webnovel

Aku suka ciuman Dari panglima

*****

Holaaaaa author disini, Mungkin sebagian orang akan sedikit kecewa karena Author sudah memilih mengunci bab, otomatis kalian akan membuka bab-bab selanjutnya dengan menggunakan koin.

Sebelumnya author Minta maaf atas apa yang terjadi, author hanya manusia biasa dan sejatinya tetap butuh uang. Lebih tepatnya author hanya bekerja sebagai penulis dan hidup dari tulisan.

semoga kalian mau mengerti dan memahami apa yang terjadi, sekali lagi Author minta maaf ya. semoga kalian tetap suka dengan cerita-cerita Author selanjutnya.

Happy Reading!

*******

Ketukan di pintu kamarku membuatku mengacuhkan saja, aku tidak peduli siapa yang datang. aku tidak mau peduli dan aku malas melihat siapa orang tersebut, aku memilih untuk Menutup kedua telingaku dengan bantal saja..

Beberapa kali ketukan Terdengar, tapi tak berapa lama suara itu menghilang. aku menghela nafas pelan karena suaranya sudah benar-benar hilang, aku kembali menutup telingaku, lalu membuka mataku di dalam bantal. memang hanya kegelapan yang aku lihat, memang hanya sinar kecil yang dapat aku rasakan.

Tapi itu saja sudah cukup membuat diriku tau bahwa aku memang seperti hidup sendiri di dunia ini.

"Puteri Rosa." Sebuah suara membuatku terkejut, aku membuka bantal yang menutupi wajahku. lalu aku melihat Panglima yang sudah Berdiri di samping ranjangku, tatapan matanya sangat sendu. tapi aku tidak percaya bahwa tatapan matanya memang sendu karena diriku.

"Apa! kenapa kau bisa masuk ke dalam kamarku! jangan lancang! aku ini seorang Puteri! jangan pernah masuk ke dalam ruangan Puteri seenaknya saja. Jika aku tidak membuka pintu kamar! itu tandanya aku sedang tidak ingin di ganggu! jangan keluar dari batasan dirimu Panglima!!." aku berteriak, teriakan itu di iringi oleh air mata yang jatuh begitu saja.

Aku benar-benar merasa kecewa.. aku kecewa dan aku sangat ingin memukul Panglima dengan kedua tanganku sendiri.

Kenapa? kenapa dia melakukan ini padaku? memangnya apa salahku..

"Puteri, anda kenapa?." Tanyanya, suaranya masih sangat kecil, Pertanyaan yang memperlihatkan jelas sekali bahwa dia seperti tidak merasa bersalah

"Kenapa kau bilang! aku kenapa! aku yang harusnya tanya padamu! kau kenapa! kenapa kau mengkhianati diriku! hah!!! kau yang bilang padaku bahwa aku harus menjadi seorang anggota dewan. tapi kau bahkan tidak mendukung diriku sama sekali!! apa yang seharusnya kau lakukan? kau bahkan mengobrol dan berdiri di samping Raja Drakon! seharusnya kau berada di sisiku! tidak ingatkan kau sumpah yang kau ucapkan sendiri! tidak ingatkan kau apa yang di katakan Kakekku?. kenapa!?." Aku sekali lagi bertanya dengan banyak macam pertanyaan..

aku menangis dan terus menangis, aku benar-benar merasa hatiku sakit. untuk pertama kalinya aku merasa hatiku seperti di tusuk ribuan jarum yang begitu tajam, untuk pertama kalinya aku merasa bahwa dunia memang sedang mempermainkan keberadaan Diriku di dunia ini.

"Kau marah padaku ya, padahal aku kira kau akan baik-baik saja dan mungkin tidak peduli. Maafkan aku, jika aku tau kau akan sangat kecewa dan sangat marah begini. aku tidak akan pernah melakukan kesalahan-kesalahan yang sama lagi, maafkan aku ya Puteri Rosa.." Panglima menekuk kakinya secara bergantian. lalu dia mengambil kedua tanganku dan Mengecupnya Dengan lembut.

