempur menggunakan telepati.
***