Sementara itu, di hari yang sama namun beberapa jam sebelum hal itu terjadi, Anna Reccon terdiam di Sangkar Bunga. Dia tidak benar-benar tidak melakukan apapun, dia baru saja menyelesaikan kuliah online-nya dan berada di Sangkar Bunga untuk beristirahat minum teh.
Diakibatkan luka bakar di lengan dan kaki kirinya, dia tidak bisa ke Jakarta untuk kuliah. Dia harus tetap di rumah sampai lengan dan kakinya benar-benar sembuh. Melihat kedua gelembung obat yang masih menempel di lengan dan kakinya, dia tidak yakin kapan ini akan berakhir.
Nyatanya, dia tidak peduli dengan bekas luka bakar yang akan membekas nantinya, menjadi bahan olokan para sepupunya yang kejam dan orang-orang di JFTU. Bukannya dia tidak peduli dengan penampilannya, dia merasa lebih menerima akibatnya meski kecelakaan ini bukan ulahnya sendiri. Namun, dia juga merasa sangat kesal setelah Billy, pengawal pribadi Kelly, menceritakan dan meminta maaf atas kecelakaan ini.
Arianna tidaklah bodoh. Hanya sebuah kotak besi dari anak seni saja bisa membakar lengan dan kakinya, itu tidak masuk akal! Memang, pecahan dari besi itu sangat panas sampai membuat lengan dan kakinya melepuh seketika. Dia terkejut sampai tidak sempat berpikir logis. Hingga pada akhirnya dia merasa lebih baik, dia menjadi memikirkannya. Bahkan anak seni itu juga mengakui tentang masalah mesin itu yang seharusnya tidak akan sampai separah itu.
Dan dia meminta temannya untuk mencari sesuatu: pecahan besi yang lain. Laporan yang diterimanya memang cukup mengejutkan. Sebuah keberuntungan yang tinggi juga dia masih bisa hidup.
Hanya orang-orang dari pamannya yang bisa melakukan hal ini. Meski kali ini kerja mereka terlalu terekspos dan yang paling memalukan adalah keterlibatannya menjadi korban.
Anna menjadi meragukan tingkah Kelly setelah itu. Bahkan dia sempat berniat untuk tidak menepati perjanjiannya dengan sepupu itu. Tidak akan! Entah bagaimana Kelly akan meminta maaf padanya pun, dia tidak akan sudi.
Sialnya...
"Ketika kau memiliki authority yang besar, kau memang menjadi sangat kuat. Orang-orang mempercayaimu karena kekuatan yang kau miliki. Namun, jangan melupakan bahwa apa yang kau miliki tidak memiliki kelemahan. Sebuah kelompok bisa hancur dikarenakan ulah dari anggotanya yang kurang memahami tujuan mereka. Mengendalikan semua anggota bukanlah hal yang mudah, bahkan bagiku. Termasuk insiden ini. Anak buahku yang mengurus putriku harus bekerja dengan misi ganda yang merepotkan. Mau tidak mau, mereka harus melakukannya meski itu bukan tujuan mereka yang sebenarnya. Dengan begitu, aku juga merasa bersalah akan hal ini. Aku tidak berada di tempatku dan tidak bisa menerima laporan apapun dari bawahanku. Maafkan aku, Anna. Aku akan menghukum mereka juga sebagai gantinya."
Anna akhirnya mendesah kesal. Dia berakhir mempertimbangkannya. Toh semuanya sudah ditanggung oleh Kelly dan orang tuanya, termasuk pengobatan, keamanan, dan jaminan lainnya.
"Anna." Dia mendengar suara kakeknya dari belakang tubuhnya.
Anna tidak bisa langsung menengok karena kondisinya yang terjebak di atas kursi roda. Dia juga tidak bisa menghampiri kakeknya dan menjemputnya untuk bergabung dengannya. Kali ini dia harus menunggu kakeknya perlahan mendekatinya yang sama-sama menggunakan kursi roda.
"Jii-chan[1]." Balas Anna setelah dapat melihat kakeknya.
Pria tua Takashi masih bisa duduk dengan tegap di kursi rodanya. Dikarenakan sebuah kecelakaan, dia menjadi lumpuh pada kedua kakinya di usianya ke lima puluh tahun. Dia masih bisa dibilang beruntung karena masih bisa hidup untuk terus membantu keluarganya, dan dia juga sangat menikmati masa tuanya kini dengan begitu tenang dan bahagia.
