webnovel

#Masalah #007

Seorang petugas pengawas monitor berusia 39 tahun menggeliat. Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara dan segera tersentak begitu melihat jam di dinding menunjukkan angka 05.55 pagi. Ia segera memastikan dengan jam di ponselnya barangkali saja jam di dinding sedang bermasalah.

"Sial!" umpatnya.

Padahal ia hanya ingin terpejam sebentar saja, tahu-tahu ia telah tidur lebih dari enam jam. Jika ada yang tahu ia pasti akan mendapat masalah besar.

Pertama-tama ia harus memastikan semuanya baik-baik saja saat ia tertidur. Jika semuanya baik-baik saja tidak perlu ada orang lain yang tahu kelalaiannya. Benar, pastikan dulu semuanya baik-baik saja, tidak ada yang salah dengan Objek...

"Oh sial!" Si petugas mengumpat untuk kedua kalinya begitu menyadari Objek 011 tidak ada di atas ranjang.

"Mampus aku! Mati aku!" gumamnya berkali-kali.

Padahal belum dua belas jam lalu Profesor penanggung jawab memberi petuah penting mengenai target keberhasilan penelitian yang harus ditingkatkan, tapi belum apa-apa ia telah membuat kesalahan fatal.

Matanya terpaku menatap layar monitor, mencari-cari, memeriksa. Ketika dilihatnya Objek 011 berbaring di lantai dekat pintu, ia akhirnya bisa bernapas lega. Paling tidak bagian terpenting dari penelitian masih terkurung dalam ruangan yang sama. Masih aman.

Tidak! Tunggu dulu!

Bagaimana mungkin Objek 011 bisa beranjak dari ranjangnya dan berpindah ke depan pintu? Ada yang tidak beres, jelas sesuatu telah terjadi saat ia tidur, sesuatu yang salah.

"Selamat pagi! Waktunya pergantian jam kerja." Seorang pria yang lebih muda baru saja memasuki ruang pengawas. Matanya masih terlihat mengantuk. Ia membawa kopi yang diseduhnya dari rumah.

"Cepat hubungi Profesor Rekson, katakan sesuatu telah terjadi pada Objek 011," petugas pertama, yang kedudukannya lebih senior, memberi instruksi.

"He?"

"Profesor penanggung jawab!" ulangnya lebih meninggikan nada bicaranya.

"Ah, baik."

"Tunggu!" Petugas yang lebih senior menahan, "Berikan kopimu padaku!"

"Ah, baik." Petugas yang lebih muda berbalik dan menyerahkan kopinya dengan patuh, kemudian beralih ke meja lain untuk menelepon.

Setelah membuat masalah, kafein benar-benar sesuatu yang ia butuhkan untuk mengembalikan kesadarannya agar utuh. Ia butuh tetap waras untuk bisa menganalisa apa yang sebenarnya telah terjadi.

Ia mulai meneguk kopi dalam botol dengan tegukan-tegukan kecil namun berkali-kali. Kopi yang masih hangat dan rasa pahit yang lidahnya kecap dapat dengan cepat mengembalikan kesegarannya. Ia duduk kembali di kursi dan memutar ulang rekaman CCTV.

Tidak sampai tiga puluh menit kemudian Profesor Rekson, asisten, ketua, dan wakil ketua laboratorium tiba di ruang pengawas. Melihat penampakan yang monitor tampilkan, air muka keempatnya berubah seketika. Tidak boleh ada sesuatu buruk yang terjadi pada Objek, tidak boleh ada kegagalan. Terlebih karena Menteri memberi perhatian besar pada proyek ini.

"Apa yang terjadi?!" Ketua lab. adalah orang yang pertama kali berteriak marah.

Petugas pengawas yang bertanggung jawab dan pengawas yang lebih muda, berdiri berjajar dengan kepala tertunduk. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka selain ekspresi penyesalan. Terutama petugas yang lebih muda, ia baru datang, tidak sempat mencerna apa pun yang sedang terjadi, wajahnya dipenuhi ketidakmengertian namun tetap ikut merasa bersalah.

"Ketua lab, izinkan saya yang mengurus masalah ini," Profesor Rekson bersuara. "Saya akan memberi laporan kepada Anda secara berkala seperti bisanya."

