Benar, Tedy adalah partner Luci. Selama ini Tedy-lah orang yang memberikan penyamaran sempurna milik Luci seperti topeng wanita kaya yang digunakan Luci untuk menjalankan misi dengan Alan.
Tedy juga bisa meniru pembuatan perhiasan yang Luci kenakan itu. Semuanya, Tedy bisa meniru semuanya dengan sangat baik.
Saking baiknya hasil pekerjaan Tedy, bahkan orang-orang ahli saja terkadang susah untuk mengetahui keaslian perhiasan yang dibuat oleh Tedy.
Oleh karenanya, karena kemampuan tangan dewa miliknya Tedy harus memastikan orang seperti apa yang akan membeli barang pekerjaannya. Dan apakah barang-barang itu akan diperguankan untuk kejahatan atau tidak.
"Kau ingin membicarakan apa denganku?" Tedy masih saja tersenyum, karena lelaki itu tidak pernah tau bahwa topengnya sudah dijual oleh Luci.
"Apa topengku dicakar oleh pacarnya klienmu? Ada kerusakan? Tidak perlu khawatir, aku akan memperbaikinya," lanjut Tedy lalu menghentikan laju rodanya ketika melihat lampu merah menyala.
"Eh, sebaiknya kita bahas di flatku saja. Oh ya, bisakah kau menurunkanku di taman kota?" tanya Luci dengan wajah kecut dan tidak enak.
"Kenapa? Bukankah kau ingin pulang?" Tedy mengerutkan keningnya. Dahinya yang halus dan sehat itu mengkerut.
"Aku meninggalkan sepedaku di sana," tukas Luci dengan wajah tersipu malu.
Mendengar jawaban tidak terduga milik Luci, Tedy pun terkikik tanpa henti.
Mobil yang dikendarai Tedy berjalan dengan mulus. Tedy itu tipikal orang yang suka berjalan hati-hati. Dia juga orang yang perfeksionis. Tapi walau begitu dia adalah lelaki yang baik.
Mobil Tedy sempat berhenti di taman kota, sama seperti permintaan Luci. Gadis itu pun turun untuk mengambil sepedanya dan hampir mengendarainya. Tapi sebelum itu terjadi Tedy sudah mencegahnya.
"Masukkan saja ke bagasi mobilku, Lu!" perintah Tedy sembari mengeluarkan kepalanya dari jendela lagi.
"Tidak apa-apa aku bisa mengendarainya sendiri." Luci melakukan itu karena merasa tidak enak dan juga merasa begitu bersalah kepada Tedy.
Apalagi setelah topeng dan semua pekerjaan milik Tedy sudah Luci jual kepada Alan. Tapi mau bagaimana lagi Alan memaksanya malam itu.
"Jika kau menolaknya berarti kau bukan keponakan iparku lagi." Tedy melengos pura-pura marah
Walaupun Luci dan Daniel belum menikah, tapi semasa Luci menjadi kekasih Daniel, Tedy selalu menggoda Luci dengan sebutan keponakan ipar.
Bahkan setelah Daniel meninggal pun Tedy terkadang masih menggoda Luci dengan sebutan itu. Tedy adalah orang yang selalu baik kepada Luci.
"Baiklah, aku menyerah." Luci menunduk sembari menuntun sepeda miliknya. Lantas gadis itu memasukkan sepedanya di dalam garasi mobil Tedy.
Setelahnya Luci pun berjalan untuk memasuki mobil Tedy, dan mereka berada pada perjalanan kembali untuk menuju flat milik Luci.
Lagi-lagi roda mobil Tedy berdecit untuk berhenti. Mobil itu sudah berhenti di pelataran flat kumuh di mana Luci tinggal.
Di dalam hati Tedy merasa miris dengan keadaan Luci. Padahal Luci bisa tingal di tempat yang lebih baik.
Tapi gadis itu bersikeras tinggal di tempat murah ini, agar uang yang dia kumpulkan bisa digunakan untuk membiayai pengobatan Hans, dan juga hutang-hutang dari kakak iparnya, Tante Arum.
"Kau mau minum apa nanti?" tawar Luci sembari keluar dari mobil Tedy.
Gadis itu melangkahkan kakinya yang ringan untuk menuju kamarnya di lantai dua sembari memegang dokumen di tangannya.
Namun belum sempat Luci bergerak lagi, langkahnya terhenti setelah melihat seseorang.
Orang tersebut berdiri mematung di depan flat milik Luci. Mantelnya yang besar dan kokoh berkelebat di tengah malam. Matanya begitu tajam dan terlihat marah. Itu Spider.
"Ider, kau datang lagi?" tanya Luci dengan gembira lalu berlari untuk menghampiri Spider.
Tapi lelaki itu belum menjawab. Spider terlalu fokus kepada mobil yang dikendarai Luci.
Kemudian Spider beralih menatap kepada lelaki berkacamata yang mengemudikan mobil itu, yang saat ini sedang mengeluarkan sepeda milik Luci lalu meletakkan sepeda itu di suatu pojok pada bangunan.