Ditambah melihat orang yang sangat dihormatinya dapat kembali hidup-hidup membuatnya sangat senang.
"Apa yang sedang kau lamunkan, Nak?" tanya Takashi.
Anna sedikit terkejut. Dia tidak menyangka bahwa kakeknya bisa menyadarinya.
"Tidak ada, Jii-chan. Anna tidak melamunkan apa-apa." Jawabnya dengan tenang untuk meyakinkan kakeknya.
Takashi hanya tersenyum menanggapi cucunya. Dia memahami sesuatu yang disimpan di dalam diri cucunya, dan pasti ada waktu tersendiri ketika cucunya mau untuk bercerita.
Takashi selalu suka berada di tempat ini. Menantunya dapat membuat sebuah tempat pribadi bernama Sangkar Bunga sebagai tempat yang bagus untuk bersantai. Bahkan baginya, tempat ini bisa membuatnya lupa seberapa ramainya di kota Singapura. Kondisi inilah yang mendorong orang-orang, termasuk Anna, dapat berpikir lebih jernih.
"Jii-chan akan kembali ke Jepang sebentar lagi." Kata Takashi. "Anna tidak perlu mengantarkanku ke bandara. Kau menjadi seperti pria tua ini karena harus duduk di kursi roda."
Anna tidak memahami mengapa kakeknya bisa tertawa kali ini. Mungkin inilah yang dinamakan sebagai candaan pria tua.
"Jii-chan, Anna nanti kan bisa sembuh." Katanya. "Jii-chan nanti hati-hati di jalan ya..."
Takashi sangat menyayangi cucunya ini. Selain menjadi cucu tertuanya, dia juga sangat menggemaskan. Itu mengingatkannya saudara kembarnya yang sudah meninggal beberapa tahun sebelum kelahiran Anna. Semua kenangan manis dan menyenangkan bersama saudara kembarnya langsung dapat tergambar di wajah cucu kesayangannya ini.
Anna berusaha untuk bergerak lebih mendekat ke kakeknya dan memeluknya. Meski sudah tua, Takashi masih bisa memeluk cucunya dengan sangat erat.
"Anna."
Setelah menikmati teh dan makanan ringan manis bersama di Sangkar Bunga, Takashi merasa bahwa dia harus segera berangkat. Seorang dari RPG sudah menjemputnya di depan rumah.
"Sepertinya kau sudah menjadi lebih akrab dengan Kelly."
Anna sebenarnya tidak berharap bahwa kakeknya meminta hal ini. Keberadaannya di JFTU juga diharapkan oleh kakeknya untuk menjadi sebuah kesempatan yang bagus. Bukannya ingin menolaknya, Anna hanya sedikit enggan karena sikap Kelly yang kurang bersahabat dengannya.
"Kami hanya bertemu sebentar di kampus."
"Itu bagus, bukan? Kau bisa lebih mengobrol lebih jauh lagi..." Takashi melihat seseorang mulai muncul dari pintu masuk Sangkar Bunga.
"Kelly itu seperti papanya. Dia sebenarnya begitu rapuh. Dan memang sangat menyebalkan. Tapi, di sinilah kita berada. Aku selalu menjadi pendukung papanya dulu, bahkan Sachan juga melakukannya dengan sepenuh hati. Tidak banyak yang bisa dilakukan untuknya, hanya mengirimkan beberapa komik dan beberapa cemilan ke Kalimantan. Dan ada saatnya juga keberadaanku ini sangat dibutuhkan meski dia keras kepala tidak menginginkannya..."
Kakeknya terus membicarakan masa lalu yang tidak pernah dimengeri oleh Anna. Dia hanya menangkap maksud dari kakeknya saja, namun tidak dengan penjelasan tentang masa lalu itu. Meski terdengar sangat membosankan baginya, dia juga berusaha untuk memperhatikannya. Sesekali dia juga melihat ke arah pintu masuk Sangkar Bunga untuk memastikan seseorang menjemput kakeknya.
Di waktu yang tepat, Anna memotong cerita kakeknya.
"Jii-chan, sepertinya pengawalmu sudah menjemputmu."
