webnovel

Adik Baru?

Pada bulan Januari, untuk pertama kalinya kota Surabaya diguyur oleh hujan yang lebat pada tahun ini.

Rintik-rintik air sebening kristal berjatuhan dari langit, membasahi apapun yang ada di bawahnya.

Andre meletakkan pensil di tangannya dan menoleh ke arah ke jendela. Kemudian dia mengulurkan tangannya dan menyeka kabut putih di kaca.

Perasaan dingin menyebar ke ujung-ujung jarinya saat dia menyentuh kaca jendela, dan perasaan sejuk menyebar ke seluruh lubuk hatinya.

Halaman luar sudah terlihat basah kuyup oleh air hujan, tetapi masih terlihat beberapa petak rerumputan hijau yang masih terlihat kering. Ujung-ujung rumput tersebut bergoyang keras di bawah terpaan angin dingin, berusaha menghindari air hujan dengan bernaung di bawah lindungan atap rumah.

Andre mengedipkan mata hitamnya sambil menatap kaca selama beberapa saat. Kemudian dia segera berbalik dan berlari ke ruang tamu. Setelah mengambil mantelnya di sofa dan memakainya, Andre membuka pintu depan dengan tidak sabar.

Begitu pintu terbuka, hembusan angin dingin menerpa wajahnya.

Dia menarik napas dalam-dalam, merasakan udara dingin dan sejuk berhembus masuk ke dalam paru-parunya. Dia ingin bermain-main di bawah hujan lebat ini. Tapi dari sudut matanya Andre bisa melihat sosok yang tidak asing perlahan-lahan berjalan mendekat. Kemudian sosok itu membuka pintu gerbang halaman rumahnya.

Gawa!

Ibu sudah pulang!!

Gerakan Andre menjadi kaku, dan ketika dia hendak berbalik dan kembali ke rumah, dia mendengar ibunya berteriak ke arahnya: "Andre!"

"Haha...Halo, ibu ..." Andre tersenyum dengan kaku sambil menoleh ke arah ibunya.

"Apa yang kau lakukan di halaman? Kenapa kau tidak mengerjakan PR-mu seperti anak baik?" Ibu Andre mengerutkan kening dan menatap anaknya. Andre sudah berumur sembilan tahun sekarang. Dia baru saja duduk di kelas tiga selama beberapa bulan, tapi guru di sekolahnya telah memanggil Ibu Andre selama delapan kali..

Karena itu, Ibu Andre terpaksa mengunjungi sekolahnya rata-rata dua kali selama sebulan.

"Aku ..." Andre tersenyum canggung danmengalihkan pandangannya sebelum berkata kepada ibunya: "Aku melihat Ibu pulang dari jauh, jadi aku pergi keluar untuk menyambut Ibu. "

Setelah mendengarkan kata-kata anaknya, ibu Andre memutar bola matanya. Kemudian dia menghela napas dan berkata, "Tidak perlu menyambutku seperti itu. Lebih baik sekarang kau sapa adikmu. "

"Adikku?" Andre sedikit terkejut setelah mendengar kata-kata ini, dan menatap ibunya dengan ragu.

Ibu Andre membalikkan badan, dan sesosok tubuh kecil muncul dari belakangnya.

Andre mengerutkan keningnya dan menatap sosok tersebut.

Dia bisa melihat sosok gadis kecil yang bersembunyi di belakang ibunya dengan malu. Dia mengenakan mantel merah besar dengan topi berwarna kuning yang bertengger kepalanya. Topinya terlihat sedikit basah karena air hujan. Sekilas, dia terlihat sangat mirip seperti gadis bertudung merah dalam dongeng.

Dia memegang tas sekolahnya di satu tangan, sementara tangan lainnya menggenggam ujung pakaian ibu Andre dengan erat. Matanya yang bulan dan besar menatap Andre dengan penasaran dan waspada dari kejauhan.

Ibu Andre berbalik dan menepuk bahu gadis kecil itu dengan lembut. Kemudian dia tersenyum pada Andre dan berkata, "Dia adalah Nayla. Mulai hari ini, dia akan menjadi adikmu."

Adik perempuanku!?

Andre kaget.

Di saat Andre masih melongo, ibunya telah menuntun Nayla melalui jalan berbatu di halaman dan masuk ke dalam rumah.

"Tunggu sebentar, Bu. Darimana dia muncul? Kenapa tiba-tiba dia menjadi adikku?"

