webnovel

Melawan Ranah Inti Emas I

Sementara tiga orang tersebut asyik bertengkar dengan argumen mereka masing - masing satu sama lain, Vivadhi Ranata dan Saladhina Olivia saling menatap sebentar sebelum mereka akhirnya memutuskan untuk diam - diam menyelinap pergi dari tempat tersebut.

Ketiga orang tersebut jelas - jelas bukan lah orang baik - baik, lebih baik segera menghindar dan pergi dari tempat tersebut!

Tapi tentu saja, dengan tiga orang kultivator dan pendekar yang sudah berada di Ranah Inti Emas, apa kah mungkin bisa pergi menyelinap kabur dari mereka semudah itu?

"Hei, tunggu, dasar anak - anak tidak sopan. Apa kalian tidak punya rasa hormat pada Tetua kalian, hah!?" Teriak si Botak cabul kepada Vivadhi Ranata dan para kekasihnya yang sudah membelakangi mereka bertiga dan dengan segera akan pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Hm? Kenapa kalian semua diam - diam mau pergi dari sini? Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu?" Tanya si Pria Karsimatik nan Playboy sambil matanya menatap tajam terutama kepada Vivadhi Ranata dan Saladhina Olivia.

["Lelaki ini tidak kalah gantengnya dari saya, dan lagi sepertinya dia punya hubungan khusus dengan Nona Olivia, dilihat dari seberapa dekatnya mereka dan bagaimana mereka sepertinya memiliki pengertian terhadap pemikiran masing - masing. Kalau aku tidak salah mengerti, bisa jadi lelaki ini adalah murid atau bahkan kekasihnya Nona Olivia."] Pikir si Pria Karismatik di dalam hatinya ketika melihat ketampanan yang dimiliki oleh Vivadhi Ranata.

Dan tentu saja, jika si pria Karismatik bisa berpikir demikian, maka si Pria Tua Berjubah Hitam yang jelas - jelas adalah orang yang lebih banyak menggunakan otaknya daripada ototnya juga mampu memikirkan hal yang sama.

Sementara si Botak Cabul itu.... yah..., kelihatannya orang tersebut adalah makhluk tak berotak yang cuma bisa memakai ototnya saja.

"Hm? Kalian mencoba menyembunyikan sesuatu? Hehhh.... Kalau tidak salah kalian tadi dari arah situ kan?" Tanya si Botak Cabul sambil menunjuk ke arah tempat dimana tadi terjadi Fenomena Supranatural yang membuat Vivadhi Ranata dan para kekasihnya naik level.

Oke, penulis tarik kata - kata penulis tadi, ternyata si Botak Cabul ini masih bisa memakai otak rupanya....

Dan tatkala kedua orang yang lain mendengar kata - kata si Botak Cabul tersebut, baik si Tua Berjubah Hitam mau pun si Playboy Karismatik pun langsung mengambil posisi siap tempur dan melesat mengepung mereka dari arah yang berbeda.

"Hm? Para Tetua? Apa maksudnya ini semua?" Tanya Saladhina Olivia kepada para Tetua yang mengepung mereka.

"Jangan pura - pura tidak tahu, jawab! Kalian tadi pasti dari sana kan? Segera serahkan harta yang kalian temukan sekarang!" kata si Pria Tua Berjubah Hitam sambil menjulurkan tangannya dengan telapak yang terbuka seperti seorang pengemis yang memaksa meminta sedekah.

"Harta?" Tanya Vivadhi Ranata dan para kekasihnya sambil saling menatap satu sama lain.

Dan tidak butuh waktu lama hingga mereka akhirnya mengerti letak kesalahpahaman tersebut hingga Vivadhi Ranata pun tertawa terbahak - bahak sementara para kekasihnya hanya menahan tawa kecil mereka sambil menutup mulut dengan tangan masing - masing.

Ah, seperti nya Fenomena Supranatural yang baru saja mereka alami telah salah dipahami oleh orang - orang tersebut sebagai Fenomena munculnya Harta Spiritual.

Tapi maklum saja, dengan luapan gelombang energi spiritual yang begitu luar biasa membanjiri daerah tersebut, maka tidaklah heran kalau orang - orang salah mengira fenomena tersebut yang memang tergolong langka dan umumnya menjadi tanda akan munculnya sesuatu yang luar biasa.

Melihat para pemuda dan pemudi tersebut sedang tertawa, maka tentu saja membuat para tetua tersebut merasa dipermalukan karena mereka yakin kalau mereka lah yang sedang ditertawakan oleh gerombolan anak - anak muda tersebut.

Namun si Pria Karismatik masih bisa bersabar apalagi lelaki tersebut juga menyimpan hasrat di dalam hatinya untuk bisa menikmati para wanita muda yang menemani Vivadhi Ranata yang semuanya adalah gadis - gadis yang masih muda dan cantik penuh pesona.

Telah tak terhitung banyaknya wanita yang telah dinikmati tubuhnya oleh si Pria Karismatik tersebut.

Namun untuk menemukan wanita yang kecantikannya bisa menandingi salah satu dari sekumpulan gadis - gadis cantik yang sedang berkumpul di hadapannya dengan hanya ditemani oleh seorang pria?

Jumlahnya hanya bisa dihitung dengan jari.

Si Tua Berjubah Hitam dan si Botak Cabul juga memiliki pikiran yang sama dengan si Playboy Karismatik.

Setelah mereka mendapatkan harta berharga yang mereka cari - cari, kedua orang tersebut berniat untuk menggunakan kekuatan mereka masing - masing untuk dapat menikmati keindahan tubuh para gadis muda nan cantik jelita di hadapan mereka dengan sepuas - puasnya.

Terutama sekali dengan Saladhina Olivia yang namanya sudah terkenal di kalangan penekun ilmu gaib dan para pendekar dunia persilatan sebagai gadis muda berbakat yang mampu meraih Ranah Setengah Jindan di umur 30 tahun sendirian tanpa bernaung dalam Sekte mana pun.

Ketiga orang tersebut masing - masing sudah dapat membayangkan bagaimana nikmatnya bisa menaklukkan gadis cantik yang umurnya tidak sampai sepertiga dari umur mereka tersebut di selangkangan mereka.

Saladhina Olivia yang tentu saja dapat merasakan niat busuk dari ketiga orang tersebut langsung cemberut mukanya dan menatap mereka dengan tatapan masam.

Namun sebelum Saladhina Olivia hendak berkata - kata, sang gadis merasakan ada sebuah telapak tangan yang terasa begitu hangat menepuk lembut bahunya.

Tahulah sang gadis bahwa lelaki yang telah menjadi kekasihnya kini sudah berdiri di sampingnya dan hendak menenangkan dirinya yang merasa tidak nyaman akibat tatapan mesum ketiga orang lelaki tua di hadapan mereka.

"Harta? Harta apa? Tidak ada Harta apa - apa disana." Kata Vivadhi Ranata mencoba meluruskan kesalahpahaman mereka terlebih dahulu.

"Hmph, bocah, kamu kira bisa membohongi kami semua, hah? Tidak mungkin tidak ada apa - apa disana. Kamu kira kami semua tidak ada yang bisa merasakan apa yang terjadi disana tadi!?" Hardik si Pak Tua Berjubah Hitam.

Next chapter