webnovel

Tertindas

"Ada apa?" ​​Andre bertanya dengan heran saat melihat Nayla ragu-ragu untuk berbicara.

"Aku ingin pergi ke sekolah yang sama dengan kakak." Nayla mengangkat kepalanya dan mengedipkan matanya yang bulat dan besar ke arah Andre, "Aku lebih suka pergi ke sekolah Kakak."

"Tapi aku lebih tua darimu, dan kau masih terlalu muda untuk masuk ke sekolahku." Andre merentangkan tangannya dengan pasrah dan berkata, "Saat ini aku sudah duduk di kelas tiga sekolah dasar, dan kamu masih bersekolah di kelas TK kecil, tapi satu setengah tahun lagi, ketika kamu lulus dari taman kanak-kanak dan memasuki kelas satu sekolah dasar, maka kau bisa bersekolah di tempat yang sama denganku. "

"Benarkah?" Mata Nayla terihat berbinar-binar setelah mendengar kata-kata Andre.

"Sungguh." Andre mengangguk dengan serius.

"Hebat, kalau begitu aku bisa pergi ke sekolah dengan kakakku di masa depan dan pulang bersama pula." Nayla berbalik dengan ceria dan menatap Andre sambil tersenyum lebar.

Kenapa dia terlihat sangat begitu?

Andre memandangnya tanpa berkata-kata apa-apa. Dia berpikir sejekan dan kemudian bertanya, "Kalau begitu, apakah kau punya teman baru di taman kanak-kanak hari ini?"

"Hmm ..." Nayla memiringkan kepalanya sejenak. Sesaat kemudian dia menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak, aku bahkan tidak bisa mengingat satupun nama teman sekelasku."

"Ah, begitu… Yah, tunggu saja dalam beberapa hari. Aku yakin kau akan segera akrab dengan mereka." Andre mengulurkan tangan dan mengusap kepala Nayla dengan lembut.

"Tapi aku tidak terlalu suka dengan teman-teman sekelasku..." Nayla berkata dengan suara kecil. Sesaat wajahnya menunjukkan ekspresi cemberut.

"Hah? Apa katamu? Aku tidak dengar." Andre menatapnya dengan bingung.

"Tidak ada ..." Nayla mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Andre. Kemudian dia kembali meraih tangannya, dan berjalan pulang dengan gembira.

Keesokan harinya, untuk mencegah dirinya mendapat hukuman dari guru saat pulang sekolah, Andre berusaha keras untuk tidak berkelahi ataupun memancing masalah dengan teman-teman perempuan di kelasnya. Bahkan saat pelajaran berlangsung di kelas, dia berusaha mendengarkan penjelasan gurunya dengan cermat dan aktif mengangkat tangannya untuk menjawab pertanyaan.

Dan guru mereka, Pak Hasan, merasa sangat heran sekaligus takjub saat melihat perubahan Andre yang drastis. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri dan meminta Andre untuk berbicara dengan setelah sekolah berakhir untuk mengetahui apakah dia masih 'waras'.

Andre melihat ke arah gurunya dengan ekspresi tidak berdaya. Saat melihat jam di dinding kantornya, dia berkata dengan cemas. "Pak Hasan, saya baik-baik saja dan saya juga tidak sedang sakit. Sekarang saya harus segera pulang dan mengerjakan pekerjaan rumah saya. . "

"Kau ingin segera pulang untuk mengerjakan pekerjaan rumahmu!?" Pak Hasan sangat terkejut saat mendengar perkataan Andre. "Anak sepertimu yang biasanya lupa membawa pekerjaan rumah sepanjang tahun dan sering menyalin pekerjaan rumah teman sekelasnya agar tidak dimarahi sekarang berkata bahwa kau harus segera pulang untuk mengerjakan pekerjaan rumah !?"

"..."

Jadi Anda selalu memandang saya seperti itu!?

Andre memandang Pak Hasan di depannya dan tersenyum.

"Saya selalu berusaha menyisihkan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah saya, oke??"

"..."

"..."

Pak Hasan dan Andre saling bertukar pandang selama beberapa detik, dan kemudian Pak Hasan tiba-tiba teringat akan sesuatu. Dia berkata kepada Andre: "Tunggu sebentar, apakah ini hasil panggilan orang tua kemarin dimana kau mengajak adikmu untuk menemuiku? Apakah hal itu yang telah berhasil mengubah sikapmu pada akhirnya!?"

"Hah?" Selama beberapa saat Andre tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Pak Hasan, tetapi ketika dia mendengar gurunya menyebutkan adiknya, tanpa sengaja bayangan Nayla yang sedang menunggunya muncul dalam kepalanya. Seperti kemarin, dimana dia duduk di sebelah pemanas listrik sambil bersandar ke arahnya. Andre mengangguk seadanya sambil berkata dengan singkat. "Ya, ya. Anda benar."

