webnovel

Love Sick : Chapter 03

"Udah baikan?"

Yuki yang baru saja meletakkan nampan makanan dan minumannya, sedikit terkejut mendengar omongan teman nya. Ia mendudukan diri di samping orang yang bertanya. Kemudian mengangguk.

"Syukurlah. Dan maaf adik gue bikin hubungan kalian agak renggang." ucap gadis yang berada di depan nya. Yuki hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian menyuapkan makanan ke dalam mulut nya.

"Beneran baikkan?"

"Iya, mark. Ngak usah khawatir. Kemarin leo udah jelasin semuanya."

"Cemberut mulu sih suk. Senyum dong, senyum."

"Gimana kalau lo coba kencan buta aja."

Uhuk! Uhuk!

Mendengar perkataan teman nya — Naomi — membuat yuki tersedak makanan nya.

"Lo gila ki!" ucap aiko.

"Ya engak lah! Masih waras aku tuh!"

Tak!

Mark, pemuda canada. Itu menjitak sayang kepala sahabat nya. Dan itu membuat teman nya meringis kesakitan dan mengusap kepalanya.

"Sakit tau!"

"Ucapan lo ngak bermutu mi! Yuki masih punya Leo."

"Ya siapa tau kan leo putus sama yuki. Jadi kan yuki udah punya yang baru."

"MI OMONGAN LO JAHAT BANGET!" teriak yuki kesal.

••

••

••

Pelajaran telah lama usai. Kini yuki sedang menunggu leo. Ah, kenapa leo lama sekali? Yuki sudah agak pegal menunggu nya.

"Kak!"

"Maaf ya kak telat. Tadi ada urusan sebentar."

Hehe, sebentar ya? Satu jam setengah itu sebentar ya? Ah, rasanya yuki mau tertawa mendengar itu. Tapi yuki hanya menganggukkan kepalanya.

"Yaudah yuk, masuk gih. Katanya mau nonton."

Yuki tersenyum kaku. Entah kenapa ia mempunyai firasat buruk tentang itu. Ia tidak bakal di tinggal sendiri kan? Ah, semoga tidak.

.

.

"Tiket nya udah dapet kak." ucap nya. Sambil menunjukkan dua lembar tiket yang ia pegang. Ia tadi mereka bagi tugas, leo beli tiket sedangkan  yuki membeli minuman dan juga popcorn. Mereka sedikit bercanda ria, walaupun hubungan mereka sempat renggang.

"Tunggu bentar kak, ini tiket nya aku titip dulu." leo sedikit berlari kecil.

"EJI!" Leo menarik lengan Eiji.

"L—Leo?"

Leo terkekeh sinis. "Katanya sakit. Ngak bisa jalan-jalan, tapi ini apa? Jalan berdua sama Joshua iya?!"

"Leo."

Joshua yang berada di tengah tengah mereka. Menatap leo bingung, joshua tak mengenal leo. Tapi bagaimana bisa leo tau namanya?

Leo bertepuk tangan dan menatap eiji sinis. "Haha, lucu ya. Kalau gue yang ajak jalan selalu ngak bisa. Ada aja alasan nya."

Eiji menatap leo tajam. "Kalau lo gini terus, kapan gue punya pacar coba!"

"Selama ada gue. Kenapa lo harus pacaran coba?!"

"LO EGOIS YO!" Eiji beranjak pergi dari sana, dengan berlari. Dengan di ikuti oleh leo yang mengejar eiji, sedangkan joshua? Ia sedang kebingungan sekarang? Joshua beranjak pergi dari sana.

Yuki yang melihat semua kejadian hanya menatap Leo —yang berangsur pergi — dengan tatapan kosong. Kemudian terkekeh, ah dan jangan lupakan air yang berlinang di pelupuk matanya. "Hahaha, lucu banget! Gue ditinggal lagi!"

Yuki menertawakan dirinya sendiri. Walaupun ia pacar nya leo, tapi eiji adalah prioritas leo, bukan dirinya. Yuki hanya orang baru di kehidupan leo. Sedangkan eiji? Ia sudah lama berada di sisi leo.

"Hiks... Gue cengeng banget sih." Yuki mengusap air mata nya kasar dengan menunduk. Oh ayolah! Ia benci di tatap banyak orang. Tapi kenapa air matanya tak mau berhenti sih?!

