Aku dan Jae sudah duduk di tempat duduk ku yang kemarin ku duduki dengan Brian, aku jadi ingat Jae kemarin kesini sendirian dan duduk di pojok sana hahaha
Aku gatau kalo ternyata kita sudah larut dengan curhatan kita masing-masing, ternyata senyaman ini mengobrol dengannya. Aku akhirnya tahu tentang dia dan Alice dan begitupun dia, dia tahu ceritaku dengan Rey. Sudah berapa botol habis kita minum namun sepertinya diantara kita tidak ada yang mau berhenti minum hahahaha
"pokoknya ca, kita gaboleh semenyedihkan ini lagi" katanya sambil meminum entah botol keberapa ini
Aku hanya tersenyum mengangguk, kepala ku sebenarnya sudah mulai berat dan pusing namun kayanya minuman ini sangat candu sehingga aku terus meminum nya
Tepat pukul 1 pagi akhirnya aku jalan sempoyongan disamping Jae, dia menopang ku agar bisa berjalan, dan dia pun sepertinya sudah setangah sadar. Beruntunglah hotelnya dekat, jadi aku dan dia sampai di loby dengan selamat. Aku masih nyamerangkul tangannya supaya aku bisa berjalan degan benar, Jae memberakan posisi kepalaku supaya menyender saja ke bahunya. Aku benar sudah pusing dan setengah sadar. Aku dan Jae sampai di lift. Aku lihat dia memegang ku dengan erat, mungkin dia takut aku jatuh.
Lift terbuka dan dia mengajakku berjalan namun gagal karena aku sudah jatuh. Jae yang setengah sadarpun berusaha mengangkatku
"caa, aaughhh ayoo hhhh" katanya sambil mencoba membantuku bangkit
"arghhh Je, mau tidd durrr disini ajahh gghhh" kataku sempoyongan, tapi aku akhirnya sudah bangkit
"aanggaa, di kamarahhh caa" katanya, saat aku berdiri hampir aja aku terjatuh lagi namun gagal karena Jae langsung memelukku supaya aku tidak jatuhh.
Jae membopongku dengan susah payah, mataku sudah meram, dan aku sesekali menagis, aku tidak tahu kenapa aku dari tadi menangis
"aaerghhh Jee gueehhh nangishh sishh" kataku dengan susah payah
Jae berusaha membuka pintunya, lalu dia merebahkankan ku di kasur Diapun langsung ambruk di samping ku, dia pasti sama pusing nya dengan ku.
"hhhh" suara nafasnya sangat Jelas, Jae memutar badannya kearah ku sehingga mata kami bertemu
Aku melihat mukanya seksama, ajaib, aku tidak menangis lagi setelah melihat mukanya. Air mataku tidak keluar lagi, kemudian dengan keadaan yang setengah sadar aku senyum dan mengusap lembut wajahnya.
Jae tesenyum dan memegang tanganku yang masih megusap pelan wajahnya, lalu medekatkan tubuhnya, begitupun aku. Aku tidak tahu entah keberanian dari mana ini, yang Jelas aku ingin sedekat ini dengannya, aku masih senyum. Apakah ini efek dari alcohol tadi? Aku tidak tahu.
"caaa, kenapaahhh kamuhh cantikk?" katanya
Sekarang jarak ku dan dia sudah dekat banget, aku makin tertantang untuk memajukan kepalaku kearahnya, tanganku masih mengusap wajahnya lalu kemudian dia melakukan hal yang sama, Jae mengusap lembut wajahku yang basah karena habis menangis tadi.
"caaa jangannn sedih lagihh" katanya dengan senyuman terbaiknya kurasa
Mata kami sudah bertemu dan entah setan apa yang membuat ku seberani ini untuk menatapnya lekat sedekat ini. Hembusan nafasnya sudah terasa di muka ku dan Jae masih tersenyum sangat manis.
Cuppp
Tiba-tiba saja aku menyatukan bibir kami dalam beberapa detik, kemudian aku tertawa, aku tahu mukaku sedang acak-acak nya sekarang. Dia senyum dan beberapa detik kemudian dia meraih tengkuk ku lalu menyatukan bibir ku dan dia lagi.
Aku memejamkan mataku, aku mengikuti permainannya, kemudian permainannya menjadi semakin dalam sampai aku hampir kehabisan nafas, kemudian kamu beralih keleher ku.
Entah setan apa yang ada ditubuhkan, namun aku tidak melarangnya melakukan ini semua. Kemudian aku dan dia pergi semakin jauh, dan tidak ada satu pun penolakan dariku.
Entalah saat terbangun besok aku akan mengingat ini semua atau tidak, aku benar-benar tidak bisa berfikir Jernih saat ini. Aku mungkin tidak akan ingat ini semua karena pengaruh alcohol yang tadi sangat kuat.
***
Aku terbangun karena silau matahari menusuk mataku, sial kenapa aku tidak menutup Jendela kamarku pakai gorden, menganggu saja. Aku mencari cari ponsel ku dengan sedikit mataku tertutup. Aku belum sempurna membuka mataku, kuraba-raba kasur disekeliling ku. huhh?? Kok asing? Aku seperti meraba tangan. Aku langsung memutar badan ku menghadap samping kiri ku.
