webnovel

Internal Zone

Sci-fi
Ongoing · 76.6K Views
  • 50 Chs
    Content
  • ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Kehidupan setelah perang dunia ke empat benar-benar meninggalkan kenangan buruk bagi seorang anak kecil yang menderita Amnesia Disosiatif bernama Yuri. Bersama Ibu angkatnya Lousiana Matthew, mereka mencoba membuka satu per satu tabir yang akhirnya bendera putih pun dikibarkan dan menanggalkan kenangan masa lalu untuk dikubur selamanya. Bersama ke empat saudara angkatnya, Yuri saat ini menikmati kehidupan barunya di tempat penampungan yang dikelola oleh Ibu angkatnya tersebut. Dengan penetapan zona yang dilakukan pemerintah dan mengakibatkan konflik yang sering terjadi dan menjadi pemicu potongan-potongan kecil ingatan yang mulai kembali. Yuri mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu.

Tags
4 tags
Chapter 1The Beginning

Pada tahun 2243 perang dunia ke empat pecah kembali, antar benua saling menunjukkan kehebatan mereka. Masing-masing negara beraliansi pada keuntungan benua mereka masing-masing. Sampai-sampai tidak ada negara yang tidak terlibat dalam peperangan tersebut. Baik dikarenakan keadaan dari segi wilayah yang berdampingan, maupun kondisi diplomatik dan perekonomian.

Peperangan sendiri tidak hanya antar benua, keadaan internal pada masing-masing negara yang terlibat tidak dapat dibiarkan. Orang-orang yang tidak bertanggung jawab pun memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan kejahatan mereka. Banyak mafia-mafia atau kumpulan geng-geng baik kecil maupun besar ikut serta dalam memanaskan keadaan internal negara tersebut.

******

******

"Yuri! Yuri! Dimana kau!" teriak sesosok wanita.

Hari ini merupakan hari yang tidak diduga oleh Yuri kecil, baru saja ingin pulang setelah jam sekolah selesai, perang pecah dimana-mana tanpa pemberitahuan.

Bunyi sirine dengan diiringi desingan pesawat tempur, ledakan-ledakan, puing-puing yang beterbangan, tubuh-tubuh manusia yang tergeletak tak bernyawa lagi, kobaran api dan asap dimana-mana.

"Yuri, cepat kemari!" teriak wanita itu lagi setelah berhasil menemukan Yuri yang terdiam tak bergerak sama sekali.

Yuri tetap berdiri ditempatnya tidak tahu apa yang harus dilakukan, yang pada akhirnya wanita tersebut akhirnya berhasil melewati orang-orang yang sibuk berlarian menyelematkan diri mereka dan menghampiri Yuri.

"Kau tidak apa-apa, Yuri?" tanya wanita tersebut sembari mengecek kondisi Yuri.

Yuri hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, dan tanpa basa-basi lagi mereka berdua segera pergi dari tempat tersebut. Mereka berdua berusaha untuk menjauh dan mencari tempat persembunyian yang aman dari medan pertempuran yang terjadi dimana-mana.

"Agghhh!!" ucap Yuri kecil jatuh tersenggol dengan orang-orang disekitarnya dan mengakibatkan lepasnya genggaman wanita tersebut.

"Cepat selamatkan diri kalian.", "Dimana anak dan suamiku?", "Cepat mengungsi ke tempat aman!!" teriakan-teriakan tersebut seakan-akan menambah irama dalam medan perang.

Yuri pun hanya bisa duduk terdiam tanpa berbuat banyak.

"Yuri! Yuri!" teriak wanita tersebut berusaha untuk menghampiri Yuri.

Akhirnya wanita tersebut berhasil menghampiri Yuri dan segera menggenggam tangannya untuk segera lari dari tempat tersebut. Yuri melihat ke arah kanan dan kirinya sambil berlari dengan genggaman erat wanita tersebut betapa mengerikan akibat peperangan antar benua yang saling memperebutkan kekuasaan untuk memperluas wilayah mereka.

"BOOMMMM!!" tiba-tiba ledakan terjadi disekitar area mereka berlari dan mengakibatkan kepulan asap hitam yang menyulitkan pandangan Yuri yang terlempar cukup jauh karena dampak dari ledakan tersebut. Tanpa disadari, Yuri terbaring hanya dengan menggenggam potongan tangan yang telah berlumuran darah tanpa tubuh tersebut. Sampai pada akhirnya ia hampir kehilangan akan kesadaran dirinya.