"Ki."

Yuki yang awalnya menunduk kini mendongak ke arah orang yang memangil namanya. Kemudian tersenyum dengan air mata yang masih mengalir dengan derasnya. "Gue ditinggal leo lagi, to."

Iya, orang itu adalah yuto. Teman yuki sekaligus sepupu leo. Yuto yang melihat itu langsung saja memeluk yuki, dan yuki membalas nya dengan erat.

"Gue selalu kalah sama Eiji, to. Gue banyak kekurangan ya?"

Dalam pelukan itu, yuto menggelengkan kepalanya. "Lo itu sempurna ki. Orang bangsat macam leo, harus nya ngak boleh miliki orang sebaik lo."

ingat yuto. Yuki itu pacar sepupumu. Dan ingatkan yuto, agar ia memukuli leo. Dan ah, mungkin saja yuto akan merebut yuki dari leo. Mungkin? Semoga tidak.

.

Sementara di sisi lain. Leo mengengam erat tangan eiji. Eiji sudah berontak, tapi kenapa tak bisa lepas juga!? Ia kesal, kenapa tenaga leo lebih kuat di banding kan dengan dirinya.

"Leo sakit tau!"

Leo sedikit melongarkan genggaman nya. Kemudian menatap eiji. "Lo kenapa bohong?"

Eiji terkekeh sinis. "Kalau gue izin sama lo, lo bakal izinin gitu?"

Leo terdiam. Tak tau harus menjawab apa.

"Engak kan! Lo tuh egois yo! Kalau lo ngekang gini terus. Gue ngak bakal bisa punya pacar."

"EIJI! Udah gue bilang berkali-kali. Lo ngak perlu punya pacar, gue bakal ngejagain lo."

Eiji menggelengkan kepalanya. "Ngak bisa yo, ngak selama nya lo ada disisi gue! Lo udah punya yuki!"

Lagi-lagi ia terdiam. Ia tak tau harus berbicara apa. Leo langsung  memeluk eiji dan di balas oleh eiji.

"Lo egois yo! Lo egois."

"Maaf, maaf!"

Boleh kah eiji berharap?

••

••

••

Yuki merebahkan dirinya dikasurnya yang nyaman. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Ia sedikit lelah sekarang. Haruskah, ia tetap mempertahankan hubungan nya? Hubungan nya sudah tak sehat lagi. Dan ini membuat yuki sakit. Tapi di sisi lain, ia masih sangat mencintai leo.

Yuki bingung sekarang. Kenapa mencintai seorang leo, harus sesakit ini? Kenapa?

Yuki langsung duduk dan mengambil handphone-nya. Kemudian ia merebahkan badannya kembali, kemudian menghidupkan handphone-nya yang sengaja ia matikan tadi.

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Missed call from Leo❤    (10)

[Leo❤] Ki pliss jawab.... (23)

Yuki mematikan kembali handphone-nya. Ia saat ini sedang malas untuk sekadar menjawab panggilan atau pun sms dari leo. Ia hanya ingin menenangkan diri sebentar, itu saja. Ia menatapi nasibnya, kenapa seperti ini? Pacar yang ia bangga-banggakan, pacar yang ia cintai. Kenapa?! Kenapa ini semua terjadi padanya, ia tau bahwa eiji sahabatnya, tapi seorang sahabat tidak akan pernah bermesra-mesraan, kecuali salah satu dari mereka menyukai sahabtnya sendiri. Yuki takut, ia benar-benar takut. Bagaimana kalau leo akan menjauhinya? Bagaimana leo tak akan bertegur sapa dengannya lagi? Ia benar-benar takut memikirkan itu semua.

Apa ia tak bisa bahagia, walau sebentar saja? Ia ingin bahagia. Bukan berpura-pura tersenyum seperti tak ada kesakitan sama sekali. Ia lelah harus memendap semuanya sendiri, ia tak bisa curhat ke teman-temannya. Ia terlalu takut, tak tau apa yang ia takut kan. Tapi ia benar-benar takut, mereka tak sedekat apa yang orang-orang lihat. Mereka sahabat, tapi seakan bukan sebagai sahabat. Mereka dekat bila dilihat, tapi bila dirasakan mereka seakan jauh. Memikirkan itu semua membuat hyunsuk mengantuk, dan akhirnya ia terlelap ke alam mimpinya.

Next chapter