Author pov
Suara dentuman musik dengan beat sedang mengalun indah di telinga para pengunjung cafe semi bar ini. Soonyoung memang anak nakal, tapi pergi ke club malam bukan, lah stylenya.
Dari pada menghabiskan waktu dengan para jalang yang sudah di coba oleh banyak orang, ia lebih suka memilih orang random yang berkelas untuk dijadikan teman tidurnya.
Hari ini, Seventeen Club di'isi oleh empat pemuda tampan yang di kelilingi oleh banyak wanita. Jun, Dino, Soonyoung, dan Vernon.
Ke'empatnya tengah duduk santai sambil menyesap cairan beralkohol ketika seorang wanita dengan santainya datang dan mengapit lengan Soonyoung di dadanya, "Rokok?" tawarnya sembari bergelanyut manja di lengan sang lelaki.
Soonyoung menggeleng, "Aku tak mau mati muda" jawabnya yang dibalas gelak tawa meremehkan dari sang wanita.
"Tak merokok? Bukan pria namanya." ejeknya seraya menaruh sebatang rokok itu di belahan dadanya yang menyembul dari balik baju kurang bahannya, "Ambilah.. Coba saja satu" ujarnya menggoda.
Soonyoung menatap ke arah teman temannya dengan tatapan mesum. Dino yang paling muda sudah bertepuk tangan heboh dan tertawa terbahak bahak.
Vernon menatapnya dengan senyum penuh arti sedangkan Jun, lupakanlah dia! Dia sudah bercumbu dengan seorang laki laki dari sekolah lain.
Laki laki? Hmm, iya. Laki laki polos yang sepertinya tersesat datang ke sini atau.. Wajahnya saja yang polos? Laki laki itu tampak seperti keturunan China, sama seperi Jun.
Soonyoung mengambil rokok di dada gadis itu dan menaruhnya di meja "Tapi, laki laki yang kau bilang 'bukan pria' ini, bisa melakukan sex lebih lama denganmu dibanding laki laki yang kau sebut 'pria'. Mau coba?"
Tawaran Soonyoung yang dibalas antusias dari sang wanita, "Shhh~ kau membuatku terangsang, sayang. Tapi, aku sepertinya lebih tua darimu.. Apa tak apa?" wanita itu berujar sedih dan mengelus pipi Soonyoung.
Soonyoung mendekatkan wajah tampannya pada sang wanita "Selama aku lebih mendominasi, itu tak masalah... Noona."
"Yeoksi ! Kwon Soonyoung hyung memang, lah keren~" Dino mengulurkan tangannya untuk mengajak Soonyoung tos yang tentunya di balas senang hati oleh orang yang baru saja dipuji.
"Ayo kita pesan kamar~ aku sudah tidak tahan?" wanita itu mendekatkan tubuhnya pada Soonyoung dan membuat dadanya menyentuh lengan sang dominan. Tangan nakalnya ia gunakan untuk mengusap paha Soonyoung yang masih tebalut jeans panjang.
Belum sempat Soonyoung menjawab, suara drrt drrt dari ponsel Jun yang membuat sang pemilik ponsel mengehentikan kegiatannya mencumbu laki laki berwajah oriental itu dan mengangkat telefonenya.
"Hallo?"
"APA!?"
Teriakan Jun yang membuat membuat semua orang yang ada di bar itu melirik ke arah mereka. Vernon dan Dino bahkan harus menutupi wajah mereka guna menahan malu.
Soonyoung sendiri melirik ke arah Jun dengan tatapan 'ada apa?' yang di balas dengan ekspresi kosong dan shock milik laki laki berkebangsaan China itu.
Setelah mematikan sambungannya, Jun menatap ke arah tiga temannya dan berkata dengan lirih "Minhyun hyung kecelakan.."
Tak ingin membahas lagi, ke'empat pemuda itu segera berdiri dan berjalan ke arah mobil mereka masing masing.
"Sayang kau mau kemana!?" teriak wanita tadi yang hanya di anggap angin lalu oleh Soonyoung.
Sedangkan Jun, laki laki itu juga ikut memboyong pria manis yang tadi dicumbunya.
"Akanku kirimkan dimana alamat rumah sakitnya." kata Jun sambil melangkah masuk ke dalam mobil. Di susul oleh anggukan teman temannya yang juga bersiap masuk ke dalam kendaraan beroda empat itu.
—GREAT SEDUCER—
Ceklek.
Wajah Minhyun yang dipenuhi perban adalah hal pertama yang di lihat oleh Soonyoung, Jun, Vernon, dan Chan begitu membuka pintu rumah sakit.
Kalau kalian bertanya di mana pria manis yang tadi dibawa oleh Jun, sekarang, si manis itu tengah berada tepat di sebelah Jun sembari menggengam tangannya dengan erat.
"Hyung.." lirih ke'empatnya sambil berjalan mendekat dan mengelilingi Minhyun.
Di sana sudah ada Hyunbin, pacar Minhyun yang setia menunggunya. Wajah Hyunbin terlihat kacau dan muram.
"Bung, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Jun sambik menepuk pundak Hyunbin.
"Ia sedang dalam perjalan menuju ke club ketika sebuah truk oleng dan menabraknya." ujar Hyunbin sendu.
Semuanya diam dan saling bertatapan. Selang beberapa detik, Hyunbin kembali mengeraskan wajahnya dan mengepalakan tangannya, "Sialan! Aku akan mengejar si pengemudi truk dan akan membunuhnya!"
Situasi mulai bahaya, Jun melepas tangannya yang tadi berada di bahu tegap Hyunbin dan mulai mengalihkan atensinya pada Minhyun.
Iya, Minhyun adalah seorang bottom dan Hyunbin, lah topnya. Meski lebih muda, tapi laki laki itu lebih mapan dari pada Minhyun. Penghasilan dari keringat sendiri sudah Hyunbin dapat. Berkat wajah tampannya, ia berhasil digaet oleh agensi terkenal dan menjadikannya model.
"Aku tidak bisa menjaga Minhyun hyung besok. Aku harus pergi ke London untuk pemotretan. Ada, kah yang bisa menjaganya? Kalian tahu, kan keluarga Minhyun itu sibuk."
Soonyoung maju dan menatap Hyunbin dengan wajah seriusnya "Aku, aku bisa menjaganya."
Anggukan Hyunbin berikan. Ia mencoba tersenyum manis meski masih terkesan sendu dan dipaksakan "Terima kasih, Soonyoung. Aku berhutang padamu."
Soonyoung menggedikan bahu "Tak masalah. Aku hanya ingin menjaga sahabatku. Tapi, aku hanya bisa menemaninya setelah aku pulang sekolah. Tidak apa, 'kan?"
"Setidaknya ada yang menemaninya." kata Hyunbin tanpa melihat ke arah Soonyoung. Matanya masih memeperhatikan sang kekasih yang kini terbaring lemah di kasur.
Beberapa detik mereka terdiam. Semua orang sibuk membatin dan menyesali kesalahan mereka yang tidak bisa menjaga kesayangan mereka dengan baik.
"Kenapa, sayang?" Jun, melihat laki laki manis di sebelahnya mengucek mata, ia bertanya.
"Aku mengantuk, Jun ge." ujarnya lugu. Benar benar imut hingga membuat Jun gemas.
"Bro, sepertinya aku pulang dulu, ya Minghao sudah mengantuk." sambil melingkarkan tangannya di pundak Minghao yang kesadarannya tinggal separuh.