"Aku tidak menyangka bahwa panggilan itu akan sangat berguna…" Pak Hasan menghela nafas dengan lega dan melambai padanya. "Kalau begitu kau lebih baik kau cepat kembali. Ingatlah untuk selalu menjaga sikapmu seperti hari ini!!"

"Baik, selamat tinggal, Pak Hasan!" Andre bergegas keluar kantor tanpa menoleh ke belakang setelah mendengar ucapan Pak Hasan.

Pak Hasan duduk di mejanya sambil melihat Andre bergegas keluar. DIa melipat tangan dan mengangguk-angguk. Lain kali jika Andre mendapat masalah, Pak Hasan akan memastikan diri untuk langsung memanggil Nayla.

——

Setelah Andre keluar dari gerbang sekolah, dia terus berlari ke arah taman kanak-kanak Nayla. Beberapa menit kemudian dia tiba di gerbang taman kanak-kanak tersebut. Sepertinya Nayla masih belum pulang.

Pak satpam penjaga di gerbang TK melihat ke jam di dinding dan membuka pintu gerbang sekolah sambil berteriak, "Orang tua dari kelas TK besar bisa masuk untuk menjemput anak mereka."

Andre segera bergegas masuk, terjepit di antara orang tua-orang tua lain bagaikan anak panah yang meninggalkan tali.

"Hei, bocah kecil, maksudku adalah orang-orang tua dari anak-anak TK kelas besarl! Bukankah adikmu di kelas TK kecil? Hei! Hei! Hei!" Bapak satpam penjaga langsung berteriak saat melihat Andre bergegas masuk dan mengabaikannya. Meskipun dia berusaha mencegahnya, Andre sudah menghilang ke dalam TK.

Di pintu masuk kelas TK kecil, Andre melirik ke dalam kelas.Tapi sepertinya guru kelas TK kecil sedang pergi karena dia tidak melihatnya. Sementara itu para murid berlarian di dalam kelas satu per satu seperti monyet.

Saat Andre mengedarkan pandangannya ke dalam kelas dari pintu, dia bisa melihat bahwa Nayla sedang dikelilingi oleh sekelompok anak laki-laki di sudut ruangan.

Beberapa anak laki-laki berkumpul di sekitar Nayla dan Andre tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi dia bisa melihat beberapa anak mendorong Nayla dengan kasar.

Nayla memeluk tas sekolahnya dan menggeleng dengan keras. Tetapi semakin dia keras menggelengkan kepalanya, semakin semangat anak-anak laki-laki di sekitarnya untuk mendekat arahnya.

Apa apaan!?

Mereka berani menindas adiknya!?

Saat melihat pemandangan tersebut, kemarahan Andre tiba-tiba memuncak. Dia pun segera memasuki kelas tanpa ragu.

Dia menarik salah satu anak laki-laki kecil di dekat Nayla dan meneriakinya dengan ekspresi yang galak, "Hei, apa yang kamu lakukan!?"

Anak laki-laki itu terkejut ketika Andre menarik kerah bajunya dari belakang dengan kasar.

Dia mengangkat kepalanya dan menatap Andre yang sedang memelototinya dengan ekspresi galak. Pada akhirnya dia pun menangis ketakutan.

Beberapa anak lainnya yang mengelilingi Nayla dengan cepat berlari mundur ketika mereka menyadari keberadaan Andre.

Andre meraih lengan Nayla dan menariknya ke belakang punggungnya. Dengan sepasang mata hitamnya dia menatap beberapa anak laki-laki di depannya dengan dingin sambil berkata dengan jengkel, "Apa yang kalian lakukan pada adikku? Apakah kalian ingin menindasnya?"

"Tidak, tidak." Seorang anak laki-laki yang paling tinggi di antara mereka memandang Andre dan menggeleng. Teman-temannya ikut menggeleng bersama.

"Lalu apa yang kalian lakukan dengan mengepungnya?" Andre bertanya dengan tajam.

Anak-anak laki-laki itu saling berpandangan dan menunduk. Sepertinya mereka tidak berani berbicara.

Dan anak kecil yang ditarik oleh Andre dengan kasar tadi masih menangis.

"Jangan menangis, atau aku akan memukulmu!" Andre menoleh dan berteriak pada anak laki-laki itu.

Tangisan anak itu tiba-tiba terhenti dalam sekejap.

"Sekarang jelaskan padaku. Apa yang kalian lakukan pada adikku!?" Andre mengangkat dagunya dan bertanya dengan keras.

"Kami hanya... Hanya ingin dia mencium kami..." Anak laki-laki itu menjadi ciut saat menangkap tatapan galak Andre sehingga dia mengatupkan mulutnya dan berusaha keras untuk menahan air matanya.

Ciuman?

Andre membeku sejenak sebelum mengedarkan pandangannya ke anak-anak laki-laki lainnya.

Next chapter