webnovel

Salah Paham

Luna segera mendongak dan mencengkram tangan Galang dan berkata padanya dengan panik, "Dia masih anak-anak!"

Gadis itu memiliki perasaan tidak enak saat Viktor datang, pria itu sepertinya bukan pria biasa saat melihat tubuh besarnya dan wajahnya yang tidak terlihat baik.

Mungkin, Aldo kemarin masih bisa dimaafkan oleh Galang, karena pria itu adalah sahabat pamannya. Namun dirinya khawatir kepada Rangga, karena Galang terlihat begitu membenci pemuda itu. Luna khawatir jika Galang akan memperlakukannya dengan kejam.

Rangga tidak berontak karena tidak merasa berbuat sesuatu yang salah saat Viktor menahan kedua tangannya. Dirinya masih memandang dua orang di depannya dengan marah.

Sedangkan Galang menoleh ke Luna dan berbicara padanya dengan penuh tekanan, "Kau seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri, Luna!"

Setelah itu, Pamannya menyeret tubuh Luna dan masuk ke salah satu ruangan ganti, kemudian menghimpit tubuhnya ke dinding dan membuat gadis itu tidak bisa bergerak sama sekali. Dirinya mendongak dan langsung bertatapan dengan wajah Galang yang kesal.

Galang mencengkram dagunya dan berkata dengan penuh curiga, "Kenapa kau memanggilnya "anak-anak"? Berapa umurmu, Luna?! Kenapa dirimu menganggapnya masih anak-anak?" Luna kaget karena telah berkata sesuatu yang salah tadi. Dirinya panik, hingga tidak menyadari ucapannya yang menganggap bahwa Rangga masih anak-anak, karena baginga pemuda itu memang lebih muda darinya.

Luna kemudian menjawab dengan gugup, "B-bukannya orang lain biasanya mengatakan, walaupun usianya sama, namun seorang gadis kadang dianggap lebih tua daripada seorang pemuda. J-jadi, aku juga menganggapnya jauh lebih muda dariku."

Gadis itu memberikan sebuah alasan yang menurutnya tepat dan berusaha meyakinkan Galang.

Sedangkan pria itu mendengus dan berkata, "Apa kau bercanda? Bagaimana kau bisa menganggapnya masih anak-anak dan khawatir dengan dirinya?!"

Luna tersenyum menggoda dan mengelus pelan dadanya. "Lalu, bagaimana menurutmu tentangku?"

Galang terkejut saat melihat reaksi Luna yang seakan-akan sedang menggodanya. Gadisnya bisa berani berbuat hal seperti itu padanya.

Saat dia lengah, gadis itu sudah akan membuka pintu dan ingin melarikan diri dari sana, namun dengan cepat Galang menahan tangannya dan kembali menghimpitnya ke dinding.

Kali ini, Luna benar-benar terjebak dan tidak tempat baginya untuk melarikan diri dari Galang.

Pria itu menyeringai dan menatapnya dengan pandangan aneh.

"Kau merayuku agar aku lengah, lalu keluar dari sini dan kau bisa menyelamatkan bocah itu, hm?" tanyanya dengan tepat.

Galang memandang gaun yang dikenakan Luna, memegang dagunya dan berkata dengan marah, "Juga kau membiarkan dirinya membelikanmu pakaian. Apa artinya kau juga suka padanya, Luna?!"

Gadis itu sedikit mengerang saat merasakan sakit di dagunya yang dicengkram.

Ini adalah kesalahpahaman! batinnya.

"Dia meminta bantuanku memilih gaun untuk pasangan dansanya besok!" ujar Luna.

Galang masih tidak terlihat mempercayainya. "Dan kau percaya kata-katanya begitu saja? Kau tidak tahu apa maksudnya yang sebenarnya?!" Luna menjadi kesal dibuatnya dan segera membalas, "Dia memang suka padaku, bukan berarti kau mengira aku juga suka pada Rangga. Paman salah paham!"

Mendengar itu Galang melotot dan bertanya padanya dengan penuh penekanan, "Katakan padaku, apakah kau menyukainya?!"

Luna segera membalas, "Aku tidak menyukainya!"

Pria itu melepaskan dagunya.

Galang yang melihat tidak ada kebohongan dalam ucapannya menjadi lega dan bertanya dengan pelan, "Sekarang, apa maumu?"

Luna sedikit takut-takut menjawab, "A-anak itu tidak membuat kesalahan. Aku hanya takut bodyguardmu memukulnya dan membuatnya tidak bisa tampil untuk pentas besok … "

Gadis itu ragu jika permintaannya akan ditolak oleh Galang.

"Kau peduli padanya?" Untuk pertama kalinya Galang merasa sangat cemburu, cemburu karena Luna memperhatikan orang lain selain dirinya. Apalagi memperhatikan bocah itu!