//tiba tiba author terpikir untuk membuat side story JunHao//
"Iya, ini sudah malam.." Vernon melirik jam tangannya, "Aku juga harus pulang," sambungnya lagi.
"Eommaku pasti mengamuk kalau tahu aku pulang jam segini hahaha." canda Soonyoung mencoba mencairkan suasana. Beruntung lah Hyunbin, yang tengah bersedih, merespon dengan baik walau hanya menunjukan senyum tipisnya.
"Aku juga.. Sudahlah ayo, kita semua pulang." Dino mengakhiri dan menggiring semuanya ke arah pintu
"Sampai bertemu lagi Hyunbin hyung, Minhyun hyung!" imbuh si magnae.
—GREAT SEDUCER—
Next day in class.
Pejaman mata erat Jihoon lakukan untuk menetralkan emosinya. Hah~ salah apa lagi dia, Tuhan? Kenapa hari ini, ia harus duduk sebangku dengan Yura.
Iya, Yura.. Si jalang itu! Sungguh sebal rasanya. Kini mereka berdua duduk di ujung kursi. Menyisakan space lebar di tengah tengah mereka
Hal tersebut membuat Soonyoung, yang sedang duduk sendiri —sebenarnya ia duduk bersama Jooheon— tepat di belakang mereka menatap dengan heran.
Dua perempuan ini bertengkar terus— Batinnya.
Dengan tidak sopan, Soonyoung melompati mejanya dan berakhir duduk di tengah dua wanita yang tak akan pernah bisa akur itu.
Mata Soonyoung menatap ke arah Yura dan Jihoon bergantian sebelum kedua lengannya menggaet leher keduanya dan menjadikan dua perempuan itu mendekat ke arahnya.
Respond yang 180° berbeda, keduanya tunjukan. Yura, ia memeluk pinggang Soonyoung dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang si sipit.
Jihoon, gadis itu menarik tangan Soonyoung agar terlepas dari lehernya dan mulai memelintirnya dengan keras menghasilkan teriakan "AKHHH! S-sakit.. Sakit.." dari Soonyoung.
Setelahnya Jihoon berdiri dan menatap keduanya nyalang. Dirinya hanya tak habis pikir.. Mereka ini pacaran? Kok bisa pasangan ini sama sama memiliki sifat yang aneh?
"Kalau kalian mau bermesra mesraan tak usah bawa bawa aku! Kau juga, Soonyoung! Pacarmu ada tepat di sebelahmu. Bagaimana bisa kau merangkulku?" protes Jihoon tak percaya.
Soonyoung menaruh jempol dan jari telunjuknya di dagu. Berlagak seperti ia memiliki janggut dan mengelusnya berulang kali. Bibirnya ia sedikit majukan sebagai tanda bahwa ia sedang berpikir.
"Hmm, kenapa, ya? Aku hanya ingin merangkulmu—Yura tidak marah, 'kan?" Soonyoung sedikit melirik ke arah Yura dan menemukan wanita itu tengah menatapnya dengan senyum manis dan menggeleng.
"See? Ia tak marah. Sini, kemari! Aku akan merangkulmu lagi." mata Jihoon membulat mendengar jawaban dari Soonyoung. Ia menghela nafas dan menepuk dahinya sebelum memijat pelipisnya frustasi.
"Aku bingung kenapa bisa ada orang sepertimu di dunia ini.." lirihnya tak percaya.
"Benarkan? Soonyoung-ie memang terlalu sempurna untuk berada di dunia. Ia harusnya berada di surga~ aww malaikatku~" Yura menangkup pipi Soonyoung hingga membuatnya terlihat seperti ikan buntal. Setelahnya wanita itu menggunakan kedua telapak tangannya untuk memutar mutar pipi Soonyoung menjadikan laki laki itu sedikit risih dan tertawa canggung.
Mata Jihoon kembali membulat. Kini, dengan pandangan jijik ia mulai pasrah. Dirinya berjalan ke arah kelas Wonwoo dan meninggalkan dua orang yang tengah eh, tidak! Satu orang yang tengah kasmaran dan satunya lagi hanya mencoba untuk membuat Jihoon kesal.
—GREAT SEDUCER—
Kriing kriing.
Bel istirahat berbunyi. Hari ini adalah jadwal bagi Jihoon untuk ke kelas Wonwoo dan makan bersama gadis itu. Ya, mereka memang memiliki jadwal untuk bergantian datang ke kelas masing masing.
Sambil membawa bekalnya, Jihoon berjalan ke arah kelas Wonwoo dan menghabiskan makanannya di sana.
"—Dan kau tahu? Ia terjatuh dari sana! Hahaha~ lucu sekali." Jihoon menahan tawanya ketika Wonwoo menceritakan hal lucu saat dirinya bertemu dengan tunangan yang dijodohkan dengannya itu.
"Astaga, pasti ia malu sekali." respond Jihoon sambil menyedokan makanan ke mulutnya.
"Hmm, tentu saja." Wonwoo berujar dengan nada bangga. Entah karena apa.
"Tapi, ngomong ngomong, Won. Kau terlihat bahagia menceritakan tentang dia."
DEG.
Gerakan tangan Wonwoo terhenti. Mulutnya yang sudah setengah terbuka kembali tertutup dan tangannya bergerak turun guna meletakan sendok yang berisi makanan itu di piringnya, kembali.
"Kau mulai menyukainya, lagi, ya?" sambung Jihoon yang berisikan kata godaan untuk Wonwoo. Hal itu membuat Wonwoo tersipu malu dan menutupi kedua wajahnya dengan tangan.
"S-sok tahu kau Jihoon! Aku tidak." bantah Wonwoo.
"Bukannya sok tahu, aku memang tahu."
"Tahu dari mana, coba?" Wonwoo menaikan dagunya, menantang.
"Dari pipimu yang memerah." Jihoon sedikit mencubit pipi Wonwoo dan tertawa gemas setelah berhasil membuat pipi memerah itu makin merona.
"Sialan kau, Jihoon! Aku tak menyukainya. Aku tak akan pernah jatuh di lubang yang sama, lagi." mendengar Wonwoo yang sepertinya akan meledak, Jihoon memilih mengalah dan mengangguk.
"Memangnya dulu kenapa kalian putus?" tanyanya penasaran.
"O-oh.. Kita hilang kontak saat dia diharuskan pindah ke luar negri." Wonwoo menunduk dan mengusap lehernya.
Kedip, kedip.. Jihoon mengerjapkan matanya, kebingungan melihat Wonwoo yang sepertinya sedih, tangan Jihoon terulur untuk menepuk pundak sang sahabat.
"Eh, sepertinya botol minumku ketinggalan di kelas, Wonwoo-ah. Aku ke kelas dulu, ya." mengalihkan pembicaraan, Jihoon tersenyum dan berjalan ke kelasnya dengan santai guna mengambil hal yang tertinggal itu.
Sialan.. Baru saja masuk, bibirnya sudah gatal ingin mengumpat ketika melihat Soonyoung duduk di kursinya sambil memainkan HP-nya dengan santai.
Kalau hanya begitu, sih Jihoon masih tidak apa apa, ya. Tapi, laki laki itu menggunakan tas Jihoon sebagai tumpuan dagunya! Huftt~ sabar girl, sabar. Cepat marah bisa membuat dirimu bertambah tua.
Jadilah Jihoon mencoba untuk tersenyum dan berdehem dengan keras— Memberi kode maksudnya. Yang sayangnya, tak direspond dengan baik oleh Soonyoung. Laki laki itu masih terus terdiam memandangi HP-nya bahkan, kini, ia sedikit tersenyum dan tertawa.
