webnovel

2.5 - Grandmaster Kesenian

Tenda Medis, Perkemahan Amethyst Merchant.

Pukul 1320, 19 Februari 2025

Mier memandang Sia sambil tersenyum lembut. Setelah menyuapinya dengan bubur, anak manis tersebut kemudian mengupas sebuah jeruk untuknya.

"Nenek Mier, mulai saat ini Sia akan merawat nenek. Jadi nenek tidak perlu khawatir."

Entah sudah berapa kali Sia mengulang-ulang kata-kata tersebut, tapi Mier sedikitpun tidak pernah bosan mendengarnya.

Selama lebih dari satu dekade Mier menjadi Kepala Pelayan di Keluarga Vadiz, keluarga bangsawan yang menjadi penguasa Region Tuscan hingga lebih dari 300 tahun. 

Saat Keluarga Vadiz hendak meninggalkan Magwurt City, Count Vadiz dan istrinya secara langsung meminta agar Mier ikut dengan mereka, namun tanpa ragu Mier menolak. 

Tidak lama berselang kondisi Region Tuscan jatuh ke titik terendah, dan meski kondisi hidupnya semakin sulit dan penuh ketidakpastian Mier tanpa ragu memungut Sia yang kehilangan ibunya karena sebuah penyakit.

Satu-satunya penyesalan di hati Mier adalah, ia tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk Sia. Namun penyesalan tersebut mulai menguap saat beberapa hari yanglalu ia terbangun di atas ranjang yang sangat nyaman dan hangat, di dalam tenda yang terang benderang dan ada seorang anak perempuan yang sangat manis menunggunya.

Butuh waktu beberapa lama sebelum Mier menyadari kalau anak perempuan yang sangat manis tersebut adalah Sia, mengingat anak tersebut memiliki wajah yang bersih berseri, rambut hitam lurus yang berkilau dan mengenakan pakaian bersih yang penuh warna.

Baru ketika ia mendengar Sia memanggil namanya sambil tersedu dan memeluknya erat-erat, Mier sepenuhnya yakin kalau anak perempuan yang menunggunya adalah Sia.

Sejak saat itu pula dengan riang Sia akan menyuapinya, menunggunya, memijitnya dan menceritakan beberapa kabar yang didengarnya saat ia pergi ke tenda makan.

Mier melahap sepotong jeruk yang disodorkan oleh Sia dengan lembut sebelum berkata.

"Sia, benarkah Amethyst Merchant sedang merekrut tenaga kerja secara besar-besaran?"

"Mhm."

Sia mengangguk mantap sebelum menjawab.

"Mereka membuka Tenda Bursa Kerja dan melakukan seleksi sebelum mengirim calon ke tempat pelatihan."

Secercah harapan terpancar dalam tatapan Mier, sementara di dalam hati ia berniat untuk secepatnya mengunjungi Tenda Bursa Kerja.

Apalagi Sia juga bercerita kalau dalam beberapa hari Amethyst Merchant akan membuka sekolah yang menerima siswa tanpa membedakan apakah siswa berasal dari keluarga biasa atau keluarga bangsawan.

'Jika sekolah tersebut menerima siswa tanpa memandang status, maka aku harus memastikan Sia memperoleh pendidikan yang memadai.'

Mier sedang meneguhkan tekadnya ketika seorang perawat menghampirinya bersama seorang pria yang tampak sangat kasual. Mier tidak mengenali pria tersebut, namun Sia seketika memandang sang pria dengan mata terbelalak, karena pria tersebut adalah rekan dari pria yang beberapa waktu lalu memberinya roti yang sangat manis dan lembut. 

"Letkol. Slane, ini adalah Nyonya Mier, Nyonya Mier ini adalah Letkol. Slane dari Amethyst Merchant."

"Maaf, saya tidak bisa bangkit berdiri untuk memberikan salut."

Letkol. Slane tersenyum sebelum duduk di samping ranjang, tepatnya di kursi yang disodorkan oleh Sia.

"Nyonya tidak perlu sungkan, lagipula saya bukan berasal dari keluarga bangsawan."

Setelah perawat wanita yang memperkenalkannya undur diri sambil membawa Sia, Letkol. Slane segera melanjutkan.

"Saya datang kemari untuk menanyakan beberapa hal, dan saya harap Nyonya Mier tidak keberatan menjawabnya."

"Tentu saja tidak, saya akan menjawab sebaik mungkin."

Letkol. Slane mengangguk puas sebelum mengajukan pertanyaan pertama.

"Saya dengar Anda menolak ajakkan Keluarga Vadiz untuk pindah ke Makai Royal City, bolehkah saya tahu alasannya?"

Mier menghela nafas dalam-dalam sebelum berkata.