"Kau tidak apa-apa? Ayo cepat bergerak sebelum kau mati terbunuh disini," ucap salah satu pasukan keamanan yang baru tiba dan menghampiri Yuri.

Yuri hanya bisa terduduk lesu tanpa bisa berkata apa-apa lagi dengan masih menggenggam potongan tangan tadi, yang pada akhirnya dibuang oleh pasukan keamanan tersebut sembari memperhatikan kondisi Yuri. Untuk anak seusianya, Yuri terbilang cukup pendiam dan tidak terlalu banyak bicara, terlebih pada orang asing. Meskipun pada saat itu penghilatan Yuri sebelah kiri mulai memudar karena darah yang mengalir dari kepalanya.

"Baiklah, ayo kita pergi ke bagian kesehatan untuk memeriksakan kondisimu," ucap pasukan keamanan tersebut sambil menggendong Yuri dan berlari ke bagian kesehatan.

******

******

"Bagaimana kondisinya?" tanya pasukan keamanan tersebut ke salah satu tenaga kesehatan yang berusaha menenangkan keadaannya.

"Luka yang dideritanya tidak terlalu parah, Kapten. Dia hanya sedikit mengalami benturan dikepalanya," ucap tenaga kesehatan tersebut.

"Syukurlah ... kalau begitu," balas pasukan keamanan yang ternyata adalah salah satu prajurit berpangkat kapten yang kebetulan diberikan tugas untuk turun pertama kali mengamankan daerah serangan tersebut.

"Terima kasih," ucap kapten sembari melangkah menuju ke tempat Yuri kecil berada.

Sambil meletakkan tangan di atas kepala Yuri, Kapten itu pun tersenyum sambil berkata, "Syukurlah kau bisa selamat dari lokasi kejadian, ini sungguh sebuah keberuntungan."

Yuri pun hanya bisa memandangi kapten tersebut tanpa berkata apapun. Namun, tiba-tiba pandangan Yuri semakin hilang.

"Hei, kau tidak apa-apa, Hei ... kau dengar aku? dokter ... perawat... dokter ...," ucap kapten tersebut untuk mencari pertolongan.

Namun, akhirnya Yuri jatuh dan pingsan.

******

******

"KRING!! KRING!! KRING!!" alarm alat komunikasi Yuri berbunyi dan membangunkannya.

���Mimpi ini lagi. Siapa wanita itu? Apa hubungannya dengan diriku," gumam Yuri dalam hatinya sambil menon-aktifkan alarm.

"Apa ini adalah ingatan sebelum aku tinggal ditempat ini, tapi aku tidak ingat sama sekali tentang kejadian di hari itu?" gumam Yuri.

"Bagaimana dengan prajurit lelaki yang telah menolongku saat itu?" gumam Yuri kembali.

Dengan masih berbaring ditempat tidurnya dengan memejamkan mata, Yuri mencoba untuk menenangkan diri.

"Potongan-potongan mimpi ini terus berdatangan sejak terakhir aku berkonsultasi dengan dokter serta psikiater tersebut, apa ini akan menjadi pertanda baik bagiku, atau malah akan berdampak buruk terhadap kehidupanku?" gumam Yuri kembali.

Yuri mengalami Amnesia sejak beberapa tahun setelah perang usai dan berhasil selamat. Yuri telah mencoba beberapa kali untuk selalu berkonsultasi dengan dokter meskipun hasilnya tetap sama. Akan tetapi, sejak terakhir Yuri berkonsultasi dengan menceritakan tentang mimpinya, jawaban dokter dan psikiater pun mendapatkan hasil yang sama, Yuri mengalami Amnesia Disosiatif.

*Amnesia Disosiatif, tidak sama dengan bentuk amnesia biasa, yang melibatkan hilangnya informasi dari ingatan, biasanya akibat dari penyakit atau cedera pada otak. Pada amnesia disosiatif, ingatan masih ada, tapi tersimpan sangat dalam dipikiran seseorang dan tidak dapat diingat. Namun, memori tersebut dapat kembali muncul dengan sendirinya atau setelah dipicu oleh sesuatu yang ada di sekitar orang tersebut. Amnesia ini berkaitan dengan stres yang luar biasa, yang mungkin merupakan akibat dari sebuah peristiwa traumatis. Contohnya, perang, pelecehan seksual, kecelakaan, atau bencana alam yang dilihat sendiri atau dirasakan secara langsung.