Seperti orang bodoh saja— Batin Jihoon sambil merotasikan bola matanya.
Merasa dihiarukan, Jihoon melangkah mendekat hingga dirinya tepat di samping Soonyoung. Berdehem sekali lagi, mencoba untuk sabar.
Sepertinya berhasil, Soonyoung sedikit melirik ke arah Jihoon. Hanya sedetik! Setelah itu ia kembali berbalik dan fokus pada HP-nya.
W-wuah.. Jihoon tidak percaya ini. Kenapa di dunia ini ada laki laki seaneh Soonyoung!? Oke, oke mungkin ini salah Jihoon yang tidak sopan memanggil Soonyoung dengan deheman.
Jihoon mencoba menghela nafas dan mengangguk. Mulutnya mulai terbuka untuk memanggil Soonyoung sebelum suara laki laki yang akan dipanggilnya terdengar seakan menyuruhnya untuk segera diam.
"Oh, Jihoon. Ada apa kau ke sini?"
1..2..3 KENAPA RESPONDNYA TELAT SEKALI!?
Mulut Jihoon mengaga tak percaya. Ia berdehem dan menunjuk tas yang ada di bawah kepala Soonyoung "Itu tasku!" ujarnya lantang.
Soonyoung menegakan posisinya dan mengangkat tas itu "Ini?" Jihoon mengangguk sebagai jawaban.
"Terus?" kata kata Soonyoung yang membuat mereka berdua bertatapan dengan gaya menatap yang berbeda.
Tatapan sinis, sombong, dan dengan wajah sok tampan itu!! Benar benar membuat Jihoon muka dan ingin menamparnya.
"Ya, terus? Kau masih bertanya?" Jihoon menaruh satu tangannya di pinggang dan menatap Soonyoung tak percaya.
"Kau mau aku memberikan tas ini padamu?" tanya Soonyoung yang membuat Jihoon menggelengkan kepalanya pasrah "Tidak, biar aku saja yang ambil sendiri" Jihoon berjalan mendekat dan berniat merebut tasnya.
"Weeish! Tidak segampang itu, sweetheart. Kau harus tahu caranya memohon. Ingat? Me-mo-hon." Soonyoung menaik turunkan kedua alisnya sambil tersenyum mesum.
"Kenapa aku harus? Itu milikku." Bela Jihoon sambul melipat kedua tangannya di depan dada.
"Tapi, sekarang, tas ini ada di tanganku. Artinya, ini milikku." balas Soonyoung yang membuat Jihoon menatapnya dengan sinis dan nafas yang memburu menahan emosi.
"Me-mo-hon." ulang Soonyoung dengan wajah super menyebalkannya.
Tak ingin membuat masalah makin panjang, Jihoon memutar bola matanya dan bermonolog dengan suara keras "Me-mo-hon" ejek Jihoon menirukan suara Soonyoung dengan nada yang dibuat aneh.
"Apa kau bilang?" tanya Soonyoung yang sebenarnya hanya gertakan belaka. Ia tentu mendengar Jihoon yang mencibirnya.
"A-ah, aku tidak bilang apa apa hehe." senyum terpaksa milik Jihoon ia tunjukan "Memohon, ya?" tanyanya sekali lagi yang dibalas anggukan.
Jihoon mendongakan kepalanya keatas "hmm.." ia berpikir. Memohon? Bagaiamana caranya?
"Err.. Tolong berikan tasnya padaku?" terkanya yang dibalas dengan tepukan dahi oleh Soonyoung.
"Astaga, itu adalah cara memohon paling mengerikan yang pernahku lihat. Ckckckc." Soonyoung menggeleng gelengkan kepalanya tak percaya. Membuat Jihoon mendekatkan dirinya, berjongkok di bawah, menaruh kedua tangannya di meja, dan menjadikannya sebagai tumpuan dagu.
Jihoon menatap Soonyoung dengan khawatir "B-Benarkah? Itu yang terburuk?" Soonyoung memejamkan mata. Sedikit melirik ke arah Jihoon yang kini memasang ekspresi imut. Menahan tawanya, Soonyoung mengangguk, "Paling buruk."
Jihoon menunduk dan menghela nafas, "Lalu bagaimana?" tak sadar sedang dikerjai, Jihoon dengan ekspresi polosnya seakan memberikan jalan bagi sang serigala nakal.
Brak. Soonyoung sedikit menggebrak meja membuat Jihoon terkejut "Aegyo! Lakukan aegyo untukku" terkejutnya Jihoon makin menjadi begitu Soonyoung menyelesaikan kata katanya.
"A-aku tak bisa aegyo.. Wajahku tak cocok." rendah Jihoon sambil menunduk.
Oke, kita semua tahu Jihoon sedang berbohong, 'kan? Apa perlu aku menyertakan beberapa foto Jihoon yang terlihat imut disini? Cih, wajahnya tak cocok katanya.. Bohong besar!
"Tidak ada ageyo, tidak ada tas." masih memejamkan matanya, Soonyoung berujar layaknya bos.
"A-aku.. Aku tetap tidak mau!" dengan cekatan Jihoon merebut tasnya dan mengambil botol minumnya. Setelahnya ia berlari pergi ke kelas Wonwoo.
"Hah~ dasar keras kepala." Soonyoung mendesah pasrah dan kembali fokus pada HP-nya. Sebelum atensinya kembali teralihkan pada tas Jihoon yang terbuka.
Dengan jahil, Soonyoung mengambil buku pelajaran untuk jam selanjutnya dan menyembunyikannya di laci meja miliknya.
Rasakan itu! Siapa suruh tak mengikuti ucapanku— batin Soonyoung, tega.
Selesai Soonyoung dengan kegiatannya, bunyi
Kriingg!
Yang memiliki tanda bahwa waktu istirahat telah habis terdengar nyaring di seluruh penjuru sekolah.
Sesegera mungkin ia berpindah ke kursinya dan menopang wajahnya dengan tangan. Berlagak seakan dia adalah anak polos yang tak melakukan kesalahan apa apa.
Soonyoung menahan tawanya saat melihat Jihoon datang sambil bersenandung. Mengabaikan Yura yang meliriknya dengan sinis sambil berbisik pada teman temannya.
"Soonyoung, tidak kah anak aneh ini berisik sekali? Ayo, tukar tempat duduk! Kau duduk denganku. Biar Jihoon duduk bersama Jooheon." rengek Yura sambil mengapit lengan Soonyoung di dadanya.
Merasa risih, Soonyoung melepaskan tangannya dari tempat keramat itu dan lebih memilih untuk mengacak rambut Yura "Tidak usah protes, Yura. Duduk saja dengannya" perliaku Soonyoung membuat Yura luluh dan tersenyum manis. Bergegas, wanita itu kembali ke tempat duduknya.
"EH! Bukuku mana?" monolog Jihoon sambil mengacak tasnya. Astaga! Soonyoung tak bisa menahan tawannya! Ia mati matian menutup mulutnya melihat tingkah lugu si gadis.
"Bukuku.." lirih Jihoon sambil menoleh ke kanan dan kiri. Matanya jatuh pada mata tajam Soonyoung yang juga melihat ke arahnya.
Laki laki itu menopang wajahnya dan menaikan dagunya sebagai ganti berkata 'ada apa?' pada Jihoon.
Entah untuk alasan apa, wajah Jihoon yang memerah mulai menggeleng takut takut.
