Pagi itu, matahari benar-benar terlihat ceria. Cahayanya dengan lurus menerobos celah jemari pohon.
Dengan tergesa-gesa Xiao You Ren membawa langkahnya memasuki gedung kantor tempatnya bekerja. Dia melihat pada antrian orang-orang di depan lift karyawan. Xiao You Ren mengembuskan napasnya kasar melihat hal itu, dia akan benar-benar terlambat. Ketika dia hendak berjalan menuju antrian paling belakang, seseorang berseru, "You Ren, ke mari!"
Zheng Liam dengan elegannya mengayunkan tangan di atas kepala. Menyuruh Xiao You Ren mendekat ke arahnya. Dengan patuh laki-laki itu menghampiri Zheng Liam, meskipun ada beberapa pertanyaan di benaknya.
"Mengantri denganku." Zheng Liam menarik tangan Xiao You Ren, membuat laki-laki itu berdiri sejajar dengannya.
"Tapi, Ge …." Xiao You Ren melihat sekitarnya. Ada beberapa orang karyawan yang menatapnya tajam dan itu membuatnya sedikit merasa tidak nyaman.
"Tidak masalah, aku memang sudah menyiapkan antrian untukmu." Laki-laki yang lebih tua tersenyum simpul dan mengedipkan sebelah matanya pada seorang wanita yang berdiri di belakang Xiao You Ren dengan tatapan kesal.
Mereka memasuki lift bersama beberapa karyawan lainnya. Tidak terlalu padat seperti pada saat jam istirahat. Selama di lift semua orang sibuk dengan pemikirannya masing-masing dalam beberapa saat, karena di detik berikutnya sebuah suara cukup untuk mengganggu pendengaran mereka. Xiao You Ren sedikit menunduk malu, mengelus perutnya dan menggigit bibir bawahnya. Zheng Liam tersenyum geli melihat tingkah laki-laki itu, sedangkan karyawan lainnya melirik ke arahnya.
"Kamu belum sarapan?" tanya Zheng Liam berbisik.
Xiao You Ren mendongak dan melihat ketua divisinya masih tersenyum mengejek.
Lift terbuka dan satu per satu orang mulai keluar, memasuki ruangan karyawan lalu duduk di meja masing-masing. Xiao You Ren pun melakukan hal yang sama, hanya saja untuk seminggu ke depan dia dan beberapa rekannya bekerja di ruangan khusus. Di mana mereka akan fokus pada proyek pembuatan rancangan desain, yang kemarin terhapus. Dia sudah duduk di kursinya dan mulai menyalakan komputernya, menggeser mouse dalam genggamannya. Untuk beberapa saat mereka fokus pada pekerjaan masing-masing, hingga tanpa disadari seseorang masuk ke dalam ruangan mereka.
Zheng Liam membawa langkahnya menghampiri Xiao You Ren, lalu meletakkan sebungkus roti di atas meja laki-laki itu. Xiao You Ren sedikit tersentak oleh kemunculan tiba-tiba roti di atas mejanya, mendongakkan kepala dan saling bertukar tatap dengan Zheng Liam yang tersenyum lebar.
"Kamu lapar, 'kan? Makan roti itu dulu."
Xiao You Ren hanya bisa menganggukkan kepalanya dan berujar, "Terima kasih, Ge." Lalu mengambil roti itu dan membuka bungkusnya sebelum memakannya dengan lahap.
Sementara itu Zheng Liam memilih menarik kursi kosong yang ada di ruangan tersebut, dan mendudukkan dirinya di samping Xiao You Ren. Dia memperhatikan dengan seksama sosok laki-laki yang memakan roti sambil melakukan pekerjaannya. Merasa ada yang memerhatikan, Xiao You Ren melirik dan sedikit menaikkan alisnya.
"Liam Ge, tidak punya pekerjaan lain?" tanyanya dengan wajah polos. Kembali bergegas memperhatikan layar biru di hadapannya.