"Ya, aku sudah mengetahuinya sepuluh menit yang lalu."
Seperti biasa Anna tersenyum miris. Kakeknya juga keras kepala terhadap pengawal pribadinya dan membiarkannya menunggu terlalu lama sampai cerita masa lalunya selesai.
Tapi kali ini, dia belum selesai. Anna telah berhasil menghentikan kakeknya dan dapat memintanya untuk segera pulang. Pria tua ini bisa-bisa tertinggal jadwal penerbangannya untuk ke sekian kalinya, dan pada akhirnya harus menunda kepulangannya ke Jepang. Seperti pria tua lainnya, Takashi pasti akan mengomel.
Setelah kakeknya menghilang dari Sangkar Bunga, seorang kepala pelayan rumah mendatanginya. Dia bukan sebuah robot manusia, tapi benar-benar manusia. Dia adalah seorang wanita paruh baya yang terlihat begitu lembut, yang tidak pernah dimiliki oleh robot manusia manapun. Dan keberadaannya di sini adalah untuk melayani Anna.
Meski Anna enggan dilayani pribadi seperti bayi, ini adalah jalan terbaik untuk menenangkan bibinya itu.
Keluarga kecil Kelly ini memang sangat pemaksa.
"Air hangat untuk mandi sudah siap." Kata pelayan itu.
Anna mulai menggerakan kursi rodanya dan mendekati pelayan itu. Dia sudah mengingatkan pelayan itu untuk tidak menyentuh kursi rodanya kecuali di saat dia membutuhkan bantuannya. Menggunakan kursi roda ini tidaklah sulit, rasanya seperti mengendarai sebuah mobil kecil yang bisa memasuki rumah. Bahkan saat menaiki tangga juga tidak menjadi masalah. Kursi roda miliknya bisa melayang dan mengikuti tiap anak tangga dan membawanya ke lantai dua rumahnya.
Pelayan rumah itu selalu berjalan perlahan di belakangnya. Dia terus menahan dirinya untuk tidak menyentuh kursi roda itu, meski sebenarnya dia ingin sekali menyentuhnya dan menuntun nona kecilnya ke kamar. Dan dia berhasil menahan keinginannya demi kenyamanan nona kecil itu.
Kemudian, dia membukakan pintu untuk nonanya dan membiarkan kursi roda itu perlahan melayang masuk ke dalam kamar.
Anna memiliki kamar mandi pribadi miliknya sendiri yang bersebelahan dengan kamarnya. Dia sangat menolak untuk berbagi ataupun menggunakan kamar mandi umum di rumah. Dan jika dia terpaksa tidak bisa memakai kamar mandi pribadinya, dia lebih memilih kamar mandi orang tuanya.
Dan sebenarnya, Anna juga hanya memperbolehkan beberapa orang saja yang boleh menyentuh area pribadinya ini, termasuk Katty.
"Sepertinya luka bakarnya sudah mulai mengering." Kata Katty. Dia membantu Anna dengan gelembung obat di setiap luka bakar.
Gelembung obat yang dipakai Anna kali ini tidak berair seperti pertama kali dia memakainya. Gelembung ini berisi udara yang diberi obat-obatan berbentuk udara yang dapat membantu mengeringkan luka dan juga menjaga dari bakteri.
Sebelum memecahkan gelembung, Katty membuka layar hologram untuk melihat kondisi Anna. Namun Katty tiba-tiba terkejut karena ada sebuah tanda 'diizinkan' muncul dan menutupi seluruh data Anna.
"Tuan Besar sudah memperbolehkan untuk tidak memakai gelembung dan bekas lukanya boleh terkena air." Kata Katty setelah menutup layar hologram.
"Itu lebih cepat dari dugaanku." Kata Anna yang merasa curiga.
"Obat yang diberikan Tuan Besar memang selalu luar biasa. Saat Anna masih kecil, Tuan Nicolas pernah mengalami kecelakaan besar di Jerman dan mengakibatkan pendarahan besar. Namun untungnya, Tuan Besar langsung bisa mengatasi hal tersebut dan Tuan Nicolas hanya koma selama beberapa hari. Padahal waktu itu kondisinya sangat buruk."
Anna terdiam dan tidak mau memikirkan hal macam-macam terkait apa yang pernah terjadi pada ayahnya dulu. Itu membuatnya merasa ngeri.
