webnovel

28. After [2]

Jungkook masih terlihat sangat tenang dibawah selimut, setelah melepaskan kaus tipisnya dan meringkuk karena selimutnya sampai ke leher. Jungkook terbiasa tidur tanpa memakai kaus, atau setidaknya Jungkook akan masih merasa nyaman dengan piyama. Tapi untuk sekarang, jangankan piyama atau ketenangan yang dia dapat, tapi sebongkah rasa ingin berlari dan keluar dari kamar noona nya itu adalah yang kerap kali melintas dari benaknya. Ternyata memutuskan melepaskan kausnya dikamar seorang gadis bukanlah sesuatu yang baik untuk hormon Jungkook yang sempat terpancing saat beradu pandang dengan Sewon sembari melesatkan ajakan untuk bercinta di apartemen. Tapi nyatanya dia sungguhan tidak melakukannya pada Sewon, malahan dia berakhir diatas ranjang dengan gadis yang lebih menarik daripada Sewon, kekasihnya itu.

Jungkook tidak tidur sedari tadi. Memunggungi Yerin adalah pilihan terbaik. Meskipun dia tahu pasti besok paginya akan ada kecanggungan karena Yerin merasa dirinya mengabaikannya semalaman. Padahal permintaan Yerin sangat jelas, yaitu; menemaninya tidur. Hanya tidur. Tidak yang lain.

Untuk perkara nenek, sepertinya bukan hal besar karena untuk dua hari ini nenek tidak akan pulang ke mansion. Mengingat pertemuan penting dengan partner bisnisnya di negara sebrang. Pun itu juga yang membuat Jungkook bersedia memenuhi permibtaan Yerin yang sungguhan Jungkook tidak pernah menduganya sebelumnya. Jika saja nenek tidak ada kepentingan diluar seperti ini, dan Jungkook nekat tanpa peduli itu adalah permintaan Yerin, sebutlah Jungkook kehilangan akalnya. Tujuannya ada di mansion besar Kim adalah; mencari keadilan dengan ketenangan, menjadi setara dengan Yerin, menjadikan dirinya seperti manusia Kim lainnya yang hidup dengan gelimang kenikmatan dunia yang takkan habis pun 8 turunan lagi.

Jungkook bukanlah orang yang bodoh, tentu tindakannya yang terbilang luar biasa hebat dengan restu takdir yang membawanya hingga sampai disana, bukanlah sesuatu tanpa penganalisisan. Jungkook menemukan akta usang itu, berbekal ingatan jika ayahnya bekerja disana sebagai kepala pelayan, dan satu lagi, nenek Kim seperti dengan sengaja membawa dirinya disaat dirinya berumur 17 tahun. Jika memang semua fakta itu menjurus pada fakta dasar bahwa dirinya adalah bagiam dari Kim yang sengaja dihilangkan dari silsilah, tentu yang Jungkook butuhkan adalah sebuah alasan. Alasan logis apa yang membuat mereka semua memutuskan mengasingkan dirinya semenjak masih bayi. Alasan logis yang harus dia terima sebagai keadilan. Itu yang sedang Jungkook cari.

Ditengah heningnya dini hari, deru ac yang seperti menggema diantara sunyi. Tiba-tiba rungu Jungkook mendengar suara isakan. Jungkook menjadi stagnan sendiri, isi kepalanya bepergian mencari seribu kemungkinan. Aneh saja. Jika dia beruntung, dia hanya akan melihat hantu yang hanya lewat saja dan Yerin sudah tertidur lelap. Lain lagi jika sungguhan yang dia dengar adalah isakan Yerin, mungkin paling tepatnya adalah Jungkook langsung mengumpati dirinya sendiri.

Tidak langsung beringsut mencari sumber suara, pun tak langsung berbalik karena dia tahu dia hanya akan mendapati punggung sempit Yerin yang sama-sama dalam posisi saling memunggungi. Pikirnya, sepertinya bukan hantu, tapi itu sungguhan Yerin yang terisak. Karena suaranya terdengar begitu jelas meskipun dia sendiri tahu bahwa suara isakan itu seperti ditahan setengah mati. Jungkook belum ingin berbalik, rasanya tentu sudab sangat penasaran, tapi ia mungkin masih akan menunggu 2 menit lagi.

"Aku benci sesak ini. Menjadi orang lain disaat aku tak memiliki tujuan hidup selain menemukan celah bahagia disudut mata nenek."

Baiklah. Sekarang Jungkook mengerti dan sangat paham. Yerin lah yang sedari tadi mengisak pilu. Dari yang dia dengar, tentu pada intinya, Yerin sedang sangat berusaha menjadi orang lain didepan semua orang demi neneknya yang tersenyum. Pun juga dia sudah menyadari hal itu saat nenek Kim sangat senang di hari pertama Yerin memutuskan untuk ke universitas dengan air muka pongah dan pupil melebar yang Jungkook tahu itu sengaja ciptakan.

Untuk yang itu, Jungkook sudah tidak tahu semenjak dulu jika noona majikannya itu masih bertahan layaknya rapunsel hanya karena sang nenek. Harta paling berharga dalam hidup gadis itu. Namun mendadak jantungnya berpacu lebih cepat saat dirinya mendapati kalimat berikutnya yang seperti mengoyak benteng pertehanannya.

Jungkook menelan salivanya. "Choi-ssi. Jika memang karena kau yang paling dekat dengan hatiku, bisakah katakan padaku bahwa bukan hanya aku yang merasakannya? Aku tidak tahu sejauh apa aku mengenalmu karena kita baru saling mengenal 3 hari belakangan. Tapi antara aku merasa nyaman denganmu atau merasa terlindungi karena kau bersamaku, atau karena yang lain, sungguhan aku tidak bisa membedakannya."

Selang seling isakan dengan setiap suku kata yang Yerin ucapkan dengan kelopak yang sembab dan beberapa sungai kecil di pipinya. Begitu deras meskipun dia selalu mengusapnya setiap kali air mata itu berusaha menciptakan sungai kecil lainnya dicelah pipinya yang belum basah. Pun sekarang Yerin masih ingin terjaga, mengungkapkan semuanya walau hanya pada punggung yang ia tahu tidak akan pernah mendapat sahutan karena yang diajak bicara pasti sudah tertidur.

Yerin tidak menginginkan hal itu. Jawaban, sahutan, simpati, pun empati, atau pun dekapan sebagai balasan. Ia tidak membutuhkannya sama sekali. Dia hanya butuh lega agar dadanya bisa bernapas bebas kembali. Mengeluarkan beberapa cuitan dengan taraf yang paling menyesakkan. Jungkook lah salah satu yang paling menyesakkan jika terus bersemayam didalam benaknya.

"Maaf..."

[]

Next chapter