"Pekerjaan nomor dua, kamu nomor satu."
Xiao You Ren melongo dan secara spontan melihat ke arah laki-laki yang memasang wajah jahil, sambil menganga lebar, "Huh."
Melihat hal itu, tawa geli Zheng Liam benar-benar tidak bisa ditahan. Dia terbahak hingga membuat wajah Xiao You Ren memerah karena kesal dan malu. Zheng Liam kembali akan melayangkan kalimat menggodanya, jika saja pintu masuk ruangan tidak dibuka dengan kasar.
Johny tampak menyembulkan tubuhnya dengan beberapa buku di tangan. Hal pertama yang melintas di penglihatannya adalah sosok Zheng Liam yang duduk santai di kursi memerhatikan seorang laki-laki yang berada di sampingnya. Dengan berat Johny menghela napas dan berjalan mengikis jarak antara dia dan Zheng Liam. Tangannya yang memegang buku secara otomatis diangkat dan mengetuk tepat di kepala laki-laki You Reng tersebut.
"Apa sekarang bosmu sudah ganti?" Johny tertawa miring melihat Zheng Liam yang mengusap kepalanya. "Berhenti bermain-main dan kembali bekerja!" Perintah laki-laki itu.
Sedikit tidak rela untuk pergi, tapi Zheng Liam tetap harus pergi demi profesionalitas kerja. Alih-alih memasuki ruangannya, Zheng Liam justru membelokkan tubuhnya memasuki area merokok. Dia mengeluarkan sebungkus rokok dari saku belakang celana satinnya. Dengan santai membuka pintu. Apa yang ditemukannya cukup mengejutkan. Seorang seperti Wang Xian Wei berdiri menyandar ke dinding sembari menghisap rokoknya, sebelah tangannya berada di dalam saku. Zheng Liam sempat mengangkat sebelah alisnya sebelum mengikuti Wang Xian Wei. Bersandar di samping laki-laki itu. Sedangkan sang CEO hanya menatap datar ke arahnya.
Cukup lama mereka saling berdiam diri. Zheng Liam bahkan sudah mulai menghisap rokoknya. Mereka memang terbiasa dengan keheningan, jika tidak ada Johny. Sejak kuliah dulu, Johny adalah penghubung di antara mereka. Bahkan alasan persahabatan mereka langgeng sampai nyaris lima tahun pun adalah Johny dan sikap pedulinya. Laki-laki yang lebih pendek dari mereka itu sangat pandai dalam mengayomi orang-orang di sekitarnya. Sedangkan Zheng Liam dan Wang Xian Wei sendiri, keduanya memiliki sifat yang sangat berlawanan.
Wang Xian Wei yang acuh terhadap sekelilingnya dan jarang berbicara banyak kecuali hal penting atau hanya dengan orang terdekatnya. Seseorang yang peduli terhadap harga diri dan kedudukan. Dan dengan bodohnya mencintai seseorang selama 7 tahun. Seperti itulah yang dipikirkan Zheng Liam, laki-laki yang tidak memercayai adanya cinta. Tidak memperdulikan harga diri dan kedudukan yang menambah beban pundaknya. Meskipun demikian, di antara mereka bertiga, dia adalah seseorang yang lebih hangat terhadap lingkungannya.
"Ada apa dengan CEO kita sampai-sampai dia meninggalkan pekerjaannya hanya untuk membuang waktu merokok sendirian, hmm?" Zheng Liam melirik ke arah Wang Xian Wei. "Apa nilai saham anjlok? Perusahaan akan segera bangkrut? Atau," dia menghisap, lalu menghembuskan asap rokoknya ke depan, "kekasihnya berselingkuh?"
"Omong kosong." Wang Xian Wei terdengar kesal, tapi tetap tidak mau melihat ke arah Zheng Liam.
