Hewan roh menggosokkan kepalanya ke jubah Hisashi meminta perhatian.
"Itu memang cermin bunga. Yang Agni tunjuk bukan besi besar beraroma darah di sana. tetapi tepat dibawahnya" hewan roh mencoba menjelaskan apa yang di maksud Agni.
Hisashi melirik ke bawah, mengangguk-anggukkan kepala lalu menatap Agni sejenak sebelum bertanya.
"Bagaimana cara kita memasuki cermin bunganya kalau letaknya ada di bawah tempat tidur oprasi yang terbuat dari besi?" pertanyaan Hisashi spontan membuat Theodor, Eve dan Lucas kompak menatap Agni.
"Ada di bawah tanah dengan kedalaman 250 meter. Apa kalian berharap menemukan cermin bunga tanpa harus mengeluarkan tenaga?" Agni mengangkat satu alis dengan nada mencemooh.
"Kau bisa menjangkaunya sendiri?" Theo menatap Agni tajam.
"Aku dan hewan peliharaan si botak itu, tentu saja mudah menjangkaunya. Bagaimana dengan kalian?" Agni tersenyum samar.
"Kau bisa membantu kami agar bisa menjangkau cermin bunga?" Eve mencoba mengatakan permintaan tolong dengan tulus.
"Tidak. Jika aku ingin, bisa saja menggunakan tenagaku untuk mengeruk ke dalam tanah. Masalahnya Sergei membangun perisai hingga kekuatan kami tak mampu menembus ke dalam tanah" balas Agni menunjukkan raut wajah tak berdaya.
"Jadi artinya untuk menembus ke dalam tanah kau pun tidak akan sanggup?" tebak Lucas.
"Sial! disaat seperti ini aku jadi merindukan Armian" desis Amarru kesal. Jika Armian di sini, urusan seperti ini sangat mudah untuk ukuran orang secerdas Armian.
Secepat kilat Hisashi berpindah tempat lalu membekap mulut Eve sekuat tenaga.
"Jangan panggil dia. Terlalu banyak orang akan merepotkan" tegur Hisashi pada Eve lalu melepaskan bekapan tangannya.
"Bukankah hanya Sergei yang bisa memanggil siapa pun kemari?" Agni mulai tertarik dengan tindakan Hisashi yang menurutnya terlalu berlebihan.
"Dia selalu ingin meneriakkan nama kekasihnya setiap merasa takut tidak bisa bertemu lagi. Ehm. Jadi... tindakkanku tadi sekadar ingin menyelamatkan harga dirinya" Hisashi mencoba menyembunyikan kemampuan Eve.
Bagi Hisashi, sebaik apa pun Agni, siluman tetaplah siluman. Tidak akan menguntungkan bagi manusia terlalu mempercayai siluman kecuali, jika mereka mau melakukan kontrak darah dengan manusia.
"Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk bisa memasuki dunia cermin bunga? Kau tidak akan tinggal diam bukan?" Theodor mengembalikan topik pembicaraan.
"Yah, jika ada sumber air di sini, tentu kita bisa segera menemukan cermin bunga" Agni menggunakan kekuatannya untuk mencari tahu adakah air di tempat ini?
Wajah Agni memucat sesaat setelah membuka kedua mata.
"Dia tidak membiarkan secuil pun celah untuk mangsanya kabur. Makhluk sialan!" teriakan Agni penuh amarah memenuhi seluruh ruangan.
Bulu kuduk para manusia langsung meremang setelah mendengar suara gelak tawa Sergei setelah teriakan Agni tadi.
"Jangan bilang Sergei diam-diam mendengarkan semua pembicaraan kita" kata Eve waspada.
"Pendengaran Iblis memang begitu adanya" sahut Amarru mencoba menetralkan detak jantungnya sendiri.
Eve menutup matanya lalu batinnya berbisik. Aku bisa berbicara menggunakan pikiranku dengan Hisashi...
Hisashi...kau bisa mendengarku?
Eve tertegun menyadari ada orang selain dia, yang juga menghubungi batin Hisashi sehingga panggilannya terhalang.
Eve melihat kearah jam tangannya. Di dunia nyata, detak jam akan bergerak maju tetapi Eve memerhatikan selama terkurung ditempat ini dan menemukan fakta bahwa jamnya malah bergerak mundur.
"Lima menit lagi Sergei terbebas!! Kita harus bergerak cepat!!" teriak Eve memperingatkan. Semua orang memandang Eve panik.
"Agni. Apa kau mau bekerja sama denganku? anggap saja kita saling menguntungkan kali ini" Eve mencoba melakukan penawaran kepada Agni.
"Apa yang bisa kubantu?" sahut Agni penasaran.
"Arahkan aku untuk menentukan posisi di mana cermin bunga berada. Kurasa tidak akan ada ruginya untukmu kan?"
