"Kak Lana, apa yang kak Erza berikan untukmu?" Wina tampak bersemangat.
"Tidak. Tidak ada. Wina cepat makan, sekolah mulai hari ini, jadi kamu tidak boleh terlambat." Ketika ditanya oleh Wina, wajah Lana juga menjadi sedikit kemerahan karena malu.
Setelah makan, Erza langsung mengantar Wina ke sekolah. Karena keramahan kepala sekolah di sekolah Wina, Erza merasa lega.
"Wina, belajar yang rajin di sekolah. Aku akan menjemputmu hari Jumat."
"Baiklah, kak, aku pasti akan belajar dengan giat."
Melihat Wina pergi, Erza juga menghela napas tak berdaya. Sejauh ini, dia tidak pernah berpisah dari Wina.
"Erza, ayo pergi dan aku akan belikan kamu jas." Lana tiba-tiba berkata setelah Erza kembali ke mobil.
"Hah? Beli jas? Untuk apa?"
"Reuni tinggal dua hari lagi."
"Oh, baiklah." Erza juga merasa sedikit bingung. Tentu saja itu karena dia tidak terlalu memedulikan tentang pakaian.
"Apa kamu tidak marah?" Lana memandang Erza dengan aneh.
"Istriku ingin membelikan pakaian, kenapa aku marah?"
"Erza."
"Apa?"
"Apa hubunganmu dan Alina?" Lana ragu-ragu sebelum bertanya.
"Aku dan dia…" Erza tidak tahu harus menjawab apa.
"Apakah kamu benar-benar ingin menceraikan diriku? Apa menurutmu aku tidak punya apa yang dimiliki Alina?" Serangkaian pertanyaan dari Lana membuat Erza tidak punya ruang untuk berbicara.
"Bukan begitu."
"Jadi, apakah kamu punya hubungan dengannya?"
"Itu…" Sekarang Erza benar-benar tidak berani berbicara.
"Tapi tidak apa-apa. Aku akan memperlakukanmu lebih baik di masa depan." Wajah Lana juga tersenyum ketika dia berbicara. Tapi Erza benar-benar hanya diam di sana. Ketika melihat Lana, dia tidak tahu apa yang terjadi pada wanita ini hari ini.
"Awas!" Bersamaan dengan teriakan Lana, Erza juga bereaksi dengan cepat. Dia tiba-tiba membanting setir dan mobil menjauh.
"Apakah menurutmu ini jalan nenek moyangmu, hah?" Lana panik. Erza hampir menabrak mobil yang ada di depannya.
"Tidak apa-apa. Aku hanya sedang melamun tadi."
"Erza, aku tahu bahwa aku dulu melakukan banyak hal yang salah, tetapi bagaimanapun juga, apa yang terjadi di antara kita berdua sangat mendadak. Sehingga, aku tidak bisa menerimanya untuk sementara waktu, jadi…"
"Jangan menyalahkan dirimu." Sebelum Lana selesai berbicara, Erza berkata dengan cepat. Erza mengenal Lana dengan baik. Mendengar Lana mengatakan hal seperti itu hanya akan membuat tekad Erza semakin kuat untuk bersama dengannya. Bahkan saat ini, Erza merasa sangat hangat di hatinya.
"Aku akan baik padamu mulai sekarang." Setelah ragu-ragu untuk waktu yang lama, Lana mengucapkan kalimat ini. Hal ini membuat Erza semakin bahagia. Tapi tentu saja Erza juga sangat tertekan. Jika Lana tahu bahwa dia dan Alina sudah menjalin hubungan, maka dia bisa mengatakan dengan pasti bahwa Lana tidak akan pernah mau menjadi istrinya lagi.
Setelah sampai di mal, Lana membawa Erza langsung ke konter jas dan membeli beberapa setelan untuk Erza. Setelah Erza memakai jas itu, bahkan Lana terpana. Itu karena setelah Erza memakai jas itu, seluruh auranya benar-benar berubah. Berbeda dari sebelumnya. Lana semakin tercengang. Butuh sepuluh menit untuk sadar dari lamunannya.
