"Aku sangat ingin makan nasi pecel," ungkap Nala membuat Denis tersenyum.
"Kita di Aussie bukan Yogyakara Tuan Putri," sahut Denis yang di sambut dengan tawa renyah Nala.
"Aku tahu. Bagaimana kalau sudah sampai Jakarta nanti kita beli?" kali ini Denis yang tertawa.
"Masih ada beberapa bulan lagi sayang," ucap Denis di sela tawanya. Ia sungguh terpesona pada sikap Nala yang kadang tidak masuk akal. Ia beberapa kali mengusap sayang puncak kepala gadis itu untuk menunjukkan bagaimana perasaannya yang tidak pernah bisa di ungkapkan. Mereka pun bertahan dalam posisi ini hingga tengah malam. Denis tidak sadar jika gadis dalam pelukannya itu sudah larut dalam mimpi. Ia menghela napas perlahan kemudian mengangkat tubuh Nala dengan perlahan menuju kamar. "Mimpi indah sayang," bisiknya saat Nala mengeliat pelan ketika di turunkan dari gendongan. Ia pun berlalu usai menyelimuti tubuh gadis itu sebatas dada.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com