webnovel

CH.260 Kerja sama

Dengan monster klasifikasi baru yang ada di hadapan kami, tidak bisa kami bertarung dengan cara yang biasa kami lakukan. Sebagai awalan, aku harus menganalisis perbuatannya juga mencari kelemahannya. Kalau monsternya berhasil diidentifikasi, melawannya akan jadi lebih mudah karena gerak-geriknya bisa dipelajari.

Untuk itulah selama Shin dan Lala menyerang, aku mengamati hampir tanpa mengedipkan mataku sedikit pun agar tidak ada yang bisa kulewatkan. Oh ya, soal yang mengepung dari dua arah, aku mengandalkan teori dasar yaitu semakin besar ukuran tubuhnya, semakin lambat juga monster itu bergerak dan menyerang.

"Shin, Lala, andalkan insting berburu kalian. Pada waktu khusus, kalau aku menyadari sesuatu dan kalian harus mengambil suatu tindakan, aku akan beri tahu, tidak terlambat."

"Nyawa kami, kami serahkan padamu Sin."

Tanggungannya berat sebenarnya, nyawa mereka ya…? Sebegitu percayanya kah mereka kepadaku sampai menyerahkan semuanya ke dalam rencanaku. Namun memang yang sudah terbiasa bertarung dan pengalamannya paling banyak hanya aku.

Jurai sebenarnya bisa, Shin pun juga bisa. Kami bertiga itu kutu buku dan suka belajar, hanya dengan mengetahui sedikit saja, kami bisa mengambil suatu pelajaran yang membantu. Itu kenapa bagi kami, informasi itu benar-benar penting. Hanya karena tahu kelemahan monster misal, membunuhnya jadi jauh lebih gampang bukan, tidak buang-buang waktu menyerang dengan sia-sia.

Mataku tidak luput dari mencari segala informasi yang kami butuhkan untuk melawan monster yang satu ini. Sekali mencari data soal monster ini, aku juga melatih kecepatan prediksiku dan ketepatannya lebih dari IAI. Oh ya, IAI itu tetap kecerdasan buatan utama yang kupakai, dia berbagi data dengan ELISBETH yang membantunya kalau suatu perintah terlalu kompleks dan tidak mungkin dilakukan sendirian.

"Kuh… kulit monster ini sekeras baja, sulit sekali bahkan untuk membuat goresan kecil."

"Shin, monster itu tidak punya kemampuan regenerasi bukan? Kalau begitu serang saja dia titik vital berulang kali kalau ada kesempatan."

"Analisis yang seperti itu pun aku bisa mengetahuinya sendiri."

"Diam kau, padahal tadi kau sendiri yang bilang menyerahkannya kepadaku."

Terkadang kesal juga kepada mereka kalau kelakuan asli mereka kumat dan mulai muncul. Namun sekesal-kesalnya aku, tidak mungkin bisa aku benci kepada mereka. Bagaimana pun bagi kami semua, satu sama lain itu sudah lebih dekat bahkan dari sekedar kata keluarga dan orang yang disayangi.

Buat kami, tidak ada yang lebih penting dari terus hidup dan menghilangkan segala halangan. Ya… itu artinya termasuk monster-monster ini dan… Kuroshin juga antek-anteknya. Sejujurnya, bagi kami, mendengar namanya sudah memuakan dan rasa membunuh kami kepadanya meningkat dratis sekejap.

Namun pada akhirnya kami terus menahan diri. Bagi kami, istri kami itu yang paling bisa mengontrol kami apalagi mereka mengetahui batasan kami bertiga. Sejak dulu, kami hidup sesuka kami, jadi wajar saja kalau lepas kendali, sifat kami bisa seperti orang kesurupan.

"Hei, hei, ini bukan saatnya ribut. Papa nih juga sama aja, kalau tidak fokus kita yang repot sendiri. Makanya kita serahkan soal perencanaan pada Sin."

"Maaf, maaf. Tolong analisis yang lain Sin, tenaga kami berkurang dengan konstan dan terlalu cepat. Serangan monster seperti ini dampaknya besar dan harus dihindari."

Mengetahui monster seperti ini, memang sangat sulit karena seperti yang sudah kuberi tahu, rencana kami adalah 'hit and run' alias menyerang dan menghindar. Dengan mengulangi seperti ini, tergantung keberuntungan dan waktu saja.