Sedangkan, Luna memandangnya dengan kesal dan berkata, "Kau sudah dewasa, Paman. Jangan egois begitu. Apa kau tidak kasihan padanya? Lepaskan dia, ya"

Pria itu balik menatapnya dengan marah. "Kau tidak menyukaiku, kan?" Galang menganggap jika gadis itu tidak menyukainya karena lebih memilih si bocah daripada dirinya.

Dia terkejut saat Luna tiba-tiba mencium bibirnya.

Biasanya dialah yang mencium gadis itu lebih dulu, dan sekarang Luna … berani menciumnya?

Gadis itu juga masih belum mengerti caranya berciuman. Jadi, dia hanya mengecup-ngecup pelan bibir Galang. Namun, pria itu tidak sabar, dia memeluk tubuh Luna, kemudian memperdalam ciuman mereka.

Luna tersenyum di sela-sela mereka berciuman dan tangannya dilingkarkan ke leher Galang.

Setelah beberapa saat, Galang melepaskan ciuman mereka dan menempelkan dahinya ke dahi Luna.

Pria itu berkata padanya dengan suara yang agak serak, "Kau ingin aku melakukannya di sini?"

Luna tertawa mendengarnya dan menjawab "Aku hanya melakukannya dengan Paman. Kenapa kau cemburu dengannya? Pamanku jauh lebih baik daripada dirinya."

Galang merasa senang saat mendengar pengakuan gadis itu. Dia mengangguk singkat, dan saat akan kembali mencium Luna, bibirnya di tahan oleh telunjuk jari gadis itu.

"Oleh karena itu, Paman tidak perlu khawatir, dan kau bisa melepaskan anak itu" ujar Luna.

Galang kembali kesal, kemudian memegang dagu Luna lagi dan mengancamnya, "Aku harap kau melakukan ini agar aku bisa melepaskan bocah itu. Jika iya, aku tidak akan membiarkan kalian berdua!"

Tentu saja, Galang akan menghukum Luna dengan caranya sendiri.

Luna saat ini menatapnya dengan pandangan tidak kenal takut. "Aku melakukannya hanya demi anak itu? Tidak sama sekali. Maka dari itu, kau tidak perlu khawatir."

Gadis itu mengelus pelan dada Galang dan berkata dengan suara menggoda, "Aku juga menyukai Paman, kenapa aku perlu repot-repot berbuat seperti itu demi seorang orang lain?"

Galang agak terkejut, namun merasa senang mendengarnya.

"Apa kau memang benar-benar Luna, kemana perginya Luna yang dulu, hm?" tanya Galang padanya.

Tanpa diduga, Luna sama sekali tidak terlihat gugup, dan dia tersenyum dan berkata, "Apa yang dibicarakan paman? Aku tidak mengerti. Apa aku terlihat berbeda sekarang?"

"Apakah menurutmu aku bodoh?" ujar Galang dengan kaku.

Luna terkejut dan berpikir jika Galang tidak kan menyadari perubahan pada dirinya.

Tapi ternyata aku terlalu percaya diri? Bisa-bisanya aku menganggap pria itu tidak menyadari perbedaan yang ada pada diriku, batin Luna.

Saat Luna melepaskan diri dari pelukannya, Galang segera memeluknya kembali dan berkata, "Luna, Paman salah. Maafkan aku." Kemudian dia melanjutkan, "Aku seharusnya tidak meragukanmu."

Apa maksudnya? batin Luna bertanya-tanya.

Galang memeluknya dengan erat.

Pria itu tidak peduli lagi, jika Luna sekarang berbeda dengan Luna yang dulu. Dia menyukai Luna sekarang. Tidak peduli dengan perbedaan yang ada pada dirinya.

Kemudian, terdengar suara pintu diketuk. "Tuan, Tuan Zein ada di sini dan ingin berbicara dengan Anda."

Sedangkan, Zein, yang sudah berada di depan ruang ganti, menunggu Galang dengan cemas.

Galang melepaskan jasnya dan mematikannya di bahu telanjang Luna.

"Tuan, saya memanglah sungguh bodoh. Saya tidak bisa mendidik adik saya dengan baik dan kali ini akan berusaha mendisiplinkannya. Saya merasa sangat menyesal dan bersalah. Saya berharap Anda dapat memaafkannya. Saya berjanji hal ini tidak akan pernah terjadi lagi."

Luna dapat mendengar suara Zein yang terdengar sangat putus asa.

Disisi lain, Zein juga tahu jika Galang akan amat kejam pada seseorang yang sudah mengganggu dan membuatnya marah. Jadi, dia berinisiatif datang langsung kemarin dan memohon agar adiknya bisa dilepaskan oleh Galang. Dirinya juga menyadari tidak akan menang jika melawan seorang Galang Mahardika yang memiliki kekuasaan.

Next chapter