Hari pertama di kosan.
Suasana segar dari tanaman hijau menghiasi pekarangan kosan. Belum lagi gemericik pancuran air di kolam ikan. Chi termangu di kursi teras dan menikmati suasana paginya dengan secangkir teh hangat.
Suzu bergabung dengan sekotak biskuit dan kopi susu, dia mendesak kursi Chi dan merebahkan diri.
"Duh, sempit!" Keluh Suzu, padahal dia yang memaksa duduk di satu kursi bersama Chi.
"Kita beruntung banget ya, dapet kamar kos terpisah kayak gini." Rose ikut bergabung dengan selimut di pundaknya.
"Ko, lu masih selimutan sih!" Protes Suzu sambil memamerkan gelas kopinya yang masih mengepul.
"Sumpah dingin banget, gue ga kuat ac nya!" Protes Rose. Dia memang tidak tahan suhu rendah.
Chi menyodorkan gelas tehnya, dia berbagi dengan Rose.
"Thanks Chi, lu pengertian banget" ujar Rose memuji. Chi tersenyum saja.
"Oiya kita masuk jam berapa?" Tanya Chi meregangkan tangan dan menghirup udara pagi dengan nafas panjang.
"Kita masuk kantor jam sepuluh geng!" Ujar Suzu menjelaskan sambil mengunyah biskuitnya entah sudah yang keberapa.
"Chi, punya pulsa ga, gue mau telepon mamah" rengek Rose dengan ponsel di tangannya, wajahnya sedikit cemberut menyadari kuotanya habis.
"Duh, kuota aku juga habis nih!" Chi menjawab dengan wajah kecewa, dia tak bisa membantu Rose.
"Eh, di depan sana kan ada swalayan, isi pulsa gih. Sekalian gue nitip beli soda sama mie instan!" Ujar Suzu mengeluarkan lembaran uang dari dompetnya.
"Ya ampun Suzu, kan kita belum mandi!" Ujar Rose malas.
"Eh, aku udah mandi ya" Chi protes, karena memang hanya dia seorang yang sudah terjaga sejak pagi, sudah mandi dan rapi. Bahkan Chi sudah mengikat kuncir kuda rambut lurus panjangnya yang berkilau.
"Yaudah Chi aja yang ke swalayan!" Ide Suzu membuat mata Rose membesar. Masa Chi sendirian.
"Tega banget lu Suzuki! Di depan sana banyak cowok cowok tau!" Kesal Rose.
"Yaudah, temenin lah Rose!" suzu benarkan menyebalkan deh. Rose terpaksa melepas selimut di pundaknya. Gadis itu menyisir asal rambutnya dan mencuci wajah.
Rose meraih cardigan dan melangkah keluar teras menyusul Chi yang lebih dulu menikmati jernihnya air kolam di depan kamar kos mereka.
Rose mengaitkan lengannya pada tangan Chi.
"Duh, lewat di depan anak cowok tuh canggung banget ga sih?" Bisik Rose, dibalas anggukan kikuk Chi.
"Eh, anak kos baru ya?" Tanya seseorang saat Chi dan Rose melintas, keduanya menarik senyum singkat.
"Semoga betah ya.." ujar pria itu sok ramah, Chi dan Rose mengangguk kecil dan mempercepat langkah.
Karena terburu buru keduanya hampir saja menabrak sepasang kekasih yang baru menuruni anak tangga.
"Gue bilang sama lu, itu bukan siapa siapa gue!!" Suara gadis itu setengah berteriak dengan posisi membelakangi Chi dan Rose yang kikuk. Mereka merasa sungkan mendapati dua orang yang sepertinya sedang terlibat pertengkaran.
"Lu bisa bilang gitu! Tapi gue liat pake mata gue sendiri! Lu tidur sama dia kan!" Ujar pria dengan rambut gondrong mengangkat jarinya ke dada gadis di hadapannya, posisi mereka memblok jalan Chi dan Rose. Kedua remaja itu hanya bisa tertegun dan menunggu saja.
"Gue sama dia cuma temen, kita tuh lagi ngerjain tugas! Lu salah faham!" Ujar si wanita membela diri.
"Oh ya, harus gue liat lu mantap mantap dulu, baru gue bilang itu bukan salah paham hah!"
Chi dan Rose mengeratkan gandengan tangan. Keduanya yang merasa takut dan gemetar. Mereka seakan yang menjadi terdakwa dalam pertengkaran penghuni kos ini. Keduanya bingung harus melanjutkan langkah atau menarik langkah.