Keberuntungan yang kumaksud di sini adalah musuh tidak punya rencana aneh dan licik yang membuat tidak memungkinkan untuk kabur. Juga soal waktu, ada hubungannya dengan tenaga atau stamina, sejak menyerang musuh dengan cara seperti itu mengharuskan untuk bergerak begitu banyak dan luas.

Itu kemungkinan paling buruknya hanya akan terjadi kalau kami tidak menggunakan sistem rotasi seperti ini. Kalau dengan seperti ini, kami tidak perlu khawatir sejak pasangan lainnya akan bersiap untuk mengambil alih sekali yang sedang bertarung goyah.

"Kalau begini caranya yang ada kita akan kalah hanya kurang stamina saja. Jurai, lakukan seperti yang kukatakan tadi soal menyerang dan mundur sesuai dengan kehendakmu."

"Dilaksanakan."

Bukan hanya kekurangan tenaga, tetapi kita juga kekurangan banyak hal lainnya. Kalau begini caranya, mungkin anak-anak Shin dan Lala harus dilatih untuk bisa bertarung membantu kami. Lagipula pada dasarnya anak-anak mereka itu juga keturunan dewa langsung, kekuatan standar mereka lebih tinggi dua kali lipat bahkan lebih dari pertarung veteran.

Tidak berarti melatih mereka dan meminta mereka ikut membantu kami bertarung, menjadi membahayakan mereka, bukan. Lagipula ujung-ujungnya kemampuan mereka kalau diasah juga berefek bagi mereka untuk bisa melindungi diri mereka sendiri di masa depan.

Namun yang kuherankan hanyalah satu, kalau keluarga Shin dan Lala, anak-anak mereka bisa hidup sampai sekarang dan mereka masih berpenampilan muda, bagaimana dengan keempat anak pertamaku yaitu kembar laki dan kembar perempuan itu? Bukankah mereka seharusnya juga masih hidup sampai sekarang?

Benar juga… kurasa aku harus mencari tahu soal mereka. Seingatku aku tidak pernah memberi mereka Pentarundum, tetapi tidak ada salahnya bukan melacak semua Pentarundum yang ada. Mungkin saja Pentarundum yang tersisa sebagian besar di Terra masih ada. Kiamat tidak menutupi kemungkinan ini.

"Shin, Lala, mundurlah, kurasa memang aku harus mencari tahu kelemahannya sendiri. Jurai, tetaplah di medan perang membantu kami."

"Baik, baik."

Untuk sekarang aku menahan semua pemikiranku yang lainnya, fokus kami haruslah untuk bertarung. Bukan berarti aku terlalu serius menanggapi ini semua, tetapi kalau aku tidak fokus, yang ada ini akan membuang waktu, tenaga, dan lainnya juga.

Monster yang seperti ini mungkin bisa disetarakan kesulitannya dengan monster tingkat 9 di dunia Kimino atau setara kelas SSR. Ini dugaan paling tinggiku, bisa saja kalau aku mengetahui kekuatannya, tingkat kesulitannya bisa lebih rendah lagi dari ini.

"Kiera, tolong pancing perhatiannya supaya aku bisa mencari titik kelemahannya."

"Sudah kupahami."

"IAI, tolong buat prediksi dan simpan datanya nanti kalau aku sudah berhasil menemukan titik lemahnya dan lainnya."

Kalau di dunia persekolahan, kata kerja sama sering disalah artikan oleh banyak orang. Biasanya mereka menganggap, yang satu kerja, yang lain sama, alias mencontek. Namun ini tidak bisa kalau sudah masuk dunia yang lain, apalagi dunia pertarungan.

Dalam bertarung, kerja sama sangatlah penting dan harus dipahami oleh semua orang arti sebenarnya. Hanya orang egois saja yang biasanya tidak bisa diajak kerja sama. Makanya, aku bisa bertarung dengan semuanya itu karena tingkat kepercayaan kita satu sama lain tinggi.

Benar-benar tidak boleh ada yang menganggu satu, berbeda satu orang saja perbedaannya sangat tinggi. Makanya aku tadi berpikir untuk bisa melatih anak-anak Shin dan Lala agar kekuatan keseluruhan kami bertambah dan rencana kami makin luas dan berjalan lebih lancar.