Imutnya.. Soonyoung jadi tak tega melihat gadis itu kini memasang ekspersi bingung dan takutnya.
Soonyoung ingin membuka mulut dan mengatakan yang sebenarnya namun, sang guru sudah datang membuat niatnya menjadi pupus. Jadilah Soonyoung hanya menelan ludah dan ikut berdiri, memberi salam.
Tangan Jihoon sudah setengah terangkat—ingin melapor bahwa dirinya tak membawa buku— ketika Soonyoung dengan cekatan menulis sesuatu di sticky notes dan menepelkannya di dahi Jihoon.
"Eh?" Jihoon mengambil sticky notes itu dan membacanya.
Bukumu ada di laciku. Ambilah kalau kau mau.
Matanya membelak seiring kalimat itu selesai dibaca. Ia melirik ke arah belakang dengan gerakan slow motion.
Perhalan Jihoon menampilkan wajah garangnya sambil sebelah tangannya terangkat untuk meremas sticky notes itu. Sekaan menunjukan pada Soonyoung bahwa dirinya akan bernasib sama dengan kertas berwarna kuning itu.
"Silahkan kumpulkan PR kalian. Mulai dari absen satu, ya. " ujar sang guru sambil mengetuk meja di depannya. Tanda kalau anak anak harus menaruh buku mereka di tempat itu.
Astaga.. Kenapa memanggilnya harus satu satu begini!? Apa itu berarti nanti Jihoon harus mundur satu langkah dan merogoh laci Soonyoung dulu, baru setelahnya ia maju? Memalukan!!
Tak terasa giliran Jihoon untuk maju telah tiba. Dengan menunduk, Jihoon mundur ke meja Soonyoung dan meraba laci sang laki laki. Yeas! Ini bukunya!
Jihoon menegakan posisinya dan berdehem. Mengabaikan Soonyoung yang menatapnya sambil tersenyum, dan teman teman sekelas yang menatapnya aneh.
"Lacimu sekarang berpindah di tempat duduk Soonyoung, ya, Jihoon?" goda sang guru sambil menerima buku Jihoon.
"Hehe, bukan begitu, ssaem." Jihoon tersenyum canggung dan kembali ke tempat duduknya dengan lunglai.
—GREAT SEDUCER—
Menepati janjinya, sepulang sekolah, Soonyoung bergegas menjalakan mobilnya menuju ke rumah sakit tempat Minhyun dirawat.
Hari ini, ia bisa sedikit tersenyum lega karena, begitu membuka pintu, Minhyun yang tersenyum manis adalah hal yang pertama yang di lihatnnya.
"Hyung! Sudah sadar?" Soonyoung berujar antusias dan berjalan cepat ke arah kasur Minhyun. Menarik kursi dan duduk di sana.
"Menurutmu? Mataku sudah terbuka seperti ini, masih saja bertanya." canda Minhyun yang membuat Soonyoung tertawa "Mana yang lain?" sambung Minhyun celingukan.
"Halangan." celetuk Soonyoung yang dibalas belak kaget Minhyun "Mereka haid??".
Soonyoung merotasikan bola matanya "Kalau kepalamu tak diperban, sudah dipastikan aku akan memukulnya— tentu saja tidak, lah, hyung! Mereka ada urusan lain. Kemarin kami sudah datang tapi, kau masih belum siuman."
Minhyun berucap 'ooo' tanpa suara. Hingga akhirnya waktu mereka habiskan dengan bercanda ria dan sesekali mengobrol tak jelas.
Dino juga sempat datang namun, tak bisa lama lama karena ia harus pergi ke tempat lesnya.
Tak terasa waktu sudah petang. Soonyoung yang merasa bahwa dirinya memiliki janji lain, pun pamit pulang, "Hyung, mereka mengajakku untuk ke club malam ini. Aku pergi dulu, ya. Mau titip salam pada mereka, tidak?"
Minhyun mengangguk paham. "Titip pelukku untuk mereka." candanya yang balas tatapan jijik Soonyoung "Peluk saja Hyunbinmu itu!" setelahnya mereka tertawa bersama.
—GREAT SEDUCER—
Memang sudah menjadi rutinitas bulanan Jihoon, untuk selalu datang ketempat bernuansa putih yang lebih akrab di panggil rumah sakit ini.
Selalu berkunjung ketempat ini selama hampir dua tahun lamanya membuat banyak suster yang sudah tak asing lagi dengan wajah manis seorang Lee Jihoon.
Bahkan Lee Jihoon sendiri sudah merasa sangat srek dan nyaman berada di rumah sakit. Ia bahkan kerap kali berjalan sendiri tanpa pengawasan dari orang tuanya.
Seperti sekarang, ia tengah berjalan jalan di area taman rumah sakit ditemani oleh alunan lagu romansa yang mengalun indah dari earphonenya.
Merasa lelah, Jihoon memilih untuk duduk disalah satu kursi dan mengedarkan pandangannya—mencari objek menarik untuk dilihat.
Namun, bukannya mendapatkan objek menarik, netra indahnya malah menangkap sesosok manusia yang sangat tak ingin ia lihat. Bahkan untuk menyebut namanya saja rasanya Jihoon tak kuasa.
Siapa lagi kalau bukan si sipit mesum Kwon Soonyoung!?
Kesialan kembali datang pada Jihoon ketika gadis manis itu tahu bahwa Soonyoung menyadari kehadirannya dan mulai berjalan ke arahnya.
"Oi! Lee Jihoon!" Soonyoung berujar dengan nada riangnya sambil melambaikan tangan. Perbuatan baik
macam apa yang telah Soonyoung lakukan hingga kini, dirinya bisa menemukan mangsa polos seperti Jihoon.
Jihoon menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri sebelum menegakan badan dan berusaha berjalan menjauh dari Soonyoung.
Pola rumit muncul di dahi Soonyoung. Kenapa anak itu malah menjauh?—batin Soonyoung.
"Hei, Jihoon!" Soonyoung mempercepat langkahnya.
Jihoon menoleh kebelakang dan itu membuat ekspresi takut yang sedari tadi sudah ada di wajahnya kian bertambah parah.
Hindari laki laki aneh! Hindari laki laki aneh!— Batin Jihoon ketakutan.
Decakan sebal terdengar dari bibir manis gadis itu sebelum kaki kaki mininya mulai berusaha untuk mengambil jarak langkah yang lebih jauh.
Tujuannya adalah orang tuanya! Soonyoung tak akan bisa macam macam jika ada kedua orang tuanya.
Helaan nafas lega terdengar dari bibir Jihoon begitu ia menyadari tak jauh disana, berdiri kedua orang tuanya yang tengah berbicang satu sama lain.
Ya, meski Soonyoung masih terus mengejar dibelakang, setidaknya ia akan aman.
"Ma—" "Jihoon!"
Berbunyi bersamaan, membuat kata kata Jihoon terpotong. Jihoon melirik sinis laki laki sipit yang kini berada tepat di sampingnya.
Sial, hal tersebut membuat suasana canggung menyelimuti mereka. Mama dan papa Jihoon tampak memasang wajah terkejutnya saat menyadari ada sosok lain yang ikut bersama anaknya.
Tak tahu harus merespond bagaimana, Jihoon hanya diam dan menadang ke arah orang tuanya serta Soonyoung bergantian.
"Oh, Soonyoung, ya?" celetuk ayah Jihoon secara tiba tiba guna memecahkan suasana canggung.