"Apa!!." Kataku masih di iringi dengan tangis air mata yang jatuh begitu saja.

"Kau hanya perlu meminta kan? aku sebenarnya bisa memberikan apapun padamu, tapi aku tau.. aku tidak bisa terus menerus memberikan semuanya tanpa melihat dirimu berjuang. Menjadi seorang pemimpin memang bukanlah hal yang mudah, akan ada banyak orang yang ingin menjatuhkan dirimu dan menginginkan tahta milikmu saat ini. Puteri.. aku melakukan ini bukan untuk mengecewakan dirimu, aku melakukan ini karena aku tau ada sesuatu yang salah, ada hal yang buruk di kerajaan ini beberapa hari ke depan. dan aku tidak mau sampai dirimu harus merasakan semua kesusahan itu. di saat dirimu belum siap seutuhnya." Panglima berkata padaku dengan begitu serius.

aku menatap matanya, matanya yang membuat air mataku langsung berhenti. benarkan yang aku bilang, panglima akan mengeluarkan banyak alasan saat berbicara padaku. dan Bodohnya aku sekarang, aku percaya lagi apa yang dia katakan. aku mau mengelak dengan semua yang dia katakan, tapi aku tidak bisa. Rasanya semua yang dia katakan adalah sebuah kebenaran..

kebenaran yang mungkin saja aku lupakan selama ini.

Aku masih terdiam, ketika dia memegang tanganku dan Mengecupnya sekali lagi. Kenapa dia semakin lancang saja?

"Apakah kau percaya pada apa yang aku katakan Puteri?." Tanyanya lagi.

"Tidak.." Ujarku dengan suara serak.

"Bagus! Jangan pernah percaya pada siapapun, karena aku juga belum tentu bisa di percaya dan sesuai apa yang kau pikirkan. sekarang kau hanya perlu tau, aku melakukan semua ini untuk melindungi dirimu dan membuat dirimu belajar banyak hal.. aku ingin kau bisa tau mana yang harus benar-benar kau perjuangkan, mana yang bisa kau relakan.. apakah kau paham Sampai disini?." Tanya Panglima.

"Maksudmu, aku sedang belajar di kalahkan? itu kan maksudmu panglima?." Kataku dengan nada yang benar-benar terdengar tidak senang.

"Ya.. Benar." Jawab panglima dengan yakin.

mendengar hal itu aku langsung kesal, aku menghempaskan tangan Panglima dan Membiarkan saja dia terus memandang diriku. "Pergilah! kau membuatku semakin kesal saja!." Kataku padanya, aku sudah ingin Berbaring di atas ranjang lagi. namun panglima menarik Tanganku dan membuat diriku terjatuh di atas Tubuhnya.

aku melihat panglima yang mendekatkan wajahnya ke wajahku, lalu tanpa bisa mengelak. Panglima mencium bibirku dengan lembut, ciumannya benar-benar terasa sangat lembut. Bibirnya manis dan nafasnya begitu hangat, ada aroma kayu manis yang Membuat diriku langsung memejamkan mata.

Bibirnya melumat dengan perlahan dan Hati-hati, seperti mencium sebuah berlian mahal. Aku tanpa sadar malah merangkulnya dan menikmati ciuman yang dia berikan, sialan Rosa! kau murahan sekali..

Tapi aku tidak peduli dengan suara hati yang berteriak di dalam pikiranku. aku terus merasakan ciuman Panglima yang sangat lihai, aku mencoba untuk mengigit bibirnya, sedikit pelan. dan membuatnya langsung memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku. apakah ini nyata! apakah ini memang yang terjadi antara Panglima dan Puteri? Sialan.. aku benar-benar tidak peduli dengan Pertanyaan itu.

aku suka ciuman dari Panglima, aku sangat suka.. tadi aku marah dengannya, sekarang aku malah membiarkan saja dia mencium bibirku dan memeluk pinggang kecilku.

Next chapter