webnovel

Myradhia Chikane

Kesempatan apakah yang dimiliki oleh Faladhina Kiseki untuk bertahan dari serangan penuh asmara Vivadhi Ranata?

Sang wanita yang sudah begitu klepek – klepek tersebut pun jatuh lemas tak berdaya di dalam pelukan sang lelaki.

"Curang.... Kalau kamu begitu.... Bagaimana aku bisa melawanmu?" gumam Faladhina Kiseki, dengan suara yang lirih sayup – sayup seperti kicauan kecil burung pipit di tengah sawah.

.

.

.

.

.

Sementara itu, di Dunia Para Dewa . . . . .

Asmadhi, Anahita Kiseki, Anasuya Chikane, beserta segenap selir – selir di Istana Harem Sang Dewa terperangah melihat adegan yang mereka tonton....

"Well..., Itu sungguh hal yang tak terduga...." kata Asmadhi.

"Tapi entah kenapa, kalau ngeliat kamu, aku merasa itu hal yang sudah biasa dan tidak aneh lagi...." Celetuk Anahita Kiseki.

"Kis? Maksudmu apa tadi barusan?" Tanya Asmadhi sambil tersenyum nakal.

"Saya yakin anda tahu apa maksud dia. Apalagi kalau anda mengingat – ingat lagi bagaimana anda bisa mengumpulkan ber laksa – laksa wanita untuk menjadi selir koleksi anda..." Giliran Anasuya Chikane yang menjawab sambil menatap Istana Para Selir milik Asmadhi di luar Taman Ilahi.

"Bagaimana pun juga, aku merasa kurang puas...." Kata Anahita Kiseki.

"Soal itu, aku juga setuju...." Sahut Anasuya Chikane sambil mencelupkan jarinya ke mangkuk air yang tadinya digunakan oleh Anahita Kiseki.

(Catatan Penulis: Jalannya Arus Waktu di Alam Para Dewa mengalir dengan kecepatan yang berbeda dengan Dunia Para Mortal. Satu hari di Dunia Mayapada hanyalah terasa sekejap mata saja di tempat Asmadhi dan istri – istrinya tinggal. Karena itu juga lah mereka masih duduk dan berbincang - bincang ditempat yang sama meskipun satu minggu sudah berlalu di Mayapada sejak dadu milik Asmadhi jatuh ke sana.)

"Chikane? Kamu juga mau ikut – ikutan?" Tanya Asmadhi.

"Tentu saja." Jawab Anasuya Chikane sambil merobek ruang antar dimensi dengan ujung kukunya dan meneteskan air yang menggantung di ujung jari telunjuknya hingga menyusup masuk ke dalam sobekan ruang antar dimensi yang langsung menembus Tiga Puluh Tiga Lapis Surga. . . . .

Sementara Faladhina Kiseki yang sekujur tubuhnya masih lemas lunglai tanpa tenaga menikmati waktunya bermanja – manja dengan lelaki yang telah menaklukkan dirinya, Vivadhi Ranata melihat ada sebuah retakan di ruang tempat "jatuh" nya Kiseki tadi.

Ada sesuatu yang muncul keluar melewati robekan antar dimensi ruang dan waktu yang tepat berada di tengah – tengah kawah tersebut.

Benda tersebut adalah sebuah tetesan air yang dengan cepat terkondensasi serta berubah bentuk dan mengambil wujud seorang gadis yang tak kalah pesona kecantikannya dengan Faladhina Kiseki.

Berbeda dengan Faladhina Kiseki yang memancarkan pesona seorang wanita yang telah dewasa, gadis yang baru muncul ini memiliki aura vitalitas yang bergelora yang khas dimiliki oleh kaum remaja yang masih muda belia.

Kulitnya yang putih mulus dan terlihat begitu lembut terasa bagaikan kulit halus seorang bayi.

Gadis tersebut memiliki rambut indah yang panjangnya sepunggung dengan warna putih kemilauan seperti emas putih atau platinum.

Sebuah pita hitam berenda menghiasi bagian kiri rambutnya, dan gaun berwarna merah muda yang terlihat begitu indah mempesona membalut tubuhnya terlihat semakin menambah pesona kecantikan yang dimiliki oleh sang gadis.

Namun ekspresi wajah sang gadis yang terlihat begitu dingin saat menatap Vivadhi Ranata yang sedang memeluk Faladhina Kiseki dengan kedua bola matanya yang berwarna biru jernih seperti sepasang batu safir permata nilam membuat sang lelaki merasa bahwa dirinya kini telah berada di dalam bahaya.

Vivadhi Ranata yang langsung merasa awas dan waspada tersebut pun dengan segera mengaktifkan Ilmu Mata Ilahinya, Heaven Gaze.

[Myradhia Chikane, Tahap Rookie Tingkat Lima]

[Makhluk yang lahir dari air bekas celupan jari telunjuk seorang Dewi. Dikirim dari Alam Para Dewa menembus robekan dimensi ruang dan waktu untuk menguji Vivadhi Ranata.]

[Catatan dari Para Dewi: Kali ini, ngelawan nya yang benar ya!]

"Ugh...." Vivadhi Ranata cuma bisa menelan ludah melihat informasi yang dia dapat menggunakan Heaven Gaze miliknya....

"Sebentar, biarkan aku membawa wanita ini ke tempat yang aman dulu ya." Vivadhi Ranata mencoba berbicara dengan gadis pendatang baru yang dengan ekspresi dingin menatap dirinya yang sedang berpelukan dengan seorang wanita yang lemah tak berdaya di dalam dekapan dadanya.

