"Sayangnya, firasatku kali ini gak meleset Ray."
Adalah ucapan pertamanya padaku hari ini. matanya berkaca-kaca saat mengadu padaku, mengadu perih karena rasa bersalah yang bercokol dalam benaknya. Sama sepertiku, Bimo juga merasa begitu bersalah sebab kami seakan mengolok takdir diantara Akbar dan Sari dengan pertaruhan konyol yang kami buat, memangnya apa yang bisa dilakukan untuk melawan takdir? Jawabannya tak ada.
Aku mengusap rambutnya yang berantakan itu, dia masih pada posisinya yang berjongkok di depanku, sebelah kakinya menahan ke bawah sedang kedua tangannya berpegangan pada sisi-sisi kursi yang ku duduki
"Takdir, tidak bisa dirubah Bim, walaupun saat itu kamu tidak punya firasat apapun, semua akan tetap berjalan seperti ini adanya."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com