"Saya tidak sudi melayani Keluarga Bangsawan yang meninggalkan rakyatnya. Selain itu saya ingin mati di tanah kelahiran saya."

"Apakah setelah kepergian Keluarga Vadiz Anda pernah melakukan kontak dengan mereka atau setidaknya tahu kondisi mereka?"

"Enam bulan setelah mereka pergi seorang pelayan pria dari Keluarga Vadiz menemui saya dan kembali mengajukan ajakan dari Count Vadiz dan Lady Rorie."

". . ."

"Pelayan tersebut juga bercerita kalau anak perempuan pertama Keluarga Vadiz menikah dengan salah seorang anak Duke Kalzar. Jadi meski Keluarga Vadiz kehilangan gelar kebangsawanannya, mereka tetap mendapat tempat di Makai Royal City dan galeri seni yang mereka buka berkembang pesat berkat dukungan Keluarga Kalzar."

Letkol. Slane termenung untuk beberapa lama sebelum berkata.

"Selain sebagai Kepala Pelayan untuk Keluarga Vadiz, saya mendengar Anda juga seorang Appraiser profesional dan sangat mahir dalam mengorganisasikan pesta kebun atau pesta-pesta lain."

". . ."

"Bahkan ada cerita kalau seorang anggota Makai Royal Family yang berkunjung ke Kastil Magwurt sampai terpesona dengan wawasan dan pemahaman Anda dalam dunia seni rupa dan menawari Anda posisi manager di galeri seni miliknya."

Mier menghela nafas dalam-dalam sebelum berkata.

"Saya mengerti satu dua hal bagaimana cara menaksir nilai seni sebuah karya, tapi saya tidak memiliki sertifikat Appraiser profesional. Saya juga tahu bagaimana mengorganisasikan sebuah pesta tapi tidak sehebat seperti yang diceritakan orang-orang. Sedangkan mengenai pemahaman akan seni rupa, saya mendapatkannya karena saat mendampingi Lady Rorie belajar seni rupa di Makai Royal Academy, saya sering membantu beliau mengerjakan tugas sekolah."

Mier menggambarkan kemampuan dirinya secara sederhana dan rendah hati, tapi sedari awal Letkol. Slane sudah diberitahu Viscount Rattel kalau keahlian Mier sebagai Appraiser, atau keahliannya dalam mengorganisasikan pesta untuk para bangsawan serta wawasannya dalam seni rupa ada di level Grandmaster.

Yang ingin diketahui Letkol. Slane dari pertemuannya dengan Mier adalah, karakter dan kepribadian dari wanita tua tersebut, karena Appraiser dan pencinta seni biasanya memiliki karakter dan kepribadian yang unik serta agak sulit dimengerti.

Namun dari percakapannya dengan Mier, Letkol. Slane dapat memahami kalau Mier hanyalah wanita biasa di usia senja, dan kemungkinan besar ia tidak akan mengalami masalah berarti ketika bekerja sama dengannya.

Dengan mantap Letkol. Slane berkata.

"Amethyst Merchant berniat mendatangkan produk seni namun tidak memiliki acuan yang bisa digunakan untuk menentukan apakah sebuah produk akan diterima oleh pecinta seni lokal atau justru dicaci maki. Kami juga butuh nasehat dalam asimilasi kebudayaan agar tidak ada konflik antara budaya yang kami bawa dan kebudayaan lokal."

". . ."

"Singkat kata, kami sangat membutuhkan keahlian Anda dan bermaksud menawari Anda posisi sebagai konsultan seni. Bersediakah Anda mempertimbangkan tawaran kami?"

Tanpa pikir panjang Mier menjawab.

"Saya menerimanya.'

Letkol. Slane memandang Mier untuk beberapa lama sebelum berkata.

"Anda yakin tidak ingin mempertimbangkannya terlebih dahulu, mengingat saya belum mengajukan draft kontrak kerja?"

"Dengan umur saya saat ini, tidak banyak pekerjaan yang bisa saya ambil, dan jika saya bisa bekerja dalam bidang yang saya cintai maka hal tersebut adalah berkah tersendiri."

Letkol. Slane mengangguk perlahan sebelum berkata dengan penuh keseriusan.

"Akan saya pastikan Anda tidak menyesali keputusan Anda." 

Bagi Letkol. Slane seni adalah dunia asing yang tidak dipahaminya, tidak peduli apakah itu di bumi, di Benua Amstell atau di dunia manapun. Masalahnya, selera seni masyarakat kelas atas bisa digunakan sebagai pintu masuk dalam diplomasi politik atau ekonomi, jadi ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Beruntung kini ia memiliki kompas untuk memandunya.

Sambil tersenyum dari telinga ke telinga, Letkol. Slane lalu mengajukan draft kontrak kerja kepada Mier.

*****

Next chapter