Sip! Suasana canggung telah hilang. Kini, giliran tatapan bingung yang mengukir indah di wajah Jihoon dan Soonyoung.
Astaga plot twist macam apa ini?—batin Jihoon.
"I-iya?" dengan hati hati Soonyounh menjawab.
"Papa mengenal Soonyoung?" tanya Jihoon yang dibalas anggukan dari papa Jihoon.
"Kau benar Soonyoung, 'kan? Yaahh~~ sudah lama om tidak bertemu denganmu. Dulu saat terakhir kali melihatmu kau masih sependek ini." canda ayah Soonyoung sambil menunjukan gestur anak bertubuh pendek lalu tertawa.
"Bagaimana kabar ayahmu?" balas papa Jihoon sambil menepuk bahu Soonyoung.
"B-baik, om hehe.." Soonyoung tersenyum canggung sambil menundukan kepalanya berkali kali. Ia melirik kearah Jihoon yang kini mengangkat kedua bahunya—tanda bahwa ia tak tahu menahu soal ini.
"Kau sekarang makin tampan Soonyoung-ah. Kapan kapan kita harus berkumpul bersama, ya. Appa-Eommamu, kamu, om-tante, dan Jihoon. Pasti akan sangat menyenangkan. Iya, 'kan Jihoon-ie?" mama Jihoon menyenggol lengan Jihoon sambil mengedipkan matanya.
Sial, sial, sial!! Ini tidak seperti yang Jihoon bayangkan kan??
"Orang tua Soonyoung pasti sibuk, ma. Kita tidak akan bisa berkumpul bersama. Sudahlah, ma ayo kita pulang. Jihoon-ie lapar." Jihoon memegang tangan mamanya dan sedikit menariknya kearah jalan keluar.
"Mereka sedang tidak sibuk, kok. Kapan pun bisa." Soonyoung berujar mantap sambil melirik ke arah Jihoon yang kini membulatkan matanya.
"Baguslah kalau begitu. Ngomong ngomong, apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya papa Jihoon.
"Menjenguk temanku, om. Dia dirawat disini. Ehmmm.. Sepertinya ini sudah hampir sore, Soonyoung pulang dulu, ya om takut nanti orang rumah mencari." ujar Soonyoung dengan senyum ramah dan cerahnya.
Jihoon melirik kearah orang tuanya yang kini terlihat terkesan dan tersipu akan tingkah sopan Soonyoung.
Wuah.. Jihoon tidak bisa percaya! Laki laki ini benar benar seorang great seducer. Buaya yang mengerikan!!
"Oh? Ahahaha Soonyoung ternyata anak yang sangat sopan. Baiklah, baiklah semoga temanmu itu cepat sembuh. Kau juga pulanglah dengan hati hati. Sampaikan salam dari om dan tante pada eomma dan appamu, ya."
Soonyoung mengangguk dan tersenyum ramah lalu ia melambaikan kedua tangannya dan berjalan meninggalkan mereka bertiga.
Aktivitas Jihoon yang sedang mengikuti Soonyoung dengan pandangannya menjadi terganggu saat ia merasakan senggolan di bahunya.
Itu mamanya yang kini memasang tatapan menggoda pada Jihoon, "Bagaimana Jihoon?".
Jihoon berdecak malas, "Bagaimana apanya, ma?" dan berjalan mendahuli orang tuanya kearah pintu keluar.
Mama Jihoon mendesah kesal, "Selalu saja begitu." setelahnya ia menyusul anaknya lalu menggandeng tangannya.
"Heol! Soonyoung pulang dulu, ya takut orang rumah mencari." tiru Jihoon akan perkataan Soonyoung dengan suara yang dibuat buat.
Sebuah postingan instagram yang lewat di TL-nya membuatnya mengucapkan hal itu.
Foto Soonyoung yang sedang bersama teman temannya di salah satu bar. Dengan banyak sekali wanita disana. Cih, Jihoon jadi merotasikan bola matanya malas dan melempar HP-nya ke kasur.
—GREAT SEDUCER—
"Eomma!" Soonyoung yang baru saja sampai rumah langsung menghampiri eommanya dan duduk di hadapannya.
"Apa?" karena masih sibuk dengan buku didepannya, eomma Soonyoung menjawab dengan singkat.
"Eomma kenal mama papanya Jihoon? Tadi aku bertemu dengan mereka di rumah sakit dan mereka bilang jika ada kesempatan ingin mengadakan pertemuan keluarga."
Kerutan mulai muncul di dahi eomma Soonyoung.
"Ahh~~ Jeonghan-ie! Astaga, dia sahabat mama sewaktu kita masih duduk di bangku SMA dulu dan masih berhubungan baik sampai sekarang." terang eomma Soonyoung lalu kembali fokus pada bukunya meski hanya sedetik.
Netranya kembali melirik kearah Soonyoung dan bertanya, "Soonyoung kenal Jihoon?"
Entah karena angin apa tiba tiba Soonyoung jadi gugup hingga ia harus menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Ouh, ya.. Begitulah. Kami kan sangkatan dan satu kelas hehe.."
Eomma Soonyoung mengangguk, "Kapan kapan kita berkunjung kerumah mereka, ya?" tawar sang mama yang di balas anggukan dari sang anak. Sambil menyembunyikan senyum dan rona bahagianya, tentu saja.
—GREAT SEDUCER—
Seminggu setelah kejadian itu, dan coba tebak! Hal yang Jihoon takutkan benar benar terjadi!
Ia dan orang tuanya diundang di jamuan makan malam pribadi bersama keluarga Soonyoung.
Oke, mari kita daftar kesialan apa saja yang sudah Jihoon terima. Pertama, tentu saja masalah Soonyoung! Apa pun yang menyangkut laki laki mesum itu pasti membawa mala petaka baginya!
Kalau kalian bertanya apa, sih yang membuat Jihoon begitu membeci Soonyoung, jawabannya adalah karena laki laki sipit itu benar benar seorang great seducer! Buaya!Pembohong ulung! Bermulut manis! Dan dia sangatlah mesum!
Berada di dekat Soonyoung membuat Jihoon merasa tidak nyaman. Pandangan laki laki sipit itu begitu tajam seakan menelanjangi tubuhnya. Hii hanya dengan memikirkannya saja sudah berhasil membuat Jihoon bergidik ngeri.
Dan kesialan yang selanjutnya adalah.. Mengapa harus jamuan makan malam? Tak tahukah mereka bahwa Jihoon tak bisa makan semua itu?
Masa iya dia harus membawa bekal untuk jamuan makan malam? Mau di taruh dimana mukannya?
Mungkin ini adalah sesuatu yang terdengar lucu dan bisa dijadikan bahan tawa'an tapi, serius.. Ini melukai hatinya.
"Ma, aku tidak usah ikut, ya. Aku kan tidak bisa makan." Jihoon menarik narik gaun panjang yang mamanya pakai dengan pelan dan berulang.
"Ji jangan bandel, ih! Tujuan utama kita kan untuk melepas rindu. Jamuan makan malam itu hanya embel embel saja." mama Jihoon berjongkok didepan anaknya yang sedang duduk dikasur. Mata indahnya memancarkan sinar ketenangan yang membuat Jihoon menghangat.
"Tapi, Jihoon malu.." Jihoon kembali menunduk dengan sedih.
Mama Jihoon meraih kedua tangan anaknya. Membukanya dan memegangnya dengan satu tangan.
Tak. Tak.
Jihoon mengrenyitkan dahinya ketika sang mama malah memukul telapak tangannya dengan pelan.
