Galang Mahardika langsung menutup telepon, dia tidak ingin mendengarkan orang lagi.
Dia menunggu sampai malam, dan tidak ada yang membuka pintu atau menjawab telepon.
Galang Mahardika kembali ke rumah dengan cemas, dan naik ke kamar di mana mereka biasanya tetap hangat siang dan malam.
Melihat perabotan yang apik dan halus, setiap sudutnya penuh dengan nafasnya.
Semakin dia melihatnya, semakin dia merasa bahwa ruang tanpanya sepi, dan hatinya begitu gelap.
Semakin dia memikirkannya, semakin dia merasa bahwa pernapasannya menjadi tidak stabil, dan perasaan tidak berdaya yang tidak dapat saya hirup menyebar tanpa henti.
Baginya, dia benar-benar bisa mengatakan biarkan pergi dan biarkan pergi, tidak menyisakan ruang sama sekali.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com