webnovel

Pesta Teh?

Aku sudah keluar dari kamarku, berjalan Ke arah pavilium teratai untuk bertemu dengan Raja Drakon. apa aku berlebihan malam ini? Aku terlihat berdandan sangat lama sejak tadi, bahkan pelayan sudah memastikan Bahwa aku cantik. tapi aku masih kurang puas dan menatap cermin lebih lama dari biasanya.

Para pelayan dan Panglima sudah mengikuti aku dari belakang. aku berjalan sangat riang untuk bisa datang ke Tempat Raja Drakon. Malam ini kami akan minum teh bersama, Ah.. aku tidak sabar menantikan kata-kata Romantis yang akan di sampaikan oleh Raja Drakon.

Aku berbelok ke kanan, ketika melihat banyak pelayan yang berdiri disana. "Panglima, apakah acara teh ini untuk bersama?." Tanyaku pelan, Sedikit berbisik mungkin. Karena disini ada banyak pelayan yang sepertinya sedang menunggu Ratu Dan Raja.

"Ini pesta Teh Puteri, apakah Raja Drakon tidak memberitahu dengan detail?." Ucapan Panglima seperti cemooh bagiku. Padahal dia sendiri yang ada di kamarku, saat Raja Drakon mengundangku tadi. kenapa dia malah bertanya? Ck! aku jadi sebal dengannya.

"Kau sedang Bercanda?." Aku berkata sedikit kesal, lalu berjalan se-anggun mungkin untuk masuk ke dalam pavilium. Ketika melihat pesta Teh yang diadakan dengan beberapa kerabat dekat.

Aku tersenyum dan menyapa dengan lembut, ketika melihat ke arah Raja Drakon yang saat ini sedang berdampingan dengan ibuku. Aku menelan ludah susah payah, Lalu berusaha memberikan senyum semanis mungkin saat berjalan ke arah Mereka.

"Selamat Malam Ibunda Ratu dan Ayahanda. Senang bisa di undang dalam pesta Teh malam ini." Aku berkata sambil membukukkan sedikit badanku, lalu bangun dan menatap ke arah Ayah dan ibuku.

"Puteri yang cantik, kau semakin mempesona di bawah langit rembulan malam ini. Dinikmati jamuan malam ini ya, Aku menyiapkan ini khusus untukmu juga. Karena Kau adalah anak yang baik, kau membiarkan ibu dan Ayahmu menggantikan tahtamu sementara waktu." Ucapan Ibu terdengar biasa saja di telingaku. tapi entah kenapa saat itu kurasa lebih dalam lagi, seperti ada maksud dan tujuan yang tersembunyi.

"Terimakasih Ibu, aku senang melihat ibu yang bahagia malam ini. aku akan menikmati pesta Teh-nya, beritahu aku jika acara utama sudah di mulai. aku akan berkeliling menyapa Para Saudaraku." Ujarku beralasan, Aku terlalu malas berlama-lama melihat Ibu dan ayah. Walaupun aku tau perasaanku pada ayah adalah perasaan terlarang, tapi aku tetap tidak bisa menyingkirkan hal ini begitu saja. aku hanya takut perasaan ini membutakan mata hatiku, dan aku takut akan lepas kendali jika terlalu lama berhadapan secara langsung seperti ini.

Aku berjalan mengambil beberapa camilan, Ada bunga teratai yang terbentuk indah. Bunga yang hanya di sajikan saat ada acara penting saja, Walaupun ini hanya pesta Teh biasa. aku yakin Ibu tidak akan membuat ini menjadi sangat biasa saja. Ini adalah malam pertama ibu menjadi seorang Ratu, pastilah Ibu sangat ingin seluruh kerajaan tau. Maka dari itu ibu langsung mengadakan pesta Teh pada hari yang sama..

Dan aku yakin, besok akan ada pesta yang lebih besar lagi. Pesta yang mungkin akan di selenggarakan dan menghabiskan banyak koin emas...

Kenapa aku memikirkan hal itu sekarang? kenapa aku tidak memikirkan ini sejak tadi? Bukankah seharusnya aku tau bahwa ibu itu sangat boros? Ah.. Otak sialan, Kenapa kau benar-benar bodoh? Seharusnya kau membuat persyaratan bahwa Ratu dan Raja tidak boleh melakukan acara atau pesta yang tidak penting! Dan jangan sampai menghabiskan uang kerajaan untuk yang tidak perlu!. Huft.. kenapa sekarang aku jadi sangat kesal pada ibu? Bukanya Seharusnya aku senang?.