"Paman sepertinya seorang dokter yang sangat berbakat."
Katty mulai memecah gelembung di lengan kiri Anna dengan menggunakan sebuah jarum suntik steril. Kemudian, dia membasuh lengan Anna dan menutupinya dengan kain handuk yang telah dibasahi air hangat. Setelah selesai dengan lengan, dia melakukan hal yang sama dengan kaki kiri Anna.
Setelah selesai, Anna bangkit berdiri dan melepaskan semua pakaiannya. Dia perlahan masuk ke dalam bath tub dan dibantu oleh Katty yang memegangi tubuhnya. Selama dua hari ini, Anna tidak berjalan dikarenakan gelembung obat yang rentan pecah dengan gerakan cepat. Itu mengakibatkan Anna kurang melatih tubuhnya untuk bergerak, dan dia merasa lebih berat dari biasanya.
Sebelum Katty pergi, dia melihat semua bekas luka bakar di balik kain handuk. Dia merasa sedikit cemas.
"Apakah Anna sudah membuat janji dengan dokter kecantikan?" tanya Katty akhirnya.
Mendengar itu, Anna sudah paham apa maksudnya.
"Tidak."
"Apakah Anna yakin."
Anna tersenyum padanya sangat lebar. "Sangat yakin, Katty. Pergilah dan siapkan aku pakaian."
Katty langsung meninggalkan Anna sendirian di kamar mandi sambil membawa kursi roda yang sudah diperlukan lagi untuk Anna.
Anna menghabiskan waktunya selama lima belas menit membersihkan seluruh tubuhnya. Kemudian dia membungkus tubuhnya dengan handuk dan mengeringkan rambutnya. Dia duduk di depan meja riasnya yang masih menjadi satu ruang di kamar mandi, menatap wajahnya di pantulan cermin. Setiap bagian tubuh Anna begitu mulus dan bersih. Tidak ada kecacatan di kulitnya, kecuali bekas luka bakarnya. Jika dilihat, itu terlihat sangat menjijikan. Bekas luka berwarna merah muda keputih-putihan dan berkeriput. Semua bekas luka yang terlihat adalah musuh utama perempuan untuk kecantikan mereka.
Sebuah alarm dari ponselnya berbunyi, Anna dapat mendengarkannya di kamar mandi dan layar hologram pengingat muncul di hadapannya. Kali ini waktunya dia untuk minum obat. Katty sudah menyiapkan semua obatnya yang harus diminum sore ini di meja riasnya.
"Anna," Katty muncul dari pintu kamar mandi. "Saphira datang mengunjung dan dia sudah berada di kamar."
"Tolong siapkan minum dan cemilan untuknya. Letakan saja di meja di kamar."
"Baik." Katty menghilang lagi.
Anna segera merapikan rambutnya yang sudah mulai mengering. Dia juga mengambil baju-baju yang telah disiapkan oleh Katty sebelumnya di lemari ruangnya. Kali ini dia merasa lebih nyaman karena bisa melakukan ini sendirian. Sangat tidak nyaman ketika Katty membantunya mengenakan pakaiannya karena luka bakarnya yang belum kering. Dan karena sudah kering, dia tidak perlu melakukan sebuah upacara khusus memakai gelembung yang merepotkan.
Saat dia akhirnya masuk ke kamarnya, tiba-tiba seseorang meloncat dan memeluk tubuhnya. Jika Anna tidak lebih berhati-hati, dia yakin akan terjatuh. Dan dia makin bersyukur bahwa dia sudah tidak memakai obat gelembung lagi.
"Hei, Phira!" Kata Anna.
"Anna, baby-ku..." Saphira makin memeluk erat tubuhnya.
Karena merasa dalam bahaya, Anna langsung mencengkeram masing-masing lengan atas Saphira lalu dia mendorongnya sekuat tenaga. Dia juga tetap memegangi sahabatnya ini agar tidak terjatuh ke belakang karena dorongannya. Baginya, pelukan Saphira adalah hal yang paling berbahaya di dunia ini.
Saphira terlihat sangat terisak-isak. Kedua matanya basah dan mulutnya yang bergetar tertetekuk ke bawah.
Itu bukan sebuah empati dari Saphira. Perempuan itu selalu mengunjunginya tiap hari setelah kecelakaan itu. Dan dia bisa menangis seperti itu hanya karena Anna melerai pelukannya.
