Figo masih dalam ruang ICU. Papahnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan. Dia ingin melihat anaknya. Sudah bertahun-tahun lamanya, dia belum bertemu dengan Figo kembali, hanya bisa melihat dari kejauhan. Kali ini, dia benar-benar menyesal. Ketidakbecusannya menjadi seorang ayah sangat terlihat jelas. Karena, tidak bisa menjaga Figo dengan baik, sampai anak itu kini terkulai lemas di ranjang rumah sakit.
"Figo. Ini Papah Nak, bangun." Lebih seperti rintihan. Lelaki yang nyaris tidak pernah menangis dalam hidupnya, kini sedang berkaca-kaca. Melihat Figo dalam kondisi sangat mengenaskan. Tidak ada cara lain, yang bisa membuat Figo bangun. Kecuali, doa.
Agar Allah mendengar, dan menyembuhkan Figo. Sebab, pihak rumah sakit. Tidak bisa menjamin, kelancaran operasi saat kondisi Figo kritis seperti ini.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com