"Gimana nih?" Bisik Rose, Chi menggeleng dengan wajah ketakutan.
"Terus mau lu apa!" Tantang si wanita dengan wajah merah, mengejutkan dua remaja di belakang mereka. Si wanita itu sepertinya sudah ikut tersulut emosi karena tuduhan pasangannya yang tak mau menyerah.
"Putus!" Ujar si pria ketus dan singkat.
"Apa lu bilang!" Si wanita menarik garis leher belakang si pria kasar itu. Dia memaksa menarik, dan si pria menghempaskan dengan tenaga, membuat si wanita terhentak dan meraut senyuman sinis.
"Enak banget lu ya, setelah lu puas tidur sama gue, terus lu minta putus!!" Teriak wanita itu.
Chi dan Rose melonjak takut. Mereka bertukar tatap dengan bibir bergerak tanpa suara
"Mantap mantap.." lirih keduanya dengan mata melotot.
Apa yang barusan mereka dengar? Mantap mantap, tidur, oh my God! Pembicaraan macam apa ini?
Srrreekkk!!
Pintu pagar terbuka, menjeda perdebatan sengit antara pasangan yang membuat dua orang remaja gemetar di belakang punggung mereka.
Seorang pria dengan kaos oblong putih, celana jeans hitam, dan topi warna senada kaosnya, dia mendorong pintu pagar dengan santai lalu menutup kembali.
Pria itu menarik kursi dan duduk, dia mulai melonggarkan tali sepatu yang dia kenakan. Pria itu mengenakan sneaker branded terbaru. Berbeda dengan raut wajah Chi dan Rise yang tegang, dia terlihat tenang dan sangat santai.
"Terus mau lu apa!" Teriak pria itu lagi pada kekasihnya dengan nada tinggi, setelah tadi perdebatan mereka sempat terjeda, karena si pria tampan yang tenang dan sekarang duduk santai di kursi sambil melepaskan sepatu di kakinya.
"Gue ga mau putus!!" Ujar si wanita dengan tatapan mata tajam.
Pria tampan yang tenang itu mengangkat dagu. Dia menatap pasangan yang terlibat emosi di hadapannya.
"Kenapa!" Sergah si wanita pada si tampan yang tenang yang saat ini memperhatikan pertengkaran mereka.
Chi dan Rose pura pura tak melihat, nampaknya pasangan ini tak mau ada yang ikut campur dengan urusan mereka.
"Lu ngalangin jalan!" Ujar si tenang dengan suara ketus. Si wanita menautkan dahi mendengar kalimat si tenang yang tampan ini.
"Mereka ga bisa jalan gara gara lu berdua!" Tunjuknya ke arah Chi dan Rose yang mematung.
Pasangan itu kompak menoleh ke arah Chi dan Rose yang mematung.
Keduanya sedikit menyingkir, memberikan jalan untuk dua remaja yang meraut wajah tegang.
"Oke, sorry.." ujar si pria berambut gondrong menyadari kesalahan mereka. Dia menarik lengan kekasihnya, mencari tempat di sudut teras entah mau melanjutkan perdebatan atau menyelesaikan hubungan mereka. Tak ada yang peduli.
Pria tampan yang tenang itu bangkit dari kursi, tanpa menoleh, tanpa menatap dan tanpa kata kata, dia bangkit dan melangkah meninggalkan teras. Menelusuri lorong.
Chi sempat melirik wajah teduh pria itu. Sosoknya terlihat tenang dengan raut wajah cerah dan tampan. Bagi Chi, dia belum pernah melihat wajah yang begitu menenang kan dan menarik seperti pria barusan. Rasanya dia pernah melihat pria itu sebelumnya, meski dia sendiri tidak yakin.
"Kenapa?" Tanya Rose melihat chi masih mematung.
"Ah, enggak.." balasnya mengikuti tarikan lengan rose, mereka meninggalkan gedung kosan.
Rasanya wajah tadi tidak asing, rasanya aku pernah bertemu dengannya, rasanya wajah itu terlihat familiar dan menenangkan. Rasanya aku mengenalnya begitu dalam.
Batin Chi berbicara sendiri sementara kepalanya terus berusaha berpikir.
Pria itu meraih sepatunya, dia mengganti alas kaki dengan sendal selop. Bibirnya tertarik, dia mengulas senyuman tipis.
"Akhirnya kita bertemu lagi.." bisiknya pada diri sendiri