webnovel

Malam Pertama di Alam Liar V

Saladhina Olivia mencoba meraih tombak pusaka Vivadhi Ranata yang terasa sangat panas bercampur nikmat setiap kali senjata biologis tersebut menyentuh kulitnya yang halus dan lembut tersebut.

Namun Vivadhi Ranata menghindar dengan gerakan pinggulnya sambil tersenyum nakal mencoba menggoda sang gadis yang semakin lama semakin berkobar – kobar hasrat nafsunya.

Akhirnya Saladhina Olivia dengan cekatan memegang tangan sang lelaki.

Tiada rotan, akar pun jadi.

Tiada tombak, jari pun jadi.

Maka dengan penuh hasrat, Saladhina Olivia pun membimbing tangan lelaki yang telah ditangkap oleh dirinya tersebut untuk menusuk-nusuk daerah paling pribadi miliknya yang telah begitu basah membanjir tersebut.

Saladhina Olivia sendiri seakan – akan sedang kesetanan sambil menunggui lubang cintanya untuk segera dimasuki oleh jari - jemari sang lelaki.

Tetapi Vivadhi Ranata malah kembali berkonsentrasi pada kedua belah payudara dan puting susu sang gadis.

Dengan penuh gairah, sang lelaki menjilati kedua ujung puting susu milik Saladhina Olivia.

Vivadhi Ranata secara bergantian mengelus – elus kedua ujung puting susu sang gadis dengan lidahnya, sambil sesekali menyedot kedua puting sang gadis yang telah mengeras tersebut dengan perlahan - lahan sementara Saladhina Olivia melenguh - lenguh dengan mulutnya yang terbuka lebar – lebar dan tubuh indah sang gadis kembali menggelinjang-gelinjang dengan begitu binalnya di dalam pelukan Vivadhi Ranata.

Vivadhi Ranata membimbing tubuh gemulai sang gadis yang sudah lemas tak berdaya tersebut untuk jatuh dengan perlahan – lahan di atas alas kemah mereka.

Akhirnya Saladhina Olivia sudah benar – benar tak sabaran lagi.

Kedua tangan sang gadis dengan cepat melucuti celana panjang yang dikenakan oleh sang lelaki.

Sang lelaki yang tidak mengenakan celana dalam spontan saja langsung telanjang di bagian bawah tubuhnya.

Saladhina Olivia kemudian dengan ketangkasan tangannya menggenggam-genggam batang tombak pusaka sang lelaki yang telah menjadi begitu keras dan panas, berkedut – kedut seolah – olah siap untuk meledak kapan saja.

Vivadhi Ranata serasa melayang ke langit ke-tujuh melihat apa yang telah dilakukan oleh Saladhina Olivia.

Sebagai seorang laki - laki, tentu saja Vivadhi Ranata telah membayangkan akan seperti apa jadinya kalau – kalau Saladhina Olivia yang baru saja bertemu dengannya sore itu juga bergelayut memeluk dan merangkul tubuhnya.

Bahkan sepintas Vivadhi Ranata telah membayangkan seperti apa rasanya jika tangan sang gadis yang putih mulus tersebut dengan jari - jemarinya yang begitu indah mengelus - elus tombak pusaka yang dimiliki oleh dirinya.

Atau bagaimana jika sang lelaki menjilati kedua puting susu sang gadis, sementara Saladhina Olivia di dalam pikiran Vivadhi Ranata dibayangkan kalau saat itu sedang mengenakan baju tipis.

Hanya saja, selama beberapa jam mereka telah bertemu, Vivadhi Ranata hanya berani membayangkan, karena Vivadhi Ranata masih menghormati Saladhina Olivia sebagai seorang wanita yang memiliki martabat dan harga diri.

Apalagi gadis itu juga adalah seorang kultivator yang telah berlatih selama 30 tahun hingga mencapai tingkat yang tidak bisa dicapai oleh orang – orang lain yang seumuran dengannya.

Namun rupanya takdir berkata lain.

Baru sore hari mereka berdua telah bertemu, malam itu juga sang gadis sudah langsung klepek – klepek dalam gelora gairah hasrat nafsu birahi bersama dengan sang lelaki.