Setelah keluar dari mal dan sampai di kantor, Lana langsung pergi ke ruangannya, sedangkan Erza hendak memarkir mobil. Tapi tiba-tiba ponselnya berdering. "Ya, Widuri? Ada apa?"
"Erza, kita harus bertemu di kedai kopi yang waktu itu. Aku menemukan lebih banyak informasi."
Setelah Widuri mengatakan itu, Erza tidak ragu sama sekali. Dia langsung menemui Widuri. Dapat dikatakan bahwa untuk Erza, tujuan utamanya saat ini adalah menemukan orangtuanya dan membalas dendam pada orang yang sudah membawa mereka dengan paksa.
"Erza, aku menemukan informasi tentang ibumu. Dia tampaknya diusir dari keluarganya bukan karena ayahmu."
"Apa lagi?"
"Sepertinya ibumu juga secara sukarela meminta untuk mundur dari perusahaan kakekmu."
"Apa?" Erza tertegun sejenak, tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ibunya meminta secara sukarela untuk meninggalkan keluarganya? Dalam ingatan Erza, ibunya bukan orang yang seperti itu. Ibunya pasti memilih pergi dari keluarganya karena alasan tertentu.
"Erza, kamu pasti sudah mendengar tentang Proyek Setan ini. Proyek itu dilakukan di Amerika Serikat. Itu tentang rekayasa genetik dan kedua orangtuamu saling mengenal melalui proyek itu." Widuri menjelaskan sedikit.
"Ternyata begitu."
"Karena ini tidak lagi diklasifikasikan sebagai dokumen rahasia, aku sudah menemukan cara untuk mengeluarkannya. Tentu saja, proyek itu memilih selusin orang untuk mempelajari tentang rekayasa genetik, termasuk orangtuamu. Tetapi kemudian proyek itu memiliki beberapa kekurangan. Kekurangannya tidak jelas. Pada akhirnya, mereka menghentikan proyek itu."
Widuri menambahkan, "Tetapi, aku tidak tahu mengapa proyek ini tiba-tiba diketahui oleh orang-orang di Amerika Serikat, dan kemudian banyak orang yang berpartisipasi dalam proyek tersebut menghilang tanpa bisa dijelaskan, termasuk orangtuamu." Saat berbicara tentang orangtua Erza, Widuri juga mengambil napas dengan berat.
Erza tercengang sejenak. Ternyata semua yang dia ketahui selama ini salah. Ketika orangtuanya datang ke Semarang, mereka sama sekali tidak diusir oleh keluarga mereka. Mereka ingin melindungi keluarga mereka, jadi mereka menyembunyikan semua informasi itu dan datang ke Kota Semarang.
"Sepertinya aku punya waktu untuk pergi ke Amerika Serikat." Erza mengangguk.
"Selain itu, Erza, aku pikir keluarga ibumu seharusnya bukan keluarga biasa. Setiap kali aku ingin memeriksa sesuatu, itu selalu terganggu." Saat ini, Widuri juga menatap langsung ke arah Erza. Sejak mengenal Erza, Widuri sangat tertarik dengan Erza. Dia ingin tahu lebih banyak tentangnya. Hampir melalui semua sumber, Widuri terus-menerus menyelidiki informasi tentang Erza. Tetapi tidak peduli apa pun, Widuri tidak dapat menemukan apa pun tentang Erza. Data tentang pria itu sejak usia delapan hingga saat ini benar-benar kosong. Tentu saja, Widuri merasa bingung.
Ketika Widuri menyelidiki tentang keluarga ibu Erza, Widuri selalu terhalang. Tampaknya seseorang tahu bahwa dia sedang menyelidiki hal-hal ini. Ini membuat Widuri menyadari bahwa ini pasti karena pengaruh kuat keluarga ibu Erza yang jelas tidak sesederhana itu. Hanya saja Widuri tidak tahu apakah Erza tahu atau tidak.