"Apa yang kau malukan, eoh!? Kau malu punya mama yang sudah tua dan jelek begini!? Bilang pada mama!"
"Mama.." lirih Jihoon.
Mama Jihoon kembali tersenyum dan mengusap tangan Jihoon yang tadi pukulnya, "Maafkan mama, ya. Karena dulu mama jarang dirumah, kau jadi sakit begini."
Tangan Jihoon tergerak untuk merengkuh mamanya dan memeluk tubuh ringkih itu.
"Jangan bicara begitu! Jihoon tak suka!"
Mama Jihoon tertawa gemas dan melepas pelukan mereka. "Arraseo! Sekarang kita turun dan berangkat ke sana, oke?"
—GREAT SEDUCER—
Ahh! Jihoon benar benar menyesal telah berbicara dengan mamanya. Pasalnya wanita itu selalu berhasil membujuk Jihoon untuk melakukan sesuatu yang tak diingingkannya.
Jadilah kini ia tengah duduk manis di sebuah meja panjang yang berisikan papanya yang berhadapan dengan papa Soonyoung. Ibunya yang berhadapan dengan Soonyoung dan dirinya yang berhadapan dengan ibu Soonyoung.
Huftt~~ setidaknya ia tak berhadapan dengan Soonyoung. Karena hal itu akan membuatnya frustasi setengah mati.
Mulai dari hidangan masuk Soonyoung sudah menatap Jihoon dengan pandangan aneh. Pasalnya disaat yang lain memakan makanan utama gadis itu malah memakan cheese cake.
Jihoon yang paham Soonyoung tengah menatapnya dengan tatapan mengejek hanya menghela nafas pasrah dan mencoba untuk tidak mempedulikannya.
Jahil, Soonyoung mengarahkan kakinya ke arah kaki Jihoon dan mengelusnya dengan sensual.
"Uhuk!!" Jihoon terbatuk dan sedikit memundurkan kursinya.
"Kenapa Jihoon-ie?" ujar mama Jihoon dengan khawatir.
Soonyoung langsung menunjukan ekspresi khawatirnya dan menyodorkan gelas minumannya kepada Jihoon, "Minum dulu Jihoon-ssi."
Jihoon mengalihkan pandangannya dan menatap Soonyoung dengan tak percaya. Ia melirik kearah gelasnya yang masih kosong dan segera mengisinya dengan air dan meminumnya.
Kini, giliran Soonyoung yang menatap Jihoon dengan tatapan tak percaya. Sekali lagi harga dirinya dipermalukan!!
"O-oh.. Kau tak mau menerima bantuanku Jihoon-ssi? Itu membuatku sedih." Soonyoung menundukan kepalnya.
Hal itu membuat atmosfir canggung begitu terasa diantara mereka.
"Ah, maafkan Jihoon yang tidak sopan." mama Jihoon mengucapkannya dengan senyum canggung. Tangan kirinya ia gunakan untuk mencubit pinggang Jihoon—mengisyaratkan untuk segera minta maaf.
"Jihoon! Minta maaf sekarang!" ujar ayah Jihoon dengan tegas.
Jihoon melirik ke semua orang dengan wajah takut sekaligus sebal. Ini bukan salahnya!!
"Ah, tidak perlu, om, tante. Lagi pula itu juga salahku. Aku memberinya minum bekasku. Pasti ia merasa risih dan jijik akan ludahku." Soonyoung berujar dengan wajah bersalah.
"Aku minta maaf Jihoon-ssi. Aku benar benar menyesal." sambungnya lagi sambil menatap Jihoon.
Saat tak ada yang melihat, Soonyoung dengan cepat menjulurkan lidahnya pada Jihoon dan tersenyum menang.
Jihoon membulatkan matanya kaget. Setelahnya ia melirik kearah orang tuanya dan menemukan mereka berdua memasang ekspresi bersalah.
"Jihoon. Cepat. minta maaf." papa Jihoon berujar pelan namun tegas.
Jihoon menghela nafas pasrah "Soonyoung-ssi. Aku minta maaf karena telah mengabaikan bantuanmu. A-aku.. Aku hanya malu hiks.. Hiks" Jihoon mulai berakting dan menutupi wajahnya dengan tangan.
"Omo! Jihoon-ie sayang. Jangan menangis, nak. Kami paham perasaanmu. Ayo, kita lanjutkan lagi makannya, ya." eomma Soonyoung mengusap tangan Jihoon dan menggengamnya kilat.
Saat tak ada yang melihat, Jihoon juga melirik kearah Soonyoung dan menjulurkan lidahnya.
"Jadi bagaimana dengan saham di perusahaan.." perbincangan para ayah tentang saham yang membosakan! Bahkan sang penulis, pun tak ingin menjelaskannya kepada kalian.
Sesekali Soonyoung menimpali omongan mereka karena nyatanya, laki laki itu cukup tahu menahu tentang masalah perusahaan dan saham. Dan entah kenapa hal itu membuat Jihoon kagum..
"Ah! Bukankah dia baru saja bercerai? Lalu lalu?" biasa.. Gosip para ibu tentang artis terpanas, drama senin malam, atau pun teman mereka sendiri.
Jihoon tak bisa ikut campur karena kini para ibu tengah menggosipi teman mereka. Kalau para ibu membicarakan tentang drama atau pun artis Jihoon, sih masih bisa menyahuti.
Jadilah kini ia hanya diam dan menyantap cheese cakenya dengan bosan sebelum sebuah elusan kembali ia rasakan pada kakinya.
Ia melirik kearah Soonyoung yang tengah menatapnya dengan tatapan sensual.
Wuah! Ia benar benar tak bisa menahannya lagi! Dengan sekuat tenanga ia menginjak kaki Soonyoung menghasilkan aduhan keras dari laki laki sipit itu.
"ARGHH!!" teriak Soonyoung sambil memundurkan kursinya. Tolong ingatkan pada mereka bahwa Jihoon memakai sepatu dengan hak tinggi sehingga rasa injakannya berkali kali lebih sakit.
"Oh, Soonyoung-ssi kau kenapa?? Apa ada yang sakit?" Jihoon berujar dengan nada khawatir.
"Ada apa Soonyoung?" tanya eomma Soonyoung dengan tenang. Mungkin karena anaknya ini laki laki ia jadi tak terlalu khawatir.
"Akh~~ masakannya enak sekali eomma. Terima kasih telah membawa kami kesini." Soonyoung memberikan senyum canggungnya dan melirik Jihoon dengan masam.
Jihoon sendiri kini tengah tertawa geli karena berhasil membuat rivalnya malu sekaligus kesakitan.
"Jihoon terlihat peduli pada Soonyoung, ya." celetuk mama Soonyoung secara tiba tiba.
"Y-ya?" Jihoon menutup mulutnya hampir saja mengeluarkan pekikan kencang.
"A-aku memang peduli pada semua orang tante haha.. Itukan sudah kewajiban." Jihoon menunujukan senyum canggungnya. Sial!! Senjata makan tuan! Bisa bisanya ia salah presepsi begini.
Lirikan mata Jihoon menangkap Soonyoung yang tengah sibuk menahan tawanya.
"Ouhh~~ aku jadi merasa tersentuh karena Jihoon-ssi peduli padaku." Soonyoung menjeda omongannya dan tersenyum super manis Pada Jihoon, "gumawoo~"
Sial, pipi Jihoon memerah padam. Entah karena gadis itu marah atau karena malu.