"Apa aku menjadi salah satu korban perang, perang ke empat memang pernah terjadi dan sudah berakhir 10 tahun yang lalu, tapi mengapa aku tidak bisa mengingatnya," gumam Yuri sembari mencoba mengingat kembali.

Saat ini Yuri tinggal di tempat penampungan orang-orang yang tidak memiliki keluarga. Meskipun demikian, Yuri telah mendapatkan pekerjaan paruh waktu di dua tempat yang berbeda dan dapat membantu kekurangan tempat tersebut dari gaji yang diterimanya.

"Knock, Knock ...." Pintu kamar Yuri diketuk.

"Kau sudah bangun, Yuri. Ayo cepat, nanti terlambat masuk kerja," ucap sebuah suara dari luar pintu.

"Berisik, dia lagi," gumam Yuri sembari melihat ke arah pintu ruangannya.

Sambil memandangi alat komunikasi yang berbentuk jam tangan tersebut yang menunjukkan pukul 07:06:55 dan tulisan dibawah angka tersebut adalah Sun:04:12:2253.

"Kau sudah bangun, Yuri. Yuri ... Oiii, Yuriiii," ucap suara dari luar pintu semakin tinggi.

"Tsskkk!" gumam Yuri.

Pintu kamar Yuri pun terbuka seperti biasa, sebab sumber suara tersebut tidak lain adalah saudara angkat Yuri dan merupakan salah satu yang dapat disebut Yuri sebagai teman dekat. Hal ini dikarenakan, keakraban yang ditunjukkan mereka berdua terkadang membuat orang yang tidak mengetahui bahwa mereka adalah saudara angkat menjadi salah paham.

"Apa kau tidak pernah bosan untuk selalu meretas kode password ruanganku lagi, Lune ...." Ucap Yuri berusaha bangun dari tidurnya sambil menatap tajam ke arah sumber tersebut.

"He-he-he," tawa kecil Lune menanggapi perkataan Yuri.

"Tsskkk ... kau ini, kau itu perempuan, apa tidak malu selalu menerobos ruanganku. Ganggu saja ruangan lain, dan cari pekerjaan biar punya kesibukan sendiri," ucap Yuri meskipun Lune tidak melanjutkan kembali tawa kecilnya sembari melangkah pergi.

"Lebih baik aku bersiap-siap agar tidak telat untuk bekerja," ucap Yuri sembari melihat ke arah jendelanya.

Yuri mendapatkan pekerjaan di salah satu supermarket tidak jauh dari tempat penampungan tersebut, sehingga ia tidak perlu mencari apartemen maupun rumah. Apalagi sejak pecahnya perang 10 tahun yang lalu, perekonomian dan kondisi masing-masing benua masih diselimuti oleh perang dingin. Selain itu, banyak mafia-mafia besar dan kecil, geng-geng jalanan, maupun perkumpulan-perkumpulan lain yang menambah kerusakan dari dalam negara setiap benua.

Peperangan antar benua mungkin dapat ditunda, tapi dengan keadaan internal yang semakin bergejolak baik karena keadaan politik maupun ekonomi, pemerintah sendiri sudah berupaya sebaik mungkin agar keadaan tidak menjadi lebih buruk. Sebab, apabila keadaan tidak dapat dikendalikan sedangkan tiba-tiba perang pecah, maka negara tersebut akan hancur dengan sendirinya. Hal ini didukung dengan kenyataan yang telah diketahui oleh banyak orang, beberapa negara aliansi akhirnya bergabung menjadi sebuah negara yang bersatu meskipun pada awalnya merupakan dua atau tiga negara yang memiliki otoritas sendiri.

******

******

"Apa kau melihat Yuri, Lune?" tanya sosok wanita separuh baya sembari membawa pasokan obat-obatan yang akan diberikan kepada pengungsi yang sakit.

"Dia sudah bangun kok bu, tenang saja." Jawab Lune mendekati wanita paruh baya tersebut yang tidak lain adalah ibu angkat Yuri dan Lune.

Keadaan tempat penampungan sendiri tidak jauh berbeda dengan kondisi dalam sebuah negara. Banyaknya orang yang masuk untuk mendapatkan perlindungan, kesulitan mendapatkan pasokan obat-obatan yang bagus, serta terkadang mengontrol emosi orang-orang agar tidak terpancing keributan tentunya membutuhkan waktu dan tenaga ekstra diluar hal-hal lainnya.

"Baguslah kalau begitu, Ibu mau memberikan obat ini dulu. Kau dan Yuri jangan lupa sarapan," ucap wanita paruh baya tersebut sembari melangkah pergi meninggalkan Lune.