"Ini tidak terlalu dibesar-besarkan? Jika latar belakang keluarga ayah dan ibuku begitu besar, bagaimana orangtuaku bisa ditangkap?" Erza juga sangat bingung.
"Tidak tahu. Mungkin Amerika Serikat mengirim beberapa agen rahasia saat itu."
"Widuri, jika kamu memeriksa informasi ini, bukankah itu akan membuatmu kesulitan?" Erza juga bertanya cepat. Meskipun masalah ini tidak bisa diatasi sekarang, Widuri telah menyelidiki terlalu banyak, dan Erza sedikit khawatir.
"Jangan khawatir, selama aku bisa menemukannya, tidak akan pernah ada yang perlu dicemaskan. Tapi ada sesuatu yang tidak bisa aku temukan."
"Tidak apa-apa. Terima kasih, Widuri."
"Kita berteman. Ngomong-ngomong, apa hubunganmu dan Bu Lana?"
"Dia istriku. Kami menikah di Malang." Kata-kata Erza membuat hati Widuri panas.
"Ternyata seperti itu." Widuri berpura-pura tenang, tapi dia benar-benar bingung. Dia tidak mengerti mengapa Erza menikah dengan Lana, dan apa sebenarnya yang terjadi pada Lana?
Keduanya mengobrol sebentar, dan Widuri pergi setelah menerima panggilan. Erza bosan, tapi dia tetap duduk di sana sendirian. Tak lama kemudian, dia juga pergi.
"Farina, kebetulan sekali!" Tepat ketika dia hendak naik bus, Erza bertemu dengan seorang wanita.
"Oh, kamu." Farina baru saja menyadari itu Erza.
"Ada apa? Apa kamu dalam suasana hati yang buruk?"
"Ya."
"Karena apa? Ceritakan padaku." Erza penasaran kenapa Farina bisa berada dalam kondisi seperti itu. Jika Farina sedang dalam mood yang buruk, maka wanita itu pasti akan mencari seseorang untuk melampiaskan amarahnya. Kali ini, orang itu adalah Erza.
"Apa yang terjadi denganmu?"
"Aku sedang tidak senang, bicara saja dengan yang lain."
"Kamu pasti bohong, ya?" Erza meledek.
"Bukan apa-apa. Ini tentang Pak Juri dan orang-orang dari Perusahaan ARO yang tiba-tiba meninggal hampir di saat yang bersamaan. Aku hanya berpikir bahwa kecelakaan mereka adalah karena ulah seseorang, tetapi setelah penyelidikan yang lama, tidak ada yang ditemukan." Pada akhirnya, mata Farina benar-benar kecewa.
"Farina, kenapa ini begitu membuatmu kecewa?" Erza tidak berdaya, terkadang Farina agak terlalu gigih.
"Karena aku memakai seragam polisi ini, jadi aku bertanggung jawab atas nama rakyat."
"Orang-orang itu bukan orang biasa, mereka bukan orang baik." Erza merasa bahwa Farina memang sedikit sedih.
"Kenapa kamu berbicara seperti itu? Apa kamu yang melakukannya?" Mata Farina menatap Erza dengan ekspresi tegas.
"Bagaimana mungkin aku?" Erza mengibaskan tangannya dengan cepat.
"Baguslah kalau itu bukan kamu."
"Farina, jika kamu tidak apa-apa, aku akan pergi dulu." Erza benar-benar sedikit takut. Jika Farina terus bertanya, itu akan merepotkan bagi Erza.
"Tunggu, aku lapar." Farina mencegah Erza sambil mencengkeram tangannya. Erza terkejut saat melihat gerakan tiba-tiba Farina. Hatinya sedikit panas untuk sesaat.