"Ah, tapi.. Bolehkah aku bertanya sesuatu." Soonyoung angkat bicara membuat semua atensi kini beralih padanya.
"Tanyakan saja Soonyoung-ah selama kami bisa menjawab akan kami jawab." ucap ayah Jihoon dengan senyumannya.
"Kenapa Jihoon-ssi memakan makanan yang berbeda?"
"..."
Hening. Semua hanya saling berpandangan tanpa niatan menjawab. Tak semua, sih.. Jihoon kini tengah menunduk dan menggengam sendoknya erat.
"I-itu.." mama Jihoon berujar lirih.
Dag.
Suara kursi yang di dorong ke belakang terdengar dari arah Jihoon.
Gadis itu kini berdiri masih dengan kepala yang menunduk meski beberapa menit kemudian ia mendongak dan menunjukan senyum pahitnya.
"A-aku mau ke toilet sebentar. Aku tak akan lama.. Hehe.." Jihoon mencoba tersenyum manis dan tertawa. Setelahnya ia kembali menunduk dan berjalan keluar dari private room itu.
Semua yang ada disana menunjukan ekspresi yang tak dapat dijelaskan. Bingung, kaget, canggung, sedih, bersalah bercampur menjadi satu diwajah mereka.
Soonyoung lah yang paling ketara. Ia kini menatap kosong ke arah orang tuanya "K-kenapa?"
Dimulai dengan helaan nafas, mama Jihoon menceritakan semua yang terjadi pada anak satu satunya itu.
Kata demi kata yang keluar dari bibir mama Jihoon membuat wajah Soonyoung berubah ubah seriring berjalan cerita.
Gadis itu terlihat baik baik saja jika disekolah. Tak terlihat sakit atau, pun tersiksa.. Tak Soonyoung sangka ia harus merasakan pedih dan perih yang sedemikian rupa.
Entah kenapa, Soonyoung kini menundukan wajahnya dan merasa bersalah pada Jihoon.
"T-tapi, nak Soonyoung jangan terlalu menjadikannya beban. Hal hal seperti itu bisa saja terjadi bukan?" mama Jihoon mencoba menenangkan Soonyoung.
"Ia tidak apa apa, 'kan?" Soonyoung bertanya seperti tanpa nyawa.
Mama Jihoon terdiam. Ia menatap Soonyoung dengan pandangan menyelidik. Sepertinya anak ini mulai merasakan sesuatu terhadap Jihoon—batin mama Jihoon.
"Ia tidak apa apa, 'kan!?" ulang Soonyoung dengan nada yang sedikit ditinggikan.
"SOONYOUNG!" gertak papa Soonyoung.
"Maafkan ketidak sopananku om, tante."
Soonyoung yang menyadari kebodohannya hanya dapat diam dan menunduk. Sial! Kenapa ia harus berteriak!?
Mama Jihoon tersenyum dan mengangguk, "Kita tetap harus terus berdoa untuk kesembuhan Jihoon."
Soonyoung sedikit melirik kearah mama Jihoon. Hah~~ perasaannya tak tenang.
Bayang bayang buruk mulai berkecamuk di kepalanya. Akan kah Jihoon sembuh? Apa Jihoon nanti akan pergi? Argh!! Sial sial sial!!
"Err.. Sepertinya aku juga mau ke kamar mandi. Aku permisi dulu." Soonyoung tersenyum sebelum melangkahkan kaki keluar dari private room itu.
Sepeninggalnya Soonyoung, mama Jihoon tak kuasa menahan tawanya. Setelahnya ia tersenyum manis.
Senyum manisnya mulai luntur saat ia menyadari semua pasang mata melihat ke arahnya, "Ada apa?" tanyanya dengan bingung setelah berhasil menetralkan ekspresinya.
"Kenapa kau tertawa Jeonghan-ah?" tanya mama Soonyoung dengan wajah bingungnya.
"Kita semua juga tahu kalau anakmu itu ingin mencari anakku, dan bukannya pergi ke kamar mandi." setelahnya ruangan itu dipenuhi gelak tawa dari dua pasang suami istri yang sudah tak lagi muda itu.
—GREAT SEDUCER—
"Menyebalkan!" ujar Jihoon sambil memukulkan tanganya di kolam renang hingga airnya terciprat kemana mana.
Jihoon kini tengah berjongkok di tepi kolam renang dengan satu tangan yang memeluk lutut dan satunya lagi sibuk mengaduk ngaduk kolam renang dengan jari telunjuknya.
"Kenapa ia harus bertanya begitu, sih?"
"Ah, tidak! Aku yang bodoh! Kenapa aku harus sampai melarikan diri begini!!"
"Sial, ia pasti mengira bahwa aku itu cengeng!"
"Mama pasti juga sudah menceritakan semuanya pada Soonyoung. Ahh! Mama!"
"Cih, dasar gila. Berbicara sendiri." sebuah suara lain yang terdengar diselingan suara nyaringnya membuat Jihoon menoleh kebelakang dan menemukan Soonyoung yang tengah berdiri dengan memasukan kedua tangannya di saku.
"Kau juga barusan berbicara sendiri, bodoh!" skakmat! Soonyoung mendesah sebal dengan volume yang kecil.
Soonyoung menendang sepatu Jihoon dengan sepatunya, pelan.
"Apa, sih!? Jangan menggangguku!"
Jihoon berjalan menyamping tanpa mengubah posisinya—berniat menjauh dari Soonyoung.
Melihat Jihoon yang bertingkah seperti itu entah kenapa membuat Soonyoung ingin tertawa. Jihoon terlihat lucu dan menggemaskan.
"Kau baik baik saja, 'kan?"
Pertanyaan dari Soonyoung membuat membuat Jihoon berdiri dan berbalik. Ia menatap Soonyoung dengan nyalang.
"Mamaku bercerita banyak padamu, ya? Bagus! Sekarang aku tampak lemah di hadapanmu." Jihoon tersenyum getir dan memperbaiki posisinya menjadi berdiri.
Soonyoung mendekat kearah Jihoon dan berniat menyeret anak itu untuk kembali ke private room. Namun, gerakannya terhenti saat ia berfikir bahwa hal itu hanya akan menyakiti Jihoon.
Jihoon menatap tangan Soonyoung yang mengambang di dekat tangannya dengan getir.
Jihoon mendecih dan berkata, "Kenapa? Kau takut menyentuhku? karena aku ini penyakitan? Iya?"
Jawaban Jihoon membuat Soonyoung tertegun. Bukan!! Astaga kalian dengar sendiri, 'kan apa alasan Soonyoung menghentikan gerakannya!
Jihoon salah paham!
"Tidak Ji—" ucapan Soonyoung terhenti karena Jihoon yang berjalan mundur menjauhinya.
Bukannya ia merasa marah karena Jihoon menjauhinya atau apa tapi, jika selangkah lagi Jihoon mundur maka ia akan tercebur kedalam kolam renang.
"Ji de—" "JI AWAS!" BYURR!
Jihoon terjebur kedalam kolam renang dan sepertinya ini akan menambah daftar nasib sial Jihoon.. Ia tak bisa berenang, dan fakta menyialkan lainnya, ternyata, kolam renang ini cukup dalam.
250 cm dalamnya saat tinggi Jihoon saja 164 cm dan Jihoon tak bisa berenang!! Jadilah ia langsung berteriak heboh dan bergerak kesana kemari tak karuan.
"JIHOON!"BYURR!