"Aku tahu, ibu. Daripada mengkhawatirkan kami berdua, lebih baik ibu mengkhawatirkan diri Ibu sendiri. Ibu sudah lanjut usia, dan tetap saja sibuk mengurusi tempat ini," gumam Lune menatap kepergian Ibu angkatnya.

Tempat penampungan tersebut merupakan salah satu harapan bagi orang-orang yang tidak memiliki keluarga, tempat tinggal, pekerjaan, maupun kebutuhan untuk hidup sehari-hari. Meskipun, tidak ada larangan bagi yang sudah lama tinggal dan menjadi bagian tetap dari keluarga besar penampungan tersebut untuk keluar pada suatu hari nanti apabila dirasa tidak perlu tinggal ditempat tersebut.

Tidak berapa lama Yuri pun muncul dan bersiap untuk pergi ke tempat kerja paruh waktunya.

"Apa kau mau sarapan dulu, Yuri?" tanya Lune sembari menghampiri Yuri.

"Tidak perlu, aku makan diluar saja, berikan untuk yang lain saja jatahku," jawab Yuri.

Menurut Yuri, tinggal ditempat penampungan ini tidak terlalu jelek. Sebab, Yuri mendapatkan kamarnya sendiri. Meskipun tidak terlalu besar, tapi ruangan tersebut terdapat kamar mandi, tempat memasak, meskipun ruang tamu langsung berhadap dengan tempat tidurnya, jendelanya pun langsung menghadap ke matahari terbit. Dimana, fasilitas tersebut bagi dirinya sudah cukup dibandingkan harus menyewa apartemen sendiri yang kurang lebih akan sama dengan apa yang didapatkannya saat ini.

"Apa ibu sudah bangun?" tanya Yuri kembali.

"Seperti biasa ...." Jawab Lune pendek sembari memandangi perangkat komputer genggam yang selalu digunakannya untuk melakukan pekerjaan di tempat penampungan.

Lune belum mendapatkan pekerjaan tetap dan selalu berada ditempat penampungan untuk membantu ibu angkat mereka dalam membantu orang-orang maupun mengkoordinasikan suplai makanan dan kebutuhan lain. Tapi, Yuri tidak pernah memikirkan hal itu terlalu jauh, karena baginya itu sungguh merepotkan saja.

"Ingatkan untuk tidak selalu menerima orang luar, periksa dengan baik profilnya, jangan sampai terulang kembali seperti tempo hari," ucap Yuri yang dibalas dengan anggukan kepala Lune.

"Sigh ...." Gumam Yuri melihat tanggapan Lune.

Sampai saat ini, sudah banyak orang yang keluar masuk di tempat penampungan tersebut. Yang bertahan sampai sekarang hanya tinggal lima orang saja, Yuri, Lune, seorang wanita, dan dua orang pria yang datang setelah kedatangan Yuri dan Lune pertama kali ditempat tersebut. Sebab, setelah dinyatakan sehat dan keluar dari rumah sakit, Yuri diadopsi oleh pemilik tempat penampungan berusia 68 tahun saat ini, yang telah kehilangan keluarganya akibat peperangan.

Sebenarnya fasilitas tempat penampungan tersebut juga tidak terlalu buruk, seiring dengan adanya bantuan relawan baik berupa uang, pakaian, minuman, makanan kaleng, maupun obat-obatan juga dilengkapi oleh CCTV dan Lune diberikan tugas sebagai penanggung jawab utamanya.

"Pergunakan ilmu dan kemampuan mu dengan lebih baik," ucap Yuri sembari melihat waktu yang telah menunjukkan pukul 07:31:27 dan Yuri bersiap untuk berangkat.

Lune diberikan prioritas lebih dari Yuri agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik, oleh karena itu saat ini Lune merupakan lulusan terbaik bidang IT meskipun ia selalu menolak tawaran kerja dari pihak militer, perbankan, maupun perusahaan besar lainnya.

"Itu bukan urusan dirimu, pergi saja sana," ucap Lune ketus menanggapi perkataan Yuri.

"Sigh ...." Gumam Yuri melihat tanggapan Lune.

"Hati-hati di jalan, Yuri!" teriak Lune.

Yuri hanya melambaikan tangannya saja sambil berlalu keluar dan tidak sengaja berpapasan dengan salah satu pria dari dua pria tersebut tanpa saling menyapa. Tapi, tatapan matanya selalu tidak pernah bersahabat dan terlihat begitu dingin dipandangan Yuri.

