webnovel

Malam Pertama Mereka Bertiga IX

Vivadhi Ranata yang melihat hal ini dengan serta merta menghentikan laju serangan tombaknya yang bagian ujungnya kini sudah benar – benar menempel dengan selaput dara milik Faladhina Kiseki yang melindungi keperawanan sang gadis, siap untuk merobek lembaran tipis tersebut kapan saja.

Sang lelaki dengan lembut meraih rambut Faladhina Kiseki dan membelai kepalanya, sambil bertanya kepada sang gadis, "Kamu gak apa – apa, Kis...? Apa kamu kesakitan?" tanya sang lelaki dengan begitu lembut dan penuh perhatian serta kasih sayang.

Faladhina Kiseki yang baru saja selesai mengeluarkan sebuah lengkingan yang bernada tinggi dari mulutnya dan kini sedang mengambil nafas sambil terengah – engah kini membuka pelupuk matanya yang sedari tadi telah menutup karena dirinya tak kuasa menahan rasa nikmat yang tak tertahankan

Faladhina Kiseki meraasakan kenikmatan luar biasa yang berupa sederetan sensasi penuh gairah yang dengan begitu sensual telah membanjiri segenap jiwa dan raga sang gadis sejak area pribadi miliknya ditembus oleh panah asmara sang lelaki yang sedang mencoba untuk terus menerobos ke dalam lubang cinta yang berada di tengah - tengah selangkangan sang gadis.

"Ahk.... Akh.... Akhu... Aku gak apa – apa..., Vivadhi.... Ranata... terus... lanjutkan..." Kata Faladhina Kiseki dengan nafasnya yang masih terputus – putus, terengah – engah dibuai nikmat.

Vivadhi Ranata terus membelai Faladhina Kiseki dengan penuh cinta.

Dirinya tak bergerak sedikit pun untuk maju dan menerobos lubang cinta perawan milik sang gadis.

Sang lelaki ingin terlebih dahulu membiarkan tubuh perawan milik Faladhina Kiseki untuk terbiasa menerima batang tombak pusaka milik sang lelaki di dalam liang cinta sang gadis yang terasa begitu ketat dan kuat meremas – remas dan melumat – lumat batang tombak milik Vivadhi Ranata dengan segenap tenaga yang dimiliki oleh dirinya.

Faladhina Kiseki yang mengetahui niatan dari lelaki yang dicintai oleh dirinya ini tersenyum manis kepada Vivadhi Ranata sambil menghela nafas panjang untuk menenangkan kembali dirinya yang telah terhanyut di dalam gelombang kenikmatan.

"Aku udah gak apa –apa sekarang, sayang.... Silahkan terus lanjutkan... Tembuslah tubuh ku sampai ke bagian yang paling dalam...." Faladhina Kiseki berkata demikian untuk meyakinkan sang lelaki kalau dirinya sudah baik – baik saja.

Malahan sang gadis tersebut menginginkan sang lelaki untuk terus melanjutkan menusuk tubuhnya dengan panah asmara nya yang dengan jelas telah terasa semakin panas dan mulai meliar berkedut – kedut mengirimkan sensasi sensual tersendiri yang menggema di sekujur tubuh milik sang gadis di setiap kedutannya.

Dan – Blessss....!

Vivadhi Ranata pun kembali bergerak melanjutkan laju serangannya menggempur lubang cinta milik sang gadis, serta mencoba untuk menembus selaput dara tipis yang menghalangi jalannya.

Dan ujung tombak pusaka milik sang lelaki pun kini dengan mulus telah merobek tembok suci milik Faladhina Kiseki yang selama ini telah melindungi keperawanan sang gadis.

Brekkk....!

Suara sobekan tipis dapat terdengar dengan begitu jelas di telinga mereka yang telah menjadi begitu sensitif karena perkembangan evolusi mereka.

Tak lama setelah itu pun, darah segar mulai mengalir keluar dari lubang cinta milik Faladhina Kiseki, yang menjadi tanda bahwa sang gadis kini telah memberikan keperawanan dirinya yang berharga kepada Vivadhi Ranata.

Faladhina Kiseki kini telah sah naik tingkat dari seorang gadis menjadi seorang wanita seutuhnya.

Sang gadis yang baru saja menjadi seorang wanita tersebut mengerang dengan sekuat tenaga saat selaput dara pelindung keperawanan dirinya telah dirobek oleh Vivadhi Ranata.

Tubuh indah milik sang gadis pun membusur ke atas karena tekanan luar biasa antara rasa sakit yang bercampur dengan kenikmatan yang menghujam jiwa dan raganya.