"Bagaimana caramu mengeruk tanah sampai kedalaman 250 meter?" Agni heran apakah gadis ini menyembunyikan alat berat itu disuatu tempat?
Tak ingin banyak bicara Eve melangkah menuju tempat tidur oprasi tersebut. dia memikirkan sebuah mesin bor maka muncullah mesin bor tepat disampingnya.
"Kau ini!!" pekik Agni tercengang.
Agni berpikir manusia dengan kemampuan pikiran adalah masalah terbesar bagi bumi. Jika si pemilik kemampuan pikiran ini orang cerdas dengan pemikiran ingin menakhlukkan dunia, maka bumi akan segera binasa.
"Tunggu apa lagi? tunjukkan titiknya sekarang" Eve memecahkan lamunan Agni.
Agni tersenyum tampaknya dia memiliki sebuah ide. dia menjentikkan jari ke arah mesin bor. Dengan sendirinya, mesin tersebut bekerja dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Kau bilang Sergei membuat perisai. mengapa kau menggunakan kekuatanmu pada mesin bor ku?!" teriak Eve pada Agni.
"Aku hanya akan menggunakan sebelum sampai pada titik perisai itu aktif!. Ini akan mempercepat waktu kita untuk kabur dari sini!" Agni menjelaskan apa yang sedang dia lakukan.
"Mereka mendadak menjadi tim yang hebat" senyum Amarru.
Mendadak angin bertiup kencang. Pintu yang bolong kini membuat suara kencang membuka dan menutup karena angin tersebut.
Hisashi sigap menahan pintu, dan menguncinya agar tetap tertutup rapat. Lalu Amarru membantu menciptakan dua lapisan mantra. Mantra pertama di bagian luar pintu dan yang kedua dibalik pintu.
"Aku baru memiliki kekuatan api untuk saat ini. Apa kalian bisa membekukan semua dinding di ruangan ini?! Itu bisa menghalau Sergei masuk kemari!!" teriak Agni pada Hisashi dan Amarru.
Semua tawanan menyadari bahwa Sergei sudah keluar dari sel tahanannya. Eve menutup matanya lalu memikirkan sekaligus membayangkan semua dinding diruangan itu membeku.
Suhu dingin yang tercipta karena hembusan angin puyuh, kini semakin terasa lebih dingin karena Eve telah membekukan seluruh dinding ruangan kecil yang mengurung mereka.
Bruk!!
Bruk!!
Rupanya Iblis berwujud Dokter Sergei mencoba mendobrak mantra pelindung Amarru dan Hisashi.
Eve menciptakan sinar laser untuk menyelubungi seluruh lapisan pintu dan menoleh pada Hisashi.
"Mantrai sinar laserku agar dia terbakar saat menyentuhnya!!"
Hisashi tersenyum dengan ide yang sebelumnya tak pernah terpikirkan Hisashi sebelumnya.
Boooom!!
Suara ledakan membuat para manusia terlonjak kaget. Mereka bergerak mundur, mendekat ke arah mesin bor berada. Asap dan bau karena efek ledakan mantra Hisashi dan Amarru menguar... memasuki celah dari pintu. Menciptakan asap hitam pekat berbau belerang.
Hisashi, Amarru, Eve, Theo dan Lucas terbatuk-batuk karena bau belerang yang menyengat hidung.
Guk!!
Guk!!
Hewan roh mulai gelisah melihat tuannya merasa tercekik karena bau belerang. Matanya membelalak melihat sesuatu yang menyusup masuk ke dalam ruangan melalui celah pintu.
Grrrrr
Grrrr
Insting liarnya mulai aktif. Hewan roh merasakan Sergei, punya trik licik untuk memasuki ruangan. Ya, dengan asap pekat itu, Sergei diam-diam menggunakan kekuatannya untuk melelahkan lapisan es di seluruh dinding ruangan.
Hewan roh memperbesar tubuhnya hingga setinggi atap ruangan.
"Agni bawa mereka pergi secepatnya!!" teriak Hewan roh tanpa mengurangi kewaspadaannya.
Cairan berwarna hitam pekat, berbau belerang merembes masuk lewat celah pintu. lalu cairan tersebut mulai mengental, makin mengental, membentuk dua cap kaki yang menempel di lantai!!
Makhluk itu menunjukkan bahwa kini dia berjalan mendekat ke arah tiga buruannya dengan jejak kaki yang semakin lama melangkah semakin mendekat!!
Duuuuuut!!
Iyuuuh, apa sekarang waktu yang tepat untuk hewan roh kentut?! gas yang hewan roh keluarkan ternyata, berfungsi sebagai perisai berbentuk gelembung gas yang menyelimuti semua manusia tak terkecuali Agni.