"Aneh sekali dia, meskipun kita sudah saling kenal sejak kecil ditempat ini, tatapan masih seperti itu. Seperti tidak ada semangat untuk hidup saja," gumam Yuri.

******

******

Tempat penampungan Yuri terletak pada Zona Kuning, zona yang terbilang cukup riskan akan kejadian-kejadian yang tidak menguntungkan. Setelah perang selesai dan keadaan internal negara belum stabil maka pemerintah menetapkan enam zona sehingga mampu mengontrol keadaan lebih baik, yakni zona putih (pusat pemerintahan, militer, kawasan elit), biru (sekolah dari dasar sampai tinggi dan asrama siswa), hijau (perusahaan, pabrik, mall, kawasan apartemen penduduk), kuning (kawasan perumahan penduduk, tempat penampungan, berbagai kategori pasar, supermarket, tempat hiburan), merah (pemakaman umum, pasar gelap, reruntuhan bangunan, markas organisasi), dan hitam (perbatasan masing-masing negara).

Tempat penampungan Yuri bukan tempat penampungan bagi orang-orang yang dapat disebut sebagai pengungsi tersebut. Ada beberapa tempat penampungan yang masih bertahan dengan kondisi seperti saat ini. Hal ini dikarenakan, kebanyakan para anggota mafia yang bernyali besar dan ingin menunjukkan eksistensinya terkadang muncul dan memeras para pengurus tempat penampungan, bahkan pembunuhan pun tidak dapat terelakkan lagi.

"Dia sudah berangkat," bisik pria yang berpapasan dengan Yuri di alat komunikasinya sembari memandangi Yuri.

"Baiklah, kalau kau ingin menunjukkan loyalitasmu, buktikan!" balas suara dari alat komunikasi tersebut.

Yang tidak disadari olehnya adalah, Lune juga memperhatikannya dengan seksama sembari memainkan jarinya di perangkat yang ia genggam.

"Baiklah," balas sosok pria tadi sembari pergi untuk mengikuti Yuri.

Pemerintah saat ini cenderung hanya menutup sebelah mata mereka dengan keberadaan tempat penampungan dan kejadian-kejadian yang terjadi di tempat tersebut. Dari 8 tempat penampungan, dalam 10 tahun terakhir hanya tersisa tiga tempat penampungan yang berjalan dengan baik, 3 tempat penampungan sudah berada di batas kemampuan mereka, dan dua telah tutup serta menjadi markas bagi orang-orang yang melakukan tindakan kriminal.

Masing-masing negara hanya berfokus kepada pemulihan keadaan militer terlebih dahulu, sehingga pasukan keamanan kota seperti polisi cenderung direkrut dari prajurit yang tidak memenuhi kriteria, memasuki masa pensiun mereka, maupun dari para pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan sebagai tenaga relawan (meskipun tetap diberi seragam dan gaji dibawah standar).

"Berita hari ini, kejadian pembajakan pada salah toko perhiasan di kawasan jalan selatan ibu kota sedang berlangsung, pihak kepolisian sedang berusaha untuk bernegosiasi dengan para kriminal yang telah menyekap pemiliknya dari semalam, apakah pihak---" Lune mematikan earphone untuk tidak melanjutkan kembali mendengar berita tersebut.

Tampaknya dilokasi lain telah terjadi sebuah perampokan dari tadi malam dan pihak keamanan kota belum bisa berupaya untuk meringkus para perampok yang terperangkap dan tidak bisa melarikan diri tersebut. Meskipun pihak keamanan kota dengan segala keterbatasan dari tenaga maupun peralatan pendukung, mereka tetap berusaha yang terbaik dalam menangani kejadian-kejadian tindak kriminal dengan dukungan detektif-detektif yang tidak lain adalah pensiunan prajurit yang berpangkat kapten maupun letnan yang tidak hanya ingin duduk diam menikmati pensiun mereka.

"Tsk ...." Gumam Lune sambil melangkah pergi.

******

******

"Apa kau sudah sarapan, sayang. Sangat jarang sekali melihatmu bangun pagi, mau pergi kemana?" ucap wanita paruh baya tersebut sembari bertanya kepada sosok wanita yang baru saja keluar dari ruangannya dengan tergesa-gesa.

"Aku ada urusan mendesak Ibu, aku pergi dulu, ya." Balas wanita tersebut sambil mengecup dahi Ibu angkatnya.

"Hati-hati dijalan," balas wanita paruh baya tersebut.

You May Also Like