"Cuih, cuih," Banyu mencoba mengeluarkan sesuatu dari dalam mulutnya.
"Anginn!!" pekik Banyu menatap Angin dengan tatapan kesal.
"Lo gila? Huh, hah, huh, hah."
Angin tertawa lepas karena berhasil memasukkan satu sendok penuh sambal ke dalam mulut Banyu. Jangan tanya darimana Angin bisa mengetahui nama Banyu, karena Angin melihat dari name tag seragam yang Banyu pakai.
Banyu mengambil mangkok sambal yang berada di atas meja dan menjejalkan satu sendok penuh ke dalam mulut Angin yang sedang tertawa lepas. Impas bukan?
Angin diam, ia segera mengeluarkan apa yang ada di dalam mulutnya. "Huh, hah, huh, hah."
"Mam-push shh kan loh." ucap Banyu dengan suara khas orang kepedesan.
Semua yang ada di kantin tertawa melihat kelakuan Banyu dan Angin yang menurutnya lucu. Bisa bisanya mereka berdua ribut dengan menjejalkan sambal ke dalam mulut.
"Shh lo-loh!" tunjuk Angin kepada Banyu. Kini mereka sama sama merasakan pedas yang sangat luar biasa. Siapa suruh suap suapan sambal, rasain sendiri lah.
"HAHHHH! MINUMMM!!" Banyu berlari ke arah meja yang tadi ia tempati bersama teman temannya.
Banyu sudah mengeluarkan air matanya. "Minum, Ta! Minum!"
Tata, Jena, Maura, dan Desi tertawa melihat ekspresi Banyu. Lihat saja wajahnya, sudah merah menahan pedas. Siapa suruh marah marah di meja Angin, salahnya sendiri kan. Tapi, Tata dan Jena tetap membelikan minuman untuk Banyu. Kasihan, bagaimanapun juga Banyu ini adalah temannya.
Merasa tak puas dengan Angin, Banyu segera kembali lagi ke meja yang Angin tempati. Walaupun mulutnya masih saja merasakan pedas dan air mata yang sudah berjatuhan. Banyu tetap kembali lagi ke meja yang Angin tempati.
"Peh-pedesh!" ucap Banyu tepat di depan Angin yang sedang mencoba menghilangkan rasa pedasnya.
"Loh kira shh loh doang shh?" balas Angin setelah meneguk susu hangatnya.
Air mata banyu sudah jatuh membasahi pipinya. Sudah seperti putus cinta saja, padahal aslinya lagi kepedesan.
Banyu mengambil susu hangat milik Angin lalu meminumya. "Kok shh malah panashh."
Banyu segera duduk di depan Fiko dan menenggelamkan wajahnya. Setelah rasa pedasnya sudah hilang, Banyu mengangkat wajahnya dan menatap Angin dengan tajam. Sumpah demi apapun Banyu sangat kesal dengan Angin. Bagaimana bisa anak itu tidak mau ganti rugi dan malah menjejalkan sambal ke mulutnya.
"Ganti Hp gue." ucap Banyu menyilangkan kedua tangannya.
Angin menatap Banyu yang berada di seberangnya. "Gak. Lagian itu salah lo sendiri, bukan salah gue."
"Patungan deh sama gue, biar gue bisa beli Hp baru." ujar Banyu memelas, siapa tahu Angin setuju.
Angin tetap pada pendiriannya. "Gak."
Banyu mendengus. Ia kesal, sangat kesal. Banyu bangkit dan mengambil hoodie hijau milik Angin, ia yakin hoodie ini sangat mahal. Bahkan melebihi harga ponselnya.
Banyu memeluk erat hoodie milik Angin agar Angin tidak bisa mengambilnya. Sekalipun bisa, pasti Angin tidak akan melakukannya.
Banyu tersenyum menang menatap Angin yang melotot tak percaya. "Gue yakin hoodie lo lebih mahal dari Hp gue."
"Balikin hoodie gue!" sebelum Angin semakin menjadi, Banyu segera lari keluar dari kantin. Karena Banyu yakin, sebentar lagi juga bel akan berbunyi.
Sementara Tata, Jena, Maura, dan Desi hanya menatap tak percaya melihat kelakuan Banyu. Maura memang sudah tahu kelakuan Banyu seperti apa, tapi tidak dengan Tata, Jena, dan Desi.
"Berani juga dia sama Angin, Mau." ucap Desi tak percaya.
"Sama sama batu biarin, ntar juga jadian lama lama." celetuk Maura asal.
"Yakin deh gue." ujar Tata yang diangguki oleh Jena.
Sementara Angin, ia hanya pasrah melihat hoodie nya dirampas oleh gadis yang baru ia lihat tadi pagi. Angin yakin gadis itu masih kelas 10, karena ia tak sengaja melihat badge kelas gadis itu. Dan Angin juga sudah mengetahui nama gadis itu, Akhara Banyu Alameta.
"Hoodie mahal lo, Ngin." ucap Fiko sembari menunjuk gadis yang sudah membawa kabur hoodie temannya.
"Sadar Ngin, sadar. Mahal banget tuh hoodie, duitnya aja bisa buat beli harga diri Fiko." ujar Bisma mencoba menyadarkan Angin. Sayangnya, Angin sudah sadar sejak tadi.
Fiko menggeplak keras tangan Bisma. "Gue beli juga lama lama harga diri lo."
"Kasihan harga diri gue kalo yang beli elo." ucap Bisma menoyor pelan kepala Fiko, tapi dengan cepat Fiko menepisnya.
