"Ishhh..." Devan meringis bersamaan dengan Fandy yang berjalan disisinya. Mendengar itu pun sontak membuat tawa keempatnya menyembur. Kawan, Devan sudah menemukan arti kata itu saat ini.
Mereka yang saling bela saat yang lain bermasalah. Mereka yang saling mengolok namun tak sampai membuat sakit hati, niatannya jelas sebagai pengingat kesalahan meski dengan nada frontal. Mereka yang memaafkan bahkan mungkin kesalahannya itu cukup parah memberi dampak. Kawan.
Devan baru merasakan hal itu saat ini. Dia dulu merupakan golongan siswa yang tak berniat membentuk kumpulan tak penting yang hanya untuk membentuk tawa. Dia dulu tak pernah berpikir merasakan kesepian karena rutinitasnya selalu sama, sendiri. Satu, dua orang terkadang berusaha mendekat, tapi hanya sekedar kenal di permukaan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com