Jujur sekarang aku menyadari betapa lemahnya kami, aku dan yang lainnya, bahkan aku dan Shin yang punya kekuatan dewa langsung di antara para dewa lainnya. Entah kenapa, tetapi karena kekuatan kami tidak pernah diasah begitu tajam hanya karena fokus kami adalah keluarga.

"Perut… terlebih dahulu… tidak… bukan perut. Leher? Tidak, bukan leher juga."

Biasanya para monster ini mengambil bagian-bagian dari tubuh hewan dan meniru fungsinya. Yang paling merepotkan adalah monster kelas evolusi 5 yang meniru cheetah kakinya dan harimau mulut dan giginya. Kecepatannya mengerikan kalau tidak menggunakan sihir.

Monster ini kurasa lebih mirip dengan landak dan juga badak. Kulitnya benar-benar keras, tidak ada titik lemah yang terlihat jelas. Makanya aku benar-benar mencari di mana titik lemahnya tanpa mengambil perhatiannya atau tidak ada kesempatan buatku mencari celah.

"Sayang, monster ini benar-benar keras di mana-mana, sebaiknya kita serang matanya dulu untuk membuatnya melambat."

"Bagaimana kalau nanti dia menyerang dengan sembarangan karena itu? Bisa repot nanti."

"Tidak apa-apa, serang saja dulu. Gerakan monster ini lambat jadi tidak apa-apa."

Analisis Kiera tidak sepenuhnya mutajir, tetapi untuk membuatnya menjadi kacau, cara ini cocok. Mata memang biasanya paling vital, makanya kenapa untuk memperlambat gerakan yang berbahaya mengenai kita, mata harus menjadi target untuk dihancurkan.

Sesuai dengan rencana Kiera, aku berusaha mencari celah untuk menghancurkan matanya tanpa sihir, tetapi tidak mungkin. Akhirnya karena tidak mau membuang-buang sihir, aku menyerahkannya kepada Kiera yang lebih lincah untuk memanjat tubuh monster itu di saat yang tepat, dan memang itu berhasil.

"Haish… kalau soal kecepatan, perempuan tidak bisa diremehkan."

"Itu kalau bahaya mengancam. Kalau dalam hal normal, reflek laki-laki lebih cepat menyadari hal aneh."

Apa yang menjadi bahan pembicaraan kami itu tidak bisa dibuktikan, yang kami ambil itu mayoritasnya. Tidak mungkin bukan kalau setiap manusia sikap dan tindakannya sama, pasti setiap orang punya keunikannya masing-masing secara acak.

Di dunia ini atau dunia mana pun setahuku tidak ada yang absolut, semuanya pasti akan berubah suatu saat atau dengan begitu lambatnya. Makanya selama ada waktu dan kesempatan, lebih baik manfaatkan saja semuanya atau akan menyesal nantinya.

Aku yang sudah jauh hidup dari Kiera untuk waktu yang lama bahkan walau aku terjebak dalam waktu yang sama berulang-ulang, sekarang menikmati waktuku sepenuhnya. Jadi, saat aku berhasil mencapai tujuan utamaku yaitu menyelesaikan satu untuk selamanya dewa Kuroshin itu, tidak ada penyesalan lain yang kumiliki saat aku mati.

Mungkin aku sudah mati berkali-kali, membuatku berpikir bahwa kematian bukan akhir dari segalanya. Namun yang membuatku takut adalah menyesal tidak menikmati waktuku bersama keluargaku. Entah kapan aku akan membalas dendamku, tetapi aku tidak ingin keluargaku terancam oleh apa pun hanya karena tindakan bodohku.

"Monsternya jadi bersikap aneh. Hancurkan mata yang satu lagi dan jatuhkan dia dengan serangan besar di lutut. Buat sihir eksplosif pada lututnya!"

"Biar kubantu dari jauh soal sihirku ke lututnya, kalian fokuskan saja matanya dulu."

Dengan bantuan Shin dan kerja sama dengan Kiera juga. Akhirnya monster kelas evolusi tujuh ini yang gagah perkasa dan sulit ditembus pertahanannya ambruk juga. Coba kalau dari tadi pakai cara begini, tidak buang-buang tenaga jadinya. Kalau sudah tumbang, sisa kami kalahkan saja setelah menemukan titik lemahnya.

Next chapter