"Pasangan homo." cibir Angin kemudian pergi meninggalkan kedua temannya.
Fiko dan Bisma menatap kepergian Angin dengan tatapan bingung, tapi mereka berdua seakan tersadar dengan perkataan Angin. Mereka langsung menjauhkan diri masing masing dan menyusul Angin yang sudah berjalan keluar dari kantin.
Awalnya Banyu berniat ingin pergi ke kelasnya, tapi ia menyempatkan waktu sebentar untuk pergi ke toilet. Jangan berpikir kalau Banyu ingin menuntaskan panggilan alamnya. Tentu saja bukan, karena Banyu hanya ingin memakai hoodie milik Angin. Masa bodoh dengan tanggapan orang orang, yang penting Angin ganti rugi dan hoodie hijau ini Banyu kembalikan.
Jujur saja tiba tiba Banyu langsung jatuh cinta kepada hoodie milik Angin. Selain warnanya yang menurut Banyu bagus, hoodie milik Angin ini sangat wangi. Maklum lah, hoodie mahal. Jadi harus dirawat dengan penuh kasih sayang.
"Hoodie aja dirawat, masa akhlak engga." cibir Banyu menatap pantulan dirinya di depan cermin.
"Tapi bagus sih, wangi lagi. Besok gue mau koleksi hoodie aja lah." sambung Banyu dalam hati. Ingat, dalam hati.
Banyu berjalan keluar dari toilet dengan mengenakan hoodie milik Angin. Tatapan kagum, iri, dan tak percaya dapat Banyu lihat dari raut wajah yang orang perlihatkan di sepanjang jalan. Tapi Banyu tak peduli, ia tetap berjalan santai tak memperdulikan semua orang.
----
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, tapi suasana sekolah masih terlihat ramai karena hari ini adalah pengumpulan siswa yang berminat ikut ekstrakurikuler. Salah satunya Banyu, Akhara Banyu Alameta.
Banyu mendaftar di salah satu ekstrakurikuler di sekolah ini. Sementara Tata dan Jena, tidak. Banyu mengikuti ekstrakurikuler Volley, cukup banyak juga yang minat ekstra ini. Masing masing pengumpulan siswa peminat ekstra dibuat secara terpisah. Tapi untuk ekstra Volley dan Basket dikumpulkan di satu lapangan. Ya walaupun Basket sendiri dan Volley sendiri, tapi mereka satu lapangan.
"Baik, untuk ekstrakurikuler Volley akan dilakukan setiap hari Selasa dan hari Kamis setiap pulang sekolah, jadi bagi kalian yang sudah masuk ke dalam ekstrakurikuler ini. Kalian boleh membawa celana training dan baju bebas setiap hari Selasa dan Kamis." terang Pak Agus, selaku guru yang memegang ekstrakurikuler Volley.
"Ada yang mau ditanyakan?"
Banyu mengangkat tangan kanannya ke atas. "Saya Pak!"
"Silahkan," ucapnya mempersilahkan.
"Untuk Putra dan Putri, apa semuanya akan digabung menjadi satu ketika latihan? Terus, kalau ada lomba apa sekolah ini akan mengajukan tim?"
"Semua Putra dan Putri tidak akan digabung menjadi satu ketika latihan. Karena kita mempunyai dua lapangan Volley, dan itu memang sengaja dibuat agar Putra dan Putri terpisah. Tapi setiap hari kamis, Volley Putri akan di uji melawa Volley Putra." jelas Pak Agus sambil menaruh tangannya di belakang.
Pak Agus diam sejenak. "Dan lagi, setiap ada lomba pasti sekolah ini selalu mengajukan. Entah itu menang atau kalah, yang terpenting kita semua bisa belajar. Saya dengar, sehabis tengah Semester akan ada lomba Volley Putra dan Putri untuk kelas 10. Saya harap kalian semua serius dalam latihan dan maju untuk mewakilkan. Untuk kelas 11 dan 12 juga masih mengikuti ekstrakurikuler ini, sekaligus membantu saya dalam membimbing kalian semua."
"Ada yang mau ditanyakan lagi?"
"Tidak."
"Baik, jika sewaktu waktu ada yang mau dipertanyakan kalian bisa langsung menemui saya. Sekarang kalian sudah boleh pulang. Sekian dari saya, terima kasih." Pak Agus pergi meninggalkan sekumpulan anak Volley dan berjalan menuju ke arah anak anak Basket.
Banyu berjalan menuju ke arah tepi lapangan untuk mengambil tas dan hoodie hijau yang sudah ia rampas dari sang pemilik. Banyu duduk dan meminum air yang sempat ia beli tadi, kemudian memakai hoodie milik Angin lagi. Huh, Banyu sangat menyukai hoodie milik Angin.
Para sekumpulan anak Basket sudah dibubarkan setelah Banyu selesai memakai hoodie milik Angin. Tanpa pikir panjang, Banyu segera berjalan meninggalkan lapangan Basket untuk pulang. Tak memperdulikan sejak sekumpulan anak Basket dibubarkan ada yang memperhatikannya.
"Hoodie gue." gumam seseorang menatap lurus ke depan.
Ia segera berlari mengejar orang yang sudah berani mengambil hoodie nya itu. Kalau saja harga hoodie miliknya murah, ia tak akan memintanya kembali. Tapi ini beda, harga hoodie nya itu bahkan bisa untuk membeli motor.
Ia menarik tas seorang gadis di depannya, untung saja masih dapat. "Hoodie gue balikin!" ketusnya.
Banyu yang masih meminum air mineralnya itu sontak membalikkan Badannya. Dan..
"BANYU!"