"huaaahhhh??" aku teriak sekencang mungkin
"hhuumm" kulihat Jae mengucek matamu
"hahhh??" dia kaget saat membuka matanya
"Jaeee lo ngapain disini??" aku masih teriak kagett
"lo?? Caa lo ngapainn??" dia juga sama kaget nya
Lalu aku melihat keadaanku, wait, bajuku kemana?? Hahh?? Langsung ku tarik semua selimut untuk menutup badanku yang sudah aduhai sekali, aku buru-buru bangun.
"lo kenapa bisa di kamar gue???" tanyaku ke Jae, dia pun bangun dan utung dia memakai baju dan boxer nya
"kita ngapain caa semalem??" tanyanya juga panic
"gue juga gak tauu!!" aku masih panic banget
Aku melihat sekeliling ruangan ini ternyata kamar Jae bukan kamarku. Lalu aku melihat lantai. Oh my goshh ada bajuku bertebaran dimana mana. Dia juga melihat hal yang sama. Aku langsung mengamankan bagian dari yang terpenting. lalu aku dan dia saling tatap menatap satu sama lain dengan muka yang sama kaget nya. Jae jangan bilang kita melakukan itu?? Please Je, aku gabisa bernafas saat ini.
"Jaeee!!!" aku langsung teriak, dia pasti mengerti kenapa aku teriak, Jae pasti sudah paham apa arti dari semua bajuku yang berserakan ini.
"caa please we didn't do that right?" dia bertanya hati-hati
"menurut lo??" mataku sudah mulai panas, aku tahu aku pasti akan nangis
"gue ga inget apa-apa ca" Jae mengusap wajahnya dengan kedua tangannya
"gue juga" nah benarkan aku sudah menangis, aku masih membalut tubuhku dengan selimut
"caa please caa jangan nangis dulu" dia duduk di tepi kasur
Aku sudah menundukkan kepalaku, aku menangis sejadi-jadinya, bagaimana mungkin aku bisa terbangun dengan seorang laki-laki yang bahkan aku tidak dekat dengan nya dengan keadaan seperti ini
"caa calm down caa, ada staff lain di luar"
"nanti mereka ngira gue ngapa-ngapain lo lagi" dia mulai menenangkan aku
"hehh emang lo uda ngapa-ngapain gue kan?" aku menatap sinis mukanya
"gue gak tau ca, gue ga inget apa-apa" katanya
Shit, aku juga gak bisa ingat apa-apa, yang bisa ku ingat adalah kami minum lalu pulang, sampai di lift aku tertidur, hanya itu saja. Kenapa aku sangat bodoh. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Wait, kalo aku hamil gimana?? Ga mungkin kannn. Aku juga gabisa salahin dia sepenuhnya, karna aku yakin dia juga gak ingat apa-apa. Dan Jae bukan laki-laki yang akan macam-macam dengan ku kan, aku tau kamu Je, kamu baik.
Aku mulai menangis dengan nada pelan, ku usap mukaku, kurapikan rambutku
"Jae kalo ada apa-apa gue harus gimana?" air mataku masih bercucuran
"caaa please don't do that"
"jangan mikir kalo kita uda jauh kesana, engga kan?" dia memegang bahu ku untuk meyakin kan ku.
"ga mungkin kan caaa?" dia melihat mataku berharap jawaban yang mengatakan bahwa aku dan dia tidak melakukan itu.
"dengan keadaan kek gini o masih mikir kita ga ngapa-ngapain Je?"
"sinting lo Je!" kataku aku mulai kesal.
Jae mengusap kasar wajahnya, aku tau dia juga sama bingungnya dengan ku. kita sama-sama ga nyangka kan akan hal ini. Bagaimana bisa??
"keluar lo sana" perintahku dengan muka ku yang masih kacau akibat menangis
Aku tahu dia pasti mengerti kenapa aku menyuruhnya keluar, yaa aku ingin memakai semua baju ku. kulihat dia sudah keluar dari kamar dan aku langsung mengunci kamar serta memakai semua pakaian ku lalu aku mecari ponsel ku, ku cari kontak seseorang yang akan selalu ada.
"hallo Bri lo dimana?" dia pasti bisa dengan suara panic ku ini
"hallo caa kenapa? Gue baru banget sampe lobby nih"
"good, abis ini kita langsung balik ke Jakarta" perintahkau
"heyy, caa whats wrong?"
"tunggu gue uda mau sampe atas" kata Brian
"okay, langsung ke kamar gua" ku ambil tasku dan sepatu ku.
Aku buru-buru keluar dari kamar Jae dengan HP masih menyantol di kupingku. Aku melihatnya sedang duduk di depan pintu, dia mengusap wajahnya. Mata ku dan dia bertemu adan kulihat mukanya yang kusut. Mungkin dia juga masih kaget banget dengan keadaan ini. Tanpa sekata apapun aku langsung pergi dan masuk ke kamarku.