Andre tersadar dan mengikuti ibunya ke dalam rumah dan menatap Nayla.

Ibu Andre menatapnya dengan dingin sebelum menutup pintu. Kemudian dia berbalik dan berjongkok sambil bertanya dengan lembut pada Nayla, "Apakah kau masih kedinginan? Aku sudah menyalakan pemanas agar kau tidak kedinginan. Nah, sekarang Ibu akan membantumu melepas mantel. Kalau tidak, kau akan merasa kepanasan nanti. "

"Baik..."

Nayla mengedipkan matanya dan menjawab dengan malu.

Ibu Andre tersenyum, dan dia mengulurkan tangannya untuk membantu Nayla melepaskan mantel merahnya.

Setelah Nayla melepas mantelnya, akhirnya Andre bisa melihat dengan jelas seperti apa ssok gadis kecil di depannya itu.

Dia tampak seperti gadis kecil biasa yang berusia sekitar empat atau lima tahun dengan wajah putih pucat dan mata hitam yang besar. Mata hitamnya bersinar memantulkan cahaya bagaikan kaca bening, menampakkan kejernihan di dalamnya.

Karena dia baru saja memakai topi di kepalanya, rambutnya terlihat sedikit berantakan sekarang, dan beberapa helai bulu halus berwarna kuning terang pada topinya bersinar di bawah cahaya ruangan.

Saat dia melihat Nayla, Nayla juga menatap Andre secara diam-diam.

Anak laki-laki di depannya mengenakan dalaman sweater berwarna putih yang dilapisi dengan jaket berwarna hitam. Cahaya hangat di dalam ruangan menyinari dirinya dan membuatnya seolah-olah dilapisi dengan lingkaran cahaya emas.

Ekspresi wajah Andre penuh dengan keterkejutan, namun dia tetap tidak bisa menyembunyikan alisnya yang terlihat sangat memukau.

Alisnya terangkat sedikit dan terlihat sangat serasi dengan matanya. Matanya sendiri terlihat bagaikan langit malam yang tersiram oleh tinta hitam, dan tampak bagaikan sebuah jurang gelap yang sangat dalam sehingga bagian bawahnya tidak terlihat. Saat menatapnya, Nayla merasa seakan-akan dirinya terhisap ke dalam jurang tersebut dan tidak bisa memalingkan tatapannya.

Sementara Andre hanya berdiri di depannya dengan cara ini, bagaikan orang yang berjalan keluar dari sebuah lukisan dan memberikan kesan yang elegan dan terhormat

Dibandingkan dengan dirinya ...

Setelah menatap Andre selama beberapa saat, Nayla menundukkan kepalanya. Dia hanya bisa berdiri diam sambil memegang erat tas sekolah tua di pelukannya dengan sepasang tangan kecil.

Melihat Nayla yang menundukkan kepalanya, Andre kembali ke tersadar. Dia menggaruk kepalanya dengan sedikit kesal, dan berkata kepada ibunya: "Bu, tolong jelaskan padaku sekarang. Dari mana gadis ini berasal? Kenapa dia datang ke sini? Apa maksudnya dia akan menjadi adikku?"

"Gadis ini, gadis ini...Bukankah Ibu sudah memberitahumu tadi? Apa kau tidak mendengarkanku? Namanya Nayla. Panggil dia dengan namanya." Ibu Andre menoleh dan menatap putranya dengan datar. Suaranya terdengar jengkel.

"Aku tidak peduli siapa namanya. Tapi bisakah Ibu menjawab pertanyaanku dengan jelas?" Andre bertanya dengan tidak senang.

Ibu Andre berdiri dan melirik Andre selama sesaat. Kemudian dia menjawab: "Dia adalah putri kandung ibu dan juga saudara perempuanmu. Aku harap kalian berdua bisa rukun di masa depan, oke?"

"Anak kandung? Kapan Ibu berhubungan dengan pria lain?" Tanpa sadar Andre mulai berteriak: "Ibu bahkan tidak pernah memberitahuku siapa ayahku. Dan sekarang Ibu bilang aku punya saudara perempuan? Apakah Ibu bercanda?"

"Jangan sebutsebut ayahmu!!" Wajah Ibu Andre mengerut dan dia berkata dengan tegas setelah mendengar kata-kata Andre.

Sesaat tubuh Andre membeku. Kemudian dia mengerucutkan bibirnya dan bertanya dengan ragu: "Lalu dia...Apakah dia memiliki Ayah yang sama denganku?"

Next chapter