Setitik air mata dapat terlihat dengan jelas telah menetes keluar dari sudut mata sang gadis, sebuah detail yang tidak akan terlewatkan dari tatapan mata Vivadhi Ranata yang sedari awal telah memperhatikan Faladhina Kiseki dengan begitu penuh perhatian.

Tubuh sang lelaki yang sedang berada di atas sang wanita pun kini menjadi semakin tertunduk.

Vivadhi Ranata mencoba untuk meredakan sedikit rasa sakit yang dialami oleh sang gadis yang baru saja kehilangan keperawanannya tersebut sebelum mengubahnya menjadi sensasi kenikmatan.

Sang lelaki meraih wajah cantik Faladhina Kiseki dan dikecupnya bibir sang gadis dengan penuh cinta.

Faladhina Kiseki yang sedang mengerang dengan penuh perasaan yang bercampur aduk pun secara refleks menerima siraman cinta dari sang lelaki dengan tangan terbuka.

Secara literal, kedua tangan Faladhina Kiseki dengan segera merangkul leher sang lelaki, yang memantapkan posisi ciuman mereka yang menjadi semakin intens sementara selangkangan sang gadis yang masih mengeluarkan darah terus tertembus semakin dalam oleh tombak pusaka milik Vivadhi Ranata yang terus bergerak maju menghujam semakin dan semakin dalam menembus liang cinta sang wanita.

Faladhina Kiseki dengan perlahan membuka kedua pelupuk matanya dan menatapi sang lelaki yang telah mengubahnya dari seorang gadis menjadi seorang wanita dengan matanya yang terlihat jelas seperti sepasang cermin yang basah berlinang air mata.

Air mata perih bercampur kebahagiaan.

Kedua insan berbeda kelamin ini terus saling berpelukan dan berciuman, sementara selangkangan mereka berdua yang telah saling bertemu kini mulai saling beradu memadu kenikmatan.

Faladhina Kiseki menatap mata Vivadhi Ranata dengan penuh cinta sambil merangkul dan membalas curahan cinta sang lelaki dengan ciuman bibirnya yang begitu manis menggoda tersebut.

"Ranata..., aku sudah siap.... Tolong maju lebih dalam lagi menembus tubuhku..." Kata Faladhina Kiseki sambil membujuk Vivadhi Ranata untuk menusuk dan menembus tubuhnya dengan semakin mendalam menggunakan tombak pusaka milik sang lelaki yang telah menghujam jauh ke kedalaman lubang cintanya.

Vivadhi Ranata pun menganggukkan kepalanya dengan penuh kejantanan sebagai respon terhadap kesiapan hati sang wanita.

Dengan sekali sentakan, dihujamkannya batang tombak pusaka miliknya yang telah menjadi begitu panas dan menjadi liar berkedut – kedut dengan ganas karena telah dengan terus – menerus dirangsang oleh jepitan – jepitan dan remasan – remasan kuat dari otot - otot Faladhina Kiseki yang memenuhi dinding di sepanjang liang cinta yang ketat, hangat dan basah milik sang wanita.

Faladhina Kiseki yang kini merasakan hujaman keras dari ujung tombak pusaka milik Vivadhi Ranata yang kini telah membentur bagian terdalam dari daerah paling pribadinya mengalami orgasme kecil akibat sensasi getaran yang penuh nikmat yang terkirim dari area paling dalam pada tubuhnya yang telah menjadi begitu panas dan bergetar dengan hebat karena telah dilalap oleh api hasrat hawa nafsu.

"Vivadhi... Ranata....!" Dengan menyebut nama sang lelaki yang kini telah menjadi pujaan hatinya tersebut, Faladhina Kiseki yang telah kembali mengalami klimaks menjepit dengan erat serta meremas – remas batang tombak pusaka milik Vivadhi Ranata dengan sekuat tenaganya.

Liang cinta milik Faladhina Kiseki yang begitu sempit kini telah memuntahkan cairan hangat yang melumasi setiap bagian yang ada didalamnya sembari bergetar dengan hebat bagaikan sebuah gua basah yang dilanda gempa bumi yang dahsyat pun juga memberikan sensasi nikmat yang tak terbayangkan kepada kedua insan yang telah bersatu tubuh tersebut.

Dengan jiwa dan raga yang telah terhubung menciptakan ikatan batin yang begitu kuat, Vivadhi Ranata dan Faladhina Kiseki yang baru saja kehilangan keperawanan dirinya tersebut pun kembali melanjutkan hubungan intim yang mereka lakukan ke tingkat berikutnya yang lebih intens dan lebih bergairah.

Next chapter