Mereka kembali diliputi keheningan, hingga rokok milik Wang Xian Wei telah habis dan dia membuangnya ke tempat sampah di sampingnya. Dia menghela napas panjang. "Omong-omong, kamu cukup agresif juga." Akhirnya Wang Xian Wei melihat ke arah laki-laki lain di ruangan itu. "Ya, untuk ukuran seorang pria yang tidak mempercayai adanya cinta dan sudah menolak banyak gadis-gadis populer." Senyum miring andalannya terlihat menyebalkan di mata Zheng Liam.
"Kamu mengejekku? Lagipula aku hanya menganggapnya seperti adikku."
"Ah, adik, ya."
Sungguh ingin rasanya Zheng Liam merobek senyum miring sahabatnya itu. Bagaimana Wang Xian Wei terlihat sangat menjijikkan dengan ekspresi seperti seorang psikopat ketika sedang menggodanya. Benar-benar membuatnya kesal, tapi hal itu disembunyikan dengan baik oleh Zheng Liam. Tentu saja tidak mudah baginya untuk menunjukkan perasaannya, sehingga laki-laki You Reng itu hanya bisa meyakinkan bahwa dia menganggap Xiao You Ren seperti adiknya sendiri.
Setelah sedikit perdebatan, Wang Xian Wei memutuskan untuk pergi lebih dulu. Dia kembali ke ruangannya untuk berkutat dengan aneka kerjaan yang sudah menanti kehadirannya.
Di ruang tempat Xiao You Ren dan beberapa karyawan khusus lainnya. Fokus Xiao You Ren kembali digoyahkan oleh sosok gadis yang mencondongkan tubuh ke arahnya, juga kursi ergonomis yang diduduki gadis itu pun ikut tergeser mendekati kursinya.
"Hei, You Ren!" gadis berambut gelombang itu berbisik.
Xiao You Ren menjawab 'ya' seraya membenarkan letak kacamatanya. Dia sedikit menyelidiki wajah bahagia gadis bernama Zhao Yuzi itu. Entah mengapa bulu kuduknya mulai berdiri, melihat senyuman lebar yang terpatri di wajah cantik yang diselimuti keusilan.
"Omong-omong, apa hubungan kamu sama Sir Liam? Kalian terlihat serasi." Mata Zhao Yuzi membola, terlihat menakutkan di mata Xiao You Ren. Jika saja ini adalah cerita horor, mungkin bola mata hdais itu sudah menggelinding.
"Tidak, kami hanya sebatas atasan dan bawahan. Mungkin seperti adik-kakak juga, ya, semacam itu. Lagipula sesama lelaki tidak mungkin punya hubungan romantis, bukan?"
"Ck, kamu terlalu polos, You Ren. Tunggu sebentar!" Zhao Yuzi mendorong kursinya menuju meja kerjanya. Kemudian mengutak-atik isi lemari di sisi meja dan lacinya. Matanya terlihat seperti berkilau ketika dia menemukan sebuah buku dan membawanya ke hadapan Xiao You Ren. Wajah gadis itu benar-benar terlihat sangat antusias, layaknya anak kecil.
Xiao You Ren hanya menatap bingung pada gadis yang sebaya dengannya itu. Dia tidak bisa berbohong dengan menyangkal rasa penasarannya. Terlebih melihat Zhao Yuzi sangat antusias menunjukkan buku itu padanya.
"Lihat! Ini adalah manga boys love. Khusus untukmu, aku kasih pinjam. Pelajari baik-baik, oke. Dan jaga dengan sangat baik, aku membelinya langsung dari Jepang."
Zhao Yuzi menyodorkan buku dalam genggamannya pada Xiao You Ren. Namun laki-laki itu masih bergeming dengan wajah bingung yang berusaha mencerna ucapan si gadis. Juga bertanya-tanya mengenai 'boys love'. Apa maksudnya Zhao Yuzi adalah salah satu dari ribuan gadis busuk?