"Cepatlah, gak pake lama." Jawab sang gadis dengan singkat sambil memasang kuda – kuda tempur nya.

Vivadhi Ranata bergegas pergi ke luar dari kawah dan menggendong Faladhina Kiseki dengan metode Princess Carry.

Dengan lembut diletakkannya tubuh sang wanita yang masih lemas dibuai kenikmatan di bawah bayangan sebuah pohon rindang yang sejuk.

"Kiseki sayang..., tunggu aku sebentar ya..." Dikecupnya kening Faladhina Kiseki dan dibelainya lembut pipi sang wanita yang terlihat jelas begitu enggan untuk melepaskan pelukannya dari tubuh sang lelaki, sebelum Ranata kemudian beranjak kembali masuk ke dalam kawah untuk menemui Myradhia Chikane yang sudah bersiap dengan kuda – kuda tempur menunggui dirinya.

"Nak..., Apa kita tidak bisa bicara baik – baik..."

Whuussshhhh !!!!

Belum sempat Vivadhi Ranata selesai berbicara, tahu – tahu saja tangan sang gadis muda yang baru saja muncul di dunia manusia tersebut sudah menapak dan hampir mendarat telak di dada sang lelaki.

Kalau saja Vivadhi Ranata tidak cepat menghindar, maka sudah pasti lah dia akan langsung pingsan atau bahkan mungkin tewas di tempat.

Dengan ganas dan tanpa jeda, sang gadis melancarkan serangkaian serangan tanpa henti yang memaksa sang lelaki untuk hanya bisa mengambil posisi bertahan jika tidak ingin menerima serangannya, sementara serangan sang gadis yang luput mengenai tubuh sang lelaki semakin membuat luluh lantak kawah tempat mereka bertarung.

Baaammm!!!!

Bam!

Bam!

Bam!

Whiissshhh!!!

Blarrrrr!!!!

Sebongkah batu karang besar seukuran rumah tipe 21 meledak menjadi bubuk ketika menerima serangan tapak tangan dari sang gadis yang meleset karena berhasil dihindari oleh sang lelaki yang awalnya telah dia pojokkan tapi kini mampu mengelakkan diri dan mengambil jarak yang cukup jauh dari sang gadis.

"Nak, Aku bilang, Apa kita tidak bisa bicarakan ini baik – baik dulu?" Tanya Ranata kepada Myradhia Chikane.

"Prinsipku, Hajar dulu, baru ngomong. Jika anda ingin bicara dengan saya, buktikan kalau anda pantas untuk itu dulu." Kata sang gadis yang dengan cepat meluncur dan tiba di hadapan Ranata, kedua tangannya sudah siap mengambil posisi menapak di kiri dan kanan, menjepit sang lelaki dan menjebaknya di kedua sisi.

"Ok, kamu yang bilang loh ya...." Kata Vivadhi Ranata sambil tersenyum nakal.

Dengan sigap, ditangkapnya kedua belah tangan mulus milik sang gadis.

Dan dengan mengalirkan amalan dari ilmu Royal Heart Sutra yang dimiliki oleh dirinya, maka dikiriminya lah tenaga dalam yang mengalir di dalam diri sang lelaki untuk merambat melalui tangannya dan "menyerang" tubuh sang gadis dari dalam!

"Ugh!" Dengan tangkas, Myradhia Chikane mencoba menepis tangan nakal Vivadhi Ranata dan segera meloncat mundur ke belakang untuk menciptakan jarak antara dirinya dengan sang lelaki tua bertampang muda yang ternyata tak kalah cabulnya dengan Suami dari Sang Dewi Penciptanya.

"Eit, mau kabur kemana, gadis muda...? Ayo dong, sini sama Om...?" Dengan kata - kata yang terdengar seperti Om - Om Pedofil yang telah menemukan seorang gadis loli calon korbannya, sang lelaki yang menyunggingkan senyuman nakal dan dengan semangat yang berkobar menggebu – gebu, Vivadhi Ranata mencoba menangkap Myradhia Chikane yang kini berusaha menghindar darinya.

Situasi pun kini telah berbalik dimana sekarang sang lelaki lah yang aktif memburu sang gadis di dalam arena bertempur mereka di kawah gunung tersebut.

Ternyata menggabungkan teknik Royal Heart Sutra ke dalam serangan yang ditujukan untuk melawan kaum wanita terbukti adalah solusi yang efektif dan efisien untuk mengalahkan mereka!

Buktinya kini Myradhia Chikane yang tadinya menyerang Vivadhi Ranata dengan ganas kini berubah seperti seekor tikus kecil yang sedang diburu oleh seekor kucing, sang gadis hanya bisa berusaha menghindar dari kejaran setan tua cabul berumur 69 tahun tapi bertampang 19 tahun tersebut.

Dan pada akhirnya, hal yang tak terelakkan pun terjadi juga.

Pada pertempuran fisik tanpa senjata dimana satu pihak dapat membuat lawannya jatuh lemas hanya dengan sentuhan tangannya saja sementara pihak lain hanya bisa berusaha untuk menghindar darinya, tidak perlu diragukan lagi siapa yang akan jadi pemenangnya bukan?

.

.

.

.

[Catatan Penulis]

Mulai dari Minggu depan, bersiap lah dengan chapter - chapter yang penuh berisi adegan panas delapan belas plus plus plus ya, para Pembaca!

Dan jangan lupa juga untuk cek kolom komentar karena saya sudah up gambarnya si Myradhia Chikane disana (pose fan service, lagi ngadem pake bikini dia :3)

;)

...

Your Truly,

Vanadhi Lucia

Next chapter