Anna lebih memilih membuatnya menangis daripada harus mati di pelukannya Saphira.
Setelah menjadi lebih tenang, Katty masuk ke dalam kamar bersama robot mini. Waktu yang sangat tepat. Robot itu membawakan semua pesanan Anna tadi dan meletakannya dengan aman di atas meja.
"Terima kasih, Katty." Kata Anna.
Katty dan robot mini menghilang di balik pintu kamar.
"Jangan seenaknya langsung melompat!" Anna memarahi Phira.
"Aku kan sangat senang karena sudah terbebas dari gelembung-gelembung itu." Jawab Saphira.
Anna hanya terdiam saja.
"Ohya, aku harus merekomendasikanmu ke Dr. Nam di Bangkok. Dia sangat hebat dalam operasi plastik se-Asia Tenggara." Terus Saphira sambil melihat dan memegangi bekas luka bakar Anna. Dia sebenarnya merasa terganggu melihat itu, tapi dia tidak tega memperlihatkan ekspresinya karena sahabatnya sendiri.
Dia sedikit bergidik merasakan keriput dari luka itu.
"Jangan disentuh atau dilihat kalau jijik." Kata Anna datar dan terdengar kejam bagi Saphira.
"Maaf, Anna." Saphira menarik tangannya.
Untuk mengantisipasi sahabatnya, Anna memakai jaket tipis dari lemarinya. Dengan begitu, Saphira tidak akan terganggu dengan kondisinya yang menjijikan.
"Bagaimana?" Saphira mulai membahas tentang dokter kecantikan lagi. "Aku bisa langsung reservasi untukmu. Sepupuku pernah menjadi pasien Dr. Nam, jadi kujamin akan mendapatkan jadwal yang cepat!"
"Kurasa kau tidak perlu melakukannya, Phira." Kata Anna.
"Apa Reccon punya dokter kecantikan pribadi?"
Nyatanya, tidak ada. Jikapun ada, dia pasti akan sangat sibuk. Banyak sekali gadis-gadis muda Reccon di seluruh dunia ini.
"Tidak, Baby... Aku sudah dirawat pamanku kok."
Kedua mata Phira tiba-tiba menjadi berbinar-binar mendengarnya. Dia tentu saja tahu siapa paman dari sahabatnya ini, salah satu sosok yang sangat berkuasa di dunia ini. Dan dia sangat menyukai mendengar cerita dari Anna tentang keluarganya, apalagi tentang paman itu.
Bukan berarti Saphira bisa membuat sebuah berita dan menyebarkannya demi uang. Dia tidak seceroboh itu. Meski keluarganya sangat menyukai jurnalistik dan telah menguasai media di Asia, dia masih tidak bisa membuat sebuah postingan tentang sesuatu yang besar seperti hal pribadi Reccon. Itu masih sangat berbahaya untuknya.
Ya, keluarganya bekerja di bawah pengaruh Reccon.
"Aku akan sangat percaya jika itu dari pamanmu." Katanya. "Kau sangat beruntung memiliki paman yang sangat perhatian padamu."
Phira berharap bahwa Anna akan bercerita lebih tentang itu. Tapi, Anna selalu pandai untuk mengalihkan pembicaraan. Membicarakan tentang keluarga inti Reccon bukanlah hal yang baik. Selain itu, Anna juga tidak mengetahui banyak hal tentang mereka.
"Aku masih marah tahu." Kata Anna pada Phira.
Saphira selalu mengikuti kemana arus yang dibawa oleh Anna. Dia selalu bersabar kapan waktu itu akan datang.
"Aku sudah meminta maaf, Baby..."
Sepertinya, Anna kali ini tidak akan mudah memaafkannya. Seseorang seperti Anna, yang sangat mudah untuk melupakan sesuatu, menjadi sosok yang tidak pemaaf. Saphira yang mengenalinya, tentu saja merasa aneh padanya. Apalagi yang membuat Anna marah adalah sesuatu yang tidak masuk akal.
Anna begitu marah karena postingannya dua hari yang lalu tentang insiden kotak anak seni itu. Anna mengatainya menyebarkan hoax tentang itu dan menyinggung dirinya yang terluka.