Karena ibu mau menanggap aku ada, dan ibu bahkan memuji diriku. Ibu tidak pernah memujiku setiap ada pesta, karena dia selalu acuh dan memikirkan hidupnya sendiri. Tapi malam ini, dia menegur diriku dan memberikan senyuman yang manis.

Aku berjalan ke pojokan taman, melihat langit malam sambil mengunyah kue bunga teratai yang rasanya tidak terlalu manis. ada potongan kacang almond di tengahnya, aku suka kue ini karena ini adalah makanan kesukaan Kakek..

Kakek? apakah kakek hidup damai di atas sana?.

"Kenapa disini? Bukankah seorang Puteri harus menunjukkan kekuasaannya dan menyapa para saudara dari kerajaan lain?." Ucapan Panglima membuatku berdecih pelan, Diam-diam panglima ini punya rencana sendiri. Dia bahkan tidak memberitahu aku kalau ini adalah pesta Teh. Bukan acara minum teh aku dengan Raja Drakon.

Kenapa juga Raja Drakon mengundangku tanpa memberitahu apa apa? Aku kan jadi salah paham, Dua lelaki ini sama-sama menyebalkan. kenapa mereka harus ada di sekeliling diriku?

"Diamlah, Singa tidak perlu menunjukan siapa dirinya pada semua orang. Cukup diam dan keluar pada waktu yang tepat, Menurutmu aku akan diam saja dengan semua pesta yang tidak penting ini?." Aku kembali mengunyah kue di tanganku, semakin aku memikirkan pesta ini. Semakin kasar kunyahan di mulutku.

"Ternyata Roh leluhur sudah menyatu dan mengajarkan sikap yang baik padamu." Aku menengok ke arah Panglima, ketika dia mengatakan tentang Roh leluhur.

"Apa maksudnya?." Tanyaku bingung, kenapa sejak tadi aku selalu mendengar Roh leluhur. entah leluhur yang mana, aku saja tidak tau. Silsilah keluarga kerajaan Centaurus abadi selama beberapa dekade, aku saja sampai pusing menghafal seluruh keluargaku terdahulu. dan sekarang Panglima membahas Tentang Roh leluhur. Jadi? ratusan leluhurku itu masuk ke dalam tubuhku? Pantas saja aku selalu merasa sesak akhir-akhir ini.

"Tidak ada, Aku hanya senang bahwa kau kesal dengan pesta Teh malam ini. entah bagaimana caranya, tapi Ibumu mengundang seluruh keluarga dari beberapa kerajaan untuk pesta Teh malam ini, di undang dari jauh-jauh Hari. seperti ibuku sudah tau bahwa dia akan menjadi Ratu, bukan dirimu.. Apakah kamu tidak merasa aneh?." Tanya Panglima, aku yang mendengar itu hanya memasang telinga baik baik dan mulai berpikir.

Jadi ibu mengundang seluruh keluargaku dari beberapa kerajaan dari jauh-jauh hari? Kenapa?

"Mungkin saja ibu mengundang mereka untukku, Karena jika bukan ibu yang menjadi Ratu. berarti aku, kenapa Tidak? Dia kan Ibuku." Aku berpura-pura berpihak pada ibuku, ingin tau apa yang akan di katakan oleh Panglima saat ini.

"Kau percaya sekali pada ibumu?." Satu pertanyaan itu menusuk sampai relung hatiku, Panglima menatap mataku dengan serius. tatapan mata yang tidak bisa berbohong. bahwa panglima memang tidak menyukai ibuku menjadi seorang Ratu.

Aku tidak menjawab pertanyaan panglima, aku hanya diam dan memperhatikan ibu yang terlihat senang berbicara Dengan beberapa orang. Aku memperhatikan seluruh bahasa tubuh ibu, seluruh tubuhnya sangat bahagia. seperti Baru saja mendapatkan apa yang di inginkan selama ini.

apakah ibu memang menyiapkan semua ini untuknya? Dan ibu sudah tau bahwa dia yang akan menjadi Ratu? bagaimana jika ternyata aku tidak memberikan tahta ini? Apakah ibu masih sesenang itu menyapa semua orang?

Next chapter