Tanpa pikir panjang Soonyoung ikut ikutan menjeburkan dirinya kedalam kolam renang dan berenang ke arah Jihoon secepat yang ia bisa.
Grep. Soonyoung memeluk Jihoon yang kini sudah tak sadarkan diri dan membawanya ke luar dari kolam renang.
"Hah..hah..hah.. Ji, bangunlah." Soonyoung berujar dengan nafas yang terengah engah. Berenang dengan kolam sedalam itu bersama seseorang di pelukanmu itu tidaklah mudah!
"Ji, bangunlah karena aku tak akan memberimu nafas buatan!" Soonyoung berteriak dengan mata sekaligus pipi yang memerah. Malu, kah? Seorang Soonyoung malu?
Soonyoung menepis jauh jauh pikiran itu. Ia memikirkan cara lain untuk membuat Jihoon sadar.
Ah! Dengan segera ia menekan dada Jihoon hingga gadis itu terbatuk dan memutahkan sedikit air dari mulutnya.
Kaget, mengetahui fakta bahwa Soonyoung orang yang pertama yang dilihatnya, Jihoon bersingut dan menjauhkan jaraknya dari si sipit.
"A-apa yang kau lakukan hingga aku bisa sadar?" Jihoon bertanya dengan nada tinggi malu malu.
"Tenang, aku tidak memberimu nafas buatan." Soonyoung berujar sambil berdiri, berjalan membelakangi Jihoon dan melepas jasnya yang basah.
Meninggalkan kemeja putih yang kini terlihat sangat transparant. Jihoon bahkan bisa dengan jelas melihat abs Soonyoung dan itu membuat pipinya memerah!
Jihoon mengalihkan pandannya dan kolam renang. "B-baguslah.." Jihoon menjeda omongannya lalu bangkit dan kembali menatap Soonyoung nyalang.
"Lalu apa yang kau perbuat, eoh!?" Soonyoung berjalan kearah Jihoon dan menjentikan jarinya didepan wajah manis Jihoon.
"Menekan dadamu dan sepertinya aku menyenggol sesuatu yang kenyal." setelahnya Soonyoung memberikan wink dan berjalan mendahului Jihoon.
1..2..3...
"HYAAAKKK!!! K-kau.. Mesum!bodoh!gila! Aku membencimu!!" Jihoon memeluk tubuhnya dan berteriak bak orang gila.
Membuat Soonyoung yang kini sudah berjarak beberapa langkah darinya tersenyum geli.
—GREAT SEDUCER—
"Kenapa kalian bisa sampai basah basah'an begini, hah?" tanya mama Jihoon sambil mengusap rambut anaknya dengan handuk.
Kini Jihoon dan Soonyoung tengah duduk bersebelahan dengan memakai kimono berwarna senanda.
Jangan lupakan kedua mama mereka yang sibuk mengoceh tentang betapa cerobohnya mereka. Hah~~ Jihoon benar benar pusing dibuatnya.
"Sudahlah, ma aku tidak- Hatchu! Apa apa.." ekspresi Jihoon menjadi datar setelahnya. Sial.. Dia bersin dan itu artinya dia tidak tak apa apa.
"Iya, tidak apa apa, tapi, kau mengucapkanya sambil bersin." mama Jihoon berujar sinis dan berjalan kearah tasnya untuk mengambil obat dan memberikannya pada Jihoon.
Jihoon menghela nafas dan melirik ke arah Soonyoung. Sial! Bocah itu dari tadi memperhatikannya tapi, giliran Jihoon melirik balik, Soonyoung berpura pura melihat hal lain dengan berekspresi seperti orang yang tengah menghitung.
Jihoon menggelengkan kepala melihat tingkah Soonyoung. Sungguh bodoh dan kekanak kanakan!
Beruntunglah, karena disini ada mama Jihoon dan ada eomma Soonyoung jadi si mesum itu tak bisa berbuat apa apa.
Ya, mata dan tangan nakal Soonyoung pasti tak akan tahan melihat Jihoon yang hanya terbalut kimono kebesaran. Perlu di'ingatkan! HANYA! Karena baju mereka tadi basah dan sekarang mereka sedang menunggu baju ganti.
Karena sungguh tak mungkin mereka pulang dengan baju kimono seperti itu, 'kan? Pasti memalukan sekali.
"Oh, ya Soonyoung dan Jihoon itu satu angkatan, 'kan?" tanya eomma Soonyoung.
Soonyoung menyesap tehnya sebelum mengangguk dan berkata, "Bahkan kami sekelas dan pernah satu bangku."
Kata kata Soonyoung membuat Jihoon mendelik dan mendorong kursi Soonyoung membuat laki laki itu sedikit oleng.
"Wah, bagus dong kami jadi tahu orang yang tepat untuk menitipkan Jihoon—"
"Mama!"
Mama Jihoon memberikan tatapan tak bersalahnya "loh, kenapa? Bukannya bagus kalau ada yang menjagamu?"
Iya, bagus kalau orangnya itu bukan Soonyoung. Yang ada aku yang harus dijaga darinya. —batin Jihoon.
"Iya, benar, ya. Soonyoung kau jagalah Jihoon. Jangan sampai Jihoon kenapa napa." eomma Soonyoung menepuk bahu putranya lalu tersenyum manis pada Jihoon.
"Ku rasa tak perlu, ma. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Bukan begitu Soonyoung-ssi?" Jihoon menatap kearah Soonyoung sambil memberikan kode agar Soonyoung membantunya.
Soonyoung menggelengkan kepala "Eung, eung! Ku rasa tidak Jihoon-ssi. Aku bisa menjagamu, kok. Kau tak perlu sungkan!" Soonyoung tersenyum manis membuat Jihoon seakan kaku di posisinya.
Apa yang akan Soonyoung rencanakan?? Semuanya membuat Jihoon begitu takut dan gemetar.
"Baguslah! Mulai sekarang, kau menurutlah pada Soonyoung. Soonyoung juga, ya jangan segan segan memarahi Jihoon kalau anak ini nakal." mama Jihoon tersenyum manis pada Soonyoung sambil memegang bahu Jihoon.
"Ma, aku bukan anak kecil. Aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Jihoon." mama Jihoon berjongkok di depan Jihoon sambil memegang tangan anaknya.
Ahh kalau sudah begini Jihoon pasti tak akan bisa berbuat apa apa dan hanya akan menurut pada mamanya.
"Mama sayang sama kamu lebih dari apa, pun. Maka dari itu mama mau kamu selalu baik baik saja. Salahkah mama?" Jihoon menggeleng.
"Jihoon mau melihat mama sedih kalau misalnya Jihoon kenapa napa nanti?" lagi lagi Jihoon hanya menggeleng.
"Maka dari itu Jihoon harus setuju." akhirnya Jihoon menghela nafas dan mengangguk pasrah. Benar, 'kan apa dugaannya! Mamanya selalu punya cara untuk menaklukan hatinya!
Jihoon sedikit melirik kearah Soonyoung yang kini sibuk menahan tawanya. Menahan tawa karena sebentar lagi Jihoon akan berada digenggamannya, sekaligus mentertawakan sikap jinak Jihoon pada mamanya.
"Tenanglah Jihoon-ssi. Aku akan menjagamu dengan sepenuh jiwa dan ragaku." Soonyoung berkata dengan senyum cerahnya. Tangannya berniat merangkul pundak Jihoon sebelum gadis itu menggeser badannya dan menatap Soonyoung dengan sinis.
"Sopanlah sedikit Soonyoung-ssi." ujarnya penuh penekanan.
TBC.