Saphira bahkan sudah menjelaskan kalau dia melakukannya untuk menutupi hal itu demi Anna. Namun, sahabatnya seperti tidak menghiraukannya. Padahal dia sangat senang karena rencananya berhasil. Semua hinaan kecacatan langsung dilontarkan ke Kelly Wijaya, bukan ke sahabatnya. Apalagi dia berhasil membuat Kelly tidak mau masuk ke kuliah hari ini berkat postingannya.
Bukankah Anna seharusnya senang dengan itu?
Inilah kesalahan Saphira. Anna mengetahui niat itu dan membuat Kelly sampai terpojok. Berhasil atau tidak, dia masih tidak tahu. Namun, itu tidak merubah apapun.
"Berhentilah mengurusi tentang Kelly itu." Katanya akhirnya. "Kau terlalu berlebihan tentangnya kali ini."
Sesuatu yang trending, pasti tidak akan bertahan lama. Waktu dua hari adalah waktu yang pendek untuk sebuah popularitas, dan posting trending itu pasti akan tetap bertahan sampai satu bulan. Saphira bukanlah seseorang yang suka mencampuri urusan dari hubungan orang, dia hanya ingin audiensi. Tujuan Saphira hanyalah menarik kepercayaan semua orang tentang apa yang dia tulis di postingannya saja. Dengan begitu, dia tetap menguasai media terlebih di kampus.
Saphira merasa bahwa Anna menyembunyikan sesuatu. Tidak seperti kasus kakak tingkat yang melakukan pelecehan kepada junior dua tahun yang lalu, kali ini Anna lebih memilih objeknya daripada dirinya. Waktu itu Anna benar-benar mengutuk kakak tingkat itu, dan memintanya untuk membuat semua orang membencinya.
Hanya kali itu. Hanya itu saja!
Dan kali ini, sedikit berbeda. Pengorbanan yang sama, namun hasil yang berbeda. Baginya, membohongi orang-orang satu kali tidaklah menjadi sebuah masalah.
"Maaf, Baby~" kata Saphira dengan nada menyesal. Meskipun begitu, Saphira tidak bisa melakukan apa yang diminta olehnya.
Berhenti?! Jika Anna tahu, dia pasti tidak akan menyuruhnya berhenti. Ini bukan hal yang mudah untuk Saphira juga.
Seperti biasa, Nyonya Anastasia Reccon yang mengetahui keberadaan Saphira di rumahnya selalu mengajaknya makan malam sebelum gadis ini kembali ke apartemen di Jakarta. Sikapnya yang setia dengan Anna membuatnya menjadi kepercayaan yang besar bagi kedua orang tua Anna. Itulah mengapa Saphira memiliki akses yang lumayan bebas di rumah tersebut. Sistem keamanan akan sedikit lunak jika berhadapan dengan dirinya.
Sudah jam delapan malam, Saphira harus segera kembali ke Jakarta sebelum terlalu malam.
Anna yang sudah bisa berjalan sesuka hatinya, mengantarkannya sampai depan rumah.
Mobil Saphira bisa menghampirinya automatis dari ruang garasi di mana dia memarkirkan mobilnya.
Lalu Saphira memeluk Anna sekali lagi. Ini sudah ke sembilan kali untuk hari ini.
"Anna, jangan cemas ya..."
Anna tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia sudah paham bahwa mengingatkan Saphira bukan hal yang mudah. Anak ini selalu memiliki alasannya sendiri.
"Bye, Phira. Hati-hati di jalan." Katanya.
Saphira menuruni anak tangga dan masuk ke dalam mobilnya. Dia melambaikan tangannya sebelum dia akhirnya menjalankan mobilnya. Anna menunggu mobilnya keluar dari area rumahnya sebelum akhirnya dia kembali masuk ke dalam rumah.
Tidak lama dari itu, Saphira Young mendapatkan panggilan darurat khusus. Panggilan ini hanya berlaku kepada orang-orang khusus yang dipercayainya. Setelah mendengar informasi baru yang didapatkan, dia dengan segera menaikan kecepatannya untuk kembali ke Jakarta. Ada hal penting yang membuatnya begitu senang dan tidak sabaran.
Apakah itu?
.
[1] dalam bahasa Jepang, artinya kakek.
.
Bab 17
The Quarter of The Moon V [End]