"Bagaimana dengan Menteri?" Kepala lab. bertanya tampak tidak puas.

"Saya yang akan memberikan laporan secara langsung pada beliau."

"Profesor, kami tahu hal ini memang tanggung jawabmu tapi apa pun yang akan kamu lakukan kamu harus tetap berhati-hati. Semua hal yang terjadi juga menyangkut nasib seluruh lab. Riset dan Teknologi," Wakil ketua menambahkan.

"Saya mengerti. Saya akan berhati-hati," jawab Profesor Rekson patuh.

Meski otoritasnya diambil alih, ketua dan wakilnya tetap keluar dari ruang pengawas dan meninggalkan lantai bawah. Sisi baiknya, jika sesuatu yang benar-benar buruk terjadi mereka tahu siapa yang sepenuhnya harus disalahkan. Bagian itu terasa lebih baik dibanding harus ikut pusing memikirkan cara membersihkan masalah yang tidak mereka mengerti.

"Siapa yang bertanggung jawab mengawasi monitor saat masalah terjadi?" Profesor Rekson bertanya pada kedua petugas yang masih berdiri menunduk di depannya.

Pengawas yang lebih senior mengangkat tangannya namun kepalanya masih tertunduk.

"Tunggu di ruangan saya!" Perintah Profesor Rekson.

Yang diberi perintah menjawab, 'Baik' dengan suara lirih kemudian beranjak tanpa banyak bicara.

"Kamu!" Profesor menunjuk satu-satunya petugas yang masih tinggal "Lanjutkan memeriksa rekaman CCTV dan segera laporkan jika ada sesuatu yang kamu temukan."

"Baik!"

"Kun, ikut aku memeriksa objek!" Kali ini Profesor berbicara pada asisten kepercayaannya.

Profesor dan asistennya memasuki ruang khusus dengan membawa dua petugas di bagian penjagaan. Kedua penjaga mengangkat Objek kembali ke ranjangnya. Setelah tugasnya selesai, keduanya kembali ke pos jaga.

Asisten profesor memasang kembali kabel-kabel yang sebelumnya terlepas, memeriksa fungsinya, dan mengaktifkannya kembali. Profesor memeriksa tekanan darah, aktivitas jantung, kerja otak, dan jumlah kesadaran objek.

"Sekarang bagaimana?" Kun bertanya, meminta petunjuk.

Profesor tidak langsung menjawab. Ia berpikir beberapa saat, menimbang-nimbang, menghitung risiko yang akan dihadapi. "Suntikkan obatnya," katanya setelah membuat keputusan.

"Profesor..." Kun berencana mengingatkan.

Objek telah menemukan kesadarannya secara utuh, memaksa kembali tidur dengan menggunakan obat akan memberi efek yang tidak baik pada tubuh objek.

Tapi, melihat tatapan Profesor yang tidak melunak, Kun menelan kembali kata-kata di ujung lidahnya. Ia tahu Profesor tidak perlu diingatkan, ia tahu Profesor yang paling mengerti risiko dari setiap tindakan yang dilakukannya. Ia yakin Profesor telah memikirkannya dengan matang sebelum membuat keputusan.

Kun meninggalkan ruangan. Ia menelepon seseorang untuk menyiapkan obat yang dibutuhkan dan kembali ke ruang khusus tidak lama kemudian. Ia kembali dengan membawa nampan stainless dan menyodorkan jarum suntik serta botol cairan kecil transparan yang ada di atasnya pada Profesor.

Profesor memindahkan obat ke dalam jarum suntik, kemudian memindahkannya lagi ke dalam cairan infus. Mereka menunggu sampai lima menit. Tidak muncul reaksi apa pun, keduanya meninggalkan ruang khusus.

"Objek tiba-tiba bangun bukan fenomena biasa. Periksa seluruh laporan perkembangannya mulai 24 jam terakhir dan serahkan hasilnya secepatnya," Profesor memberi instruksi sembari mereka berjalan. "Tugaskan Lukas mengawasi monitor yang merekam aktivitas kerja tubuh Objek. Pastikan dia tidak mengalihkan pandangannya ke mana pun. Jika ada pergerakan yang tidak beres segera laporkan."