Saladhina Olivia langsung membalikkan badannya, tubuhnya yang indah kini berbalik menindihi tubuh perkasa sang lelaki yang sedari tadi telah meniduri dirinya.

Vivadhi Ranata dan Saladhina Olivia kini berada di Posisi Enam Sembilan, dengan sang gadis berada di atas dan sang lelaki berada di bawahnya.

Kemudian paras wajah Saladhina Olivia yang cantik bergerak semakin turun ke bawah hingga akhirnya berhadap - hadapan dengan selangkangan Vivadhi Ranata.

Lalu dengan tatapan mata penuh rasa takjub dan kagum melihat kemegahan yang dimiliki oleh tombak pusaka milik sang lelaki, Saladhina Olivia yang telah menelan ludahnya membuka bibirnya yang manis dan mengarahkan mulutnya semakin mendekat menuju ujung batang tombak pusaka yang bertahta di tengah – tengah selangkangan Vivadhi Ranata.

Dengan tanpa basa-basi lagi, Saladhina Olivia mulai mengulum ujung tombak milik Vivadhi Ranata yang terasa begitu besar dan panas berkedut – kedut seolah – olah sedang ingin memenuhi seisi mulut sang gadis dengan bara api birahi yang malah semakin panas berkobar disiram hangatnya air liur dari rongga mulut Saladhina Olivia yang basah dan lembab.

Vivadhi Ranata yang sedang berada di bawah tubuh Saladhina Olivia sendiri juga langsung meneroboskan mukanya ke arah selangkangan sang gadis.

Tangan – tangannya dengan cekatan memisahkan rambut-rambut halus yang berada di situ dan hingga sang lelaki sanggup melihat mutiara merah muda yang merupakan klitoris milik Saladhina Olivia yang sudah kelihatan keluar, mencuat dari tempat persembunyiannya.

Vivadhi Ranata menggosok - gosok perlahan permukaan Klitoris sang gadis dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya asyik membelai – belai dan mengusap – usap paha putih mulus dan selangkangan becek milik Saladhina Olivia.

Saladhina Olivia yang kembali merasakan sensasi nikmat yang begitu tak tertahankan pun tak ayal lagi kembali menggelinjang – gelinjang dan tubuh indahnya meliuk – liuk menarikan tarian – tarian erotis yang penuh gemulai namun sarat akan muatan hasrat nafsu birahi.

Vivadhi Ranata yang melihat tarian erotis penuh gairah yang dilakukan oleh Saladhina Olivia menjadi semakin bersemangat dan kini sang lelaki menjilati clitoris sang gadis sambil sesekali menghisap – hisap mutiara merah muda tersebut yang sontak mengirimkan sensasi – sensasi gelombang kejut penuh nikmat yang menghantar dari organ paling sensitif di selangkangan sang gadis yang merayapi sekujur tulang punggungnya dan menggetarkan tubuh indahnya dalam getaran penuh birahi hingga menggemakan seruan hasrat nafsu yang membuat otak Saladhina Olivia tak mampu memikirkan apa – apa lagi selain kenikmatan luar biasa yang sedang dialami oleh dirinya dan menyapu segenap jiwa dan raganya.

"Ouww Ranata..,. ouw Rssannn.....", lenguh sang gadis....

"Teruss.., teruuss..., Terussss...!!!!!", seru Saladhina Olivia dengan begitu dalam seolah ingin melampiaskan hasrat yang selama tiga puluh tahun ini telah dipendam di dalam hatinya.

Hisapan mulut Saladhina Olivia yang sedang melahap batang tombak sang lelaki menjadi semakin dan semakin melemah.

Hingga akhirnya, mulut Saladhina Olivia yang sudah terbuka lebar menyerukan kenikmatan badani yang sedang mengguyur tubuhnya benar – benar melepaskan batang tombak yang sedang dihisap oleh sang gadis.

Saladhina Olivia jatuh mengerang terengah – engah bersamaan dengan klimaks orgasme yang kembali melanda dirinya dan menenggelamkan segenap jiwa dan raganya....

Next chapter