Spider menatap Tedy dengan tatapan penuh kompetisi dan tidak suka.
"Siapa dia?" dingin Spider dengan matanya masih mengawasi pada Tedy.
Tedy pun tersenyum ketika melihat Spider. Tapi lelaki yang Tedy senyumi itu sama sekali tidak menunjukkan raut persahabatan. Tedy merasa berada di dalam situasi yang aneh dan tidak benar.
"Ah, dia Tedy, partner kerjaku." Luci menjelaskan dengan bingung.
Sebenarnya hubungan Luci dengan Tedy lebih jauh dari itu. Mereka berdua kan bisa dibilang ipar, yah walaupun Daniel sudah meninggal.
"Halo, namaku Tedy." Tedy mengulurkan tangannya. Wajahnya mengembang dengan manis dan lucu seperti sebuah boneka beruang yang memiliki pipi yang cerah dan merah.
Awalnya Spider ragu untuk menjabat tangan Tedy karena di dalam hatinya sendiri Spider sudah dilahap oleh kecemburuan.
Tapi Spider harus menahan dirinya, Spider tidak boleh terlihat posesif. Karena bisa saja nanti Luci kabur karena ketakutan.
"Spider," tegas Spider dengan sangat dingin.
Bagi beberapa orang yang memiliki pengaruh di kota mereka pasti akan tau siapa itu Spider.
Dari suaranya saja pasti mereka tau bahwa Spider itu adalah anak angkat dari Mike Diamond, raja dari mafia yang sudah menguasai tiga benua.
Dan dengan di bawah kepemimpinan Spider dominasi mereka sudah merajai lima benua.
Spider juga termasuk orang yang sangat kejam dalam masa kepemimpinannya. Bahkan kebengisan Spider bisa mengalahkan ayah tirinya yang sudah dikenal dengan raja mafia terbengis dalam satu dekade penuh.
Tapi karena Tedy orang biasa, maka Tedy tidak bisa mengenali Spider.
"Eh, silakan masuk." Luci mempersilakan karena merasakan atmosfir berubah menjadi dingin dan aneh.
"Oh, aku minta cola saja, Lu," teriak Tedy dengan mengangkat telunjuknya di udara. Tedy baru saja teringat kalau tadi Luci menawari minuman ketika keluar dari mobil.
"Dia juga ikut masuk?" Spider membentak pada Luci dengan mata melotot karena saking marah sekaligus terkejut.
Tapi ketika melihat wajah kaget dan ketakutan dari Luci, Spider pun menurunkan nada suaranya menjadi sangat lembut. "Maksudku, tidak baik membawa lelaki ke kamarmu, Bee," lirih Spider dengan memandang penuh sayang kepada Luci.
"Eh, dia bukan seorang lelaki di mataku. Dia rekan kerja kok. Ayolah, kalian berdua masuk." Luci melambaikan tangan untuk mengundang dua orang lelaki yang masih saling pandang itu untuk mengikutinya.
Spider memandang Tedy tidak suka, sementara Tedy memandang Spider dengan curiga.
'Siapa dia? Sepertinya dia menyukai Luci,' batin Tedy di dalam hatinya.
Akhirnya kedua lelaki itu pun mengikuti Luci. Yang pertama adalah Tedy yang berjalan duluan karena merasa sedikit takut keapda Spider.
'Orang yang jatuh cinta itu akan lebih mengerikan daripada seekor harimau yang sedang kelaparan,' batin Tedy lagi.
Mereka bertiga menaiki tangga untuk menuju ke lantai dua, tempat di mana kamar Luci berada. Luci yang berjalan di depan akhirnya memasukkan kunci ke dalam lubang pada pintu kamarnya.
Setelah pintu terbuka Tedy masuk tanpa canggung karena memang lelaki itu sudah terbiasa masuk ke dalam kamar Luci demi mendiskusikan tentang perlengkapan penyamaran untuk Luci, karena jika mereka melakukannya di toko Tedy bisa-bisa nanti Amy tau dan malah mengamuk.
"Jadi di mana kau menyimpan kesayangan kita?" tanya Tedy tanpa rasa bersalah.
Tedy dan Luci memang sering menggunakan kode untuk menyebutkan beberapa benda agar orang lain tidak pernah tau transaksi macam apa yang Luci lakukan dengan Tedy.
Kesayangan kita yang dimaksud Tedy adalah semua perlengkapan menyamar Luci yang sudah dibuatkan lelaki itu untuk Luci.
Tapi nampaknya ada orang yang salah paham di sini, yakni Spider.
Wajahnya yang biasanya selalu senang dan gembira ketika bersama Luci kini berubah menjadi kelabu dan bahkan sangat gelap. Kebengisan di matanya sudah mulai tumbuh.
Alhasil Spider maju dan meraih kerah kaos milik Tedy. Spider lalu mengangkat tubuh Tedy yang agak lebih pendek darinya itu.
"Ada hubungan apa kau dengan Bee-ku?" bengis Spider dengan mata membara.
***