"Baik."

"Untuk pemuda di ruang pengawas CCTV, biarkan dia selesai memeriksa. Saya menunggu hasil laporannya," tambah Profesor.

"Baik, saya mengerti."

"Saya akan keluar dan memberi laporan pada Menteri tiga jam lagi, jadi saya menunggu hasil laporan dari kalian. Saya akan melaporkan masalah di lab. setelah mengetahui akar masalahnya." Profesor telah sampai di depan ruangannya, Kun mengangguk undur diri. Ia mulai menjalankan semua instruksi yang Profesor berikan.

Dalam ruangannya, Profesor melihat pengawas yang dimintanya menunggu melipat wajah layaknya dunia runtuh. Sifat gagah penuh wibawa yang selama ini suka ia pamerkan hilang ditelan bumi.

"Jadi bagaimana kamu akan bertanggung jawab?" Profesor langsung masuk ke inti pembahasan.

"Saya akan menulis surat pengunduran diri saya sekarang." Si pengawas masih menundukkan kepalanya.

"Pengunduran diri? Apa itu menyelesaikan masalah dalam lab?" Profesor menanggapi. "Berapa orang yang kamu hidupi dalam keluargamu?"

"Apa?" Si pengawas akhirnya mengangkat wajahnya. Ekspresinya seperti berkata Apa-Aku-Salah-Dengar, tapi ia kemudian kembali menunduk dan mulai menghitung.

Istri, anak laki-laki yang berada di kelas tiga Sekolah Dasar, anak perempuan yang baru masuk SMP Internasional, ayah dan ibunya yang rutin ia kirimi setiap bulan, juga ibu mertua yang tinggal bersama.

"Enam orang," jawab si pengawas setelah yakin dengan hitungannya.

"Setelah kamu mengundurkan diri apa ada orang lain yang akan menanggung biaya hidup keenam orang itu?" Yang ditanya menggeleng. "Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?" tanya Profesor lagi.

"Kurang lebih 5 tahun."

"Kalau begitu saya beri kesempatan untuk merenungkan kesalahanmu." Profesor mulai menyalakan laptopnya, siap bekerja.

Si pengawas mengerutkan keningnya tidak mengerti bagaimana cara merenungkan kesalahan yang Profesor maksud. Ia tidak berani bertanya, juga tidak berani beranjak sebelum diusir.

"Apa kamu biasa tertidur saat mengawas?" Profesor memasukkan kata sandi pada laptop kerjanya. Meski tidak mengangkat pandangannya, ia tahu si pengawas sedang menggeleng. "Apa kamu memakan sesuatu yang membuat kantuk sebelum bekerja?"

Si pengawas menggeleng lagi. Ia telah bekerja selama kurang lebih lima tahun, jadi sangat berhati-hati pada makanan dan segala hal yang dilakukannya sebelum pergi bekerja. Ia memilih makanan dengan baik, tidak makan terlalu kenyang, juga berusaha semaksimal mungkin menjaga waktu tidurnya.

"Apa kamu tidak memiliki waktu tidur yang cukup sebelum bekerja?"

Si pengawas ingin mengatakan, 'iya,' tapi mulutnya tidak terbuka. Dua minggu ini jam kerja semua orang memang lebih panjang dan waktu istirahatnya jadi berantakan. Tapi seharusnya bukan itu masalahnya. Tiga tahun lalu jam kerjanya pernah lebih panjang dari ini dan ia baik-baik saja dengan itu. Tidak ada kelalaian dan tidak ada masalah yang terjadi.

"Apa seseorang memberimu sesuatu sebelum atau saat bekerja?"

Si pengawas ingin menggeleng, tapi kemudian muncul garis vertikal di antara alisnya. "Seseorang memberi saya kopi," jawab si pengawas ragu.

"Kalau begitu kita temukan sumber masalahnya." Profesor mengalihkan pandangannya. Si pengawas duduk dengan punggung membungkuk, merasa tidak nyaman. "Temukan wadahnya dan suruh seseorang untuk menguji dan serahkan hasilnya secepatnya."

Perlu waktu tiga detik untuk si pengawas memproses instruksi yang diberikan padanya. "Ba... baik," katanya segera beranjak.

###

Next chapter