"Oh, ayolah, You Ren. Kamu kandidat bottom terkuat untuk Sir Liam." Dengan paksa Zhao Yuzi memasukkan buku itu ke dalam tas kerja Xiao You Ren. Sedangkan laki-laki itu masih tetap diam. "Aku sudah bekerja lebih dari setahun di sini, tapi tidak ada yang didekati oleh Sir Liam selain kamu."
Tak lagi menunggu reaksi Xiao You Ren, gadis itu kembali ke mejanya dan bergegas mengerjakan pekerjaannya. Wajah bahagia tidak pernah lepas dari mimiknya. Berbeda dengan Xiao You Ren yang hatinya mulai menjerit pasrah.
Waktu berlalu dengan cepat. Jam istirahat, Xiao You Ren habiskan bersama rekan-rekannya yang lain, diikuti oleh Zheng Liam yang berdalih sebagai penanggung jawab proyek mereka. Mengenai Zhao Yuzi, hubungan di antara mereka mulai dekat. Gadis itu begitu suka menggodanya secara diam-diam. Untung saja pekerjaan mereka membutuhkan banyak waktu, sehingga sedikit mengalihkan perhatian rekan-rekan yang lainnya. Pada pukul 7 malam, merek bergegas menyelesaikan pekerjaan dan kembali ke rumah masing-masing untuk melepas penat.
Seperti biasa, Xiao You Ren akan pulang menggunakan transportasi umum. Namun, malam ini akan ada yang berbeda. Zhao Yuzi mengatakan akan pulang bersama dengannya menggunakan bus, karena tempat tinggal mereka searah. Tentu saja Xiao You Ren senang. Akan tetapi, kesenangannya hanya bertahan sampai dia keluar dari gedung. Di depan pintu keluar, Zheng Liam sudah menunggu, bersandar pada dinding juga sebatang rokok terselip di kedua belah Bibirnya. Salah satu tangannya tersembunyi di balik celana satin.
Ketika pandangan Zheng Liam menemukan siluet Xiao You Ren. Rokok tadi sudah berpindah ke dalam tong sampah, diikuti dengan gerakan laki-laki itu yang menghampirinya dengan Zhao Yuzi.
"You Ren!" serunya.
Yang dipanggil namanya segera menoleh ke asal suara, begitupun dengan Zhao Yuzi. Mereka melihat sosok jangkung berjalan mendekat ke arah mereka.
"Ayo, pulang bersama!" ajak Zheng Liam. Berdiri di hadapan Xiao You Ren yang terlihat memiringkan kepala. Berbeda dengan Zhao Yuzi yang mulai memasang tampang 'kekurangan asupan'. Dia tersenyum sangat manis.
"Maaf, Ge. Aku-" Perkataan Xiao You Ren disela dengan cepat oleh gadis busuk di sebelahnya. "Tidak masalah, You Ren. Aku bisa pulang dengan teman-teman yang lain. Kamu bersama Sir Liam saja, menggunakan mobil pribadi jauh lebih cepat, lagipula kamu bilang sudah sangat lapar, 'kan?" Zhao Yuzi mengedipkan sebelah matanya sembunyi-sembunyi, hingga hanya Xiao You Ren saja yang melihatnya. Tidak menunggu laki-laki itu tersadar dari sederetan kata-katanya, Zhao Yuzi dengan segera membawa langkahnya menjauh dari kedua laki-laki itu. Tentunya setelah berpamitan.
"Aku baru ingat, katanya kedai pangsit di pertigaan jalan Distrik Perbelanjaan itu rasanya sangat nikmat. Cobalah, siapa tahu kalian akan suka." Bahkan ketika sudah melangkah pun Zhao Yuzi masih sempat memberikan rekomendasi makanan untuk mereka. Hal itu membuat Zheng Liam mengerutkan keningnya. Tampaknya gadis itu sangat ingin jika mereka pergi berkencan.
Lagi-lagi Xiao You Ren harus merutuki kelakuan teman barunya itu. Dia bahkan tidak ingat kapan mengatakan sangat lapar pada gadis itu.
Bersambung ....