webnovel

Bab. 26 Mimpi Buruk Yang Terulang Kembali

Sementara Axel yang langsung berpencar dengan sang adik, Axel langsung pergi meninggalkan lapangan parkir menuju perusahaan Semesra Corporation. Selama dalam perjalanan Axel pun berpikir jika Elang sepertinya sulit untuk membiarkan Via bisa melanjutkan kuliahnya yang hanya tinggal sebentar lagi.

Axel yang sudah tiba di perusahaan langsung menuju lantai 20 dan menanyakan semua jadwalnya kepada Lisa sang sekertaris.

"Lisa, ke ruangan saya sekarang" Axel meminta Lisa ke ruangannya.

Tok tok tok

"Masuk, jadwal saya hari ini setelah makan siang ada apa saja? tanya Axel yang langsung menatap Lisa.

"Setelah makan siang ruan akan bertemu dengan tuan Agung dari perusahaan Abadi Corporation, nanti jam 3 sore akan bertemu dengan tuan Marvel di restoran Itali yang tak jauh dari perusahaan ini, jam 5 sore bertemu dengan tuan Agus di restoran China yang terletak di Jalan Gereja tak jauh dari restoran China tersebut dan terakhir tuan harus menghadiri undangan perjamuan dari tuan Bo Yan di hotel Sinar Surya pada jam 7 malam.

"Hmmmm, apa semua keperluannya sudah dipersiapkan untuk pertemuan dan hadiah di perjamuan nantinya?"

"Semua sudah saya persiapkan dengan teliti, tuan. Atau mungkin tuan memiliki tambahan untuk memperlancar jalannya acara nantinya" ucap Lisa langsung to the point.

"Tidak ada yang harus ditambahkan lagi" ucap Axel dingin dan langsung Lisa pamit untuk kembali mempersiapkan semua keperluan Axel selama meeting berlangsung nantinya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mansion Elang Sastra Pratama

Via yang sedang berbaring di atas tempat tidur mulai merasa berat matanya dan memejamkan matanya dan mengarungi dunia mimpi. Elang yang baru selesai berpakaian keluar dari ruang ganti dan melihat Via yang sudah terlelap di atas ranjang.

Elang melangkahkan kakinya menuju Via berada dan ikut berbaring disampingnya dengan posisi yang posesif memeluk Via. Via yang sudah mulai tersadar dari dunia mimpinya merasakan beban berat yang menimpa pinggangnya dan hembusan nafas di tengkuk lehernya. Via mulai mengerjapkan matanya dan berusaha menggerakkan tubuhnya yang terasa berat.

"Jangan banyak bergerak, kau akan membangunkan junior lagi sekarang. Apa kau mau jadi menu pembuka makan malam sekarang. Jika mau jangan harap kamu dengan mudah lepas dari kukunganku nanti" ucap Elang dengan suara berat yang sudah mulai bergairah.

"Kak, tolong angkat tangannya dulu aku mau ke kamar mandi sekarang" ucap Via takut-takut.

"Kau mau menggodaku lagi, yah. Mengajak ke kamar mandi, hmm" ucap Elang

"Bukan begitu maksud aku kak, aku ingin bersiap-siap untuk sholat" jawab Via gugup karena takut Elang akan marah.

"Ya, sudah sana siap-siap kalau sudah selesai secepatnya kesini" balas Elang berucap.

"I.. Iya kak" jawab Via dan langsung pergi dengan cepat menuju kamar mandi.

Elang yang sudah bangun tak bisa tidur lagi dan langsung mengambil ponselnya untuk mengecek indeks saham dan dokumen atau pekerjaan yang memang bisa dihandle lewat ponsel selain laptop.

Elang yang menunggu Via yang tak kunjung keluar dari kamar mandi dan sudah lebih dari satu jam yang lalu pun mulai emosi.

"Kemana dia, lama sekali Via di kamar mandi. Bukannya sholat magrib sudah habis ya dan akan masuk sholat isya. Jangan-jangan dia memang sengaja berlama-lama disana agar tak aku ganggu. Awas saja kamu Via akan menerima hukuman dariku nanti malam" ucap Elang dalam hatinya dan menatap tajam ke arah pintu ruang ganti baju.

Sementara di ruang ganti baju Via yang memang sudah selesai sholat magrib sengaja tak kembali ke dalam kamar secepatnya walaupun nanti dia akan dapat hukuman dari Elang. Karena Via yakin jika dia kembali secepatnya Elang akan sulit untuk dibujuk untuk melepaskan dirinya lagi. Selama di ruang ganti baju menunggu adzan isya, Via mulai mengaji surat-surat pendek dan dzikir. Saat Via melihat waktu sudah tiba masuk sholat isya, Via langsung bergegas sholat sunah sebelum sholat fardhu, selesai shalat tak lupa berdoa untuk semuanya dan dirinya juga.

Via melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu. Saat di kamar Via melihat Elang yang sudah menatap tajam pada dirinya seakan-akan tatapan itu bisa membunuhnya. Via yang ditatap oleh Elang dengan tajam hanya bisa menunduk dan berjalan menuju sofa yang ada di ruangan tersebut. Tatapan mata Elang mengikuti langkah kaki Via melangkah. Via yang merasa ditatap dengan tajam hanya mendudukan kepalanya dan tak berani melakukan apa-apa.

Elang turun dari tempat tidur dan langsung melangkah menuju tempat Via lagi duduk. Elang yang akan duduk di sofa yang Via dudukin tak jadi karena mendengar suara pintu diketuk.

Elang melangkah menuju pintu kamar untuk membuka pintunya yang terkunci dari dalam. Setelah tau siapa yang mengganggunya untuk memberi pelajaran ke Via akhirnya diurungkan dan membuka pintu dan membiarkan para pelayan menyiapkan dan menyajikan makanan yang ada di nampan yang berisi makanan tertata rapi di atas meja di depan Via berada. Setelah selesai menatanya para pelayan dan termasuk pak San langsung pamit undur diri untuk kembali pada tugas masing-masing lagi.

Elang langsung duduk di depan Via dan masih menatapnya tajam setelah menutup dan mengunci pintunya.

"Ayo, makan dulu. Setelah makan kau akan tau hukuman untuk dirimu nantinya" ucap Elang dingin dan masih menatap tajam Via yang memang hanya menunduk dari tadi.

Via hanya memberi anggukkan kepalanya sebagai jawaban setuju karena dia takut akan salah bicara atau menjawab ucapan Elang, suaminya serta begitu sulit untuknya menelan makanan yang berada di mulutnya.

Elang yang sudah selesai makannya, terus menatap Via dan melihat Via yang makan seperti malas.

"Kau sengaja makan begitu lama karena ingin menghindari hukuman dariku, hah" bentak Elang

Via yang mendengar Elang membentaknya langsung diam mematung dan tak berani menatap wajah suaminya.

"Jawab aku jika aku bertanya, jangan hanya diam saja seperti bisu. Apa kamu mau aku membuat dirimu benar-benar jadi bisu, hah" bentak Elang kembali dengan begitu kerasnya.

"Jangan harap aku akan menghentikan memberi hukuman untukmu yang berani melanggar perintahku tadi. Jangan harap air matamu bisa meluluhkan sikapku ini" lanjut Elang berucap dengan sinis dan langsung menarik tangan Via dengan kasar menuju tempat tidur.

Via yang mendapatkan perlakuan kasar kembali dari Elang langsung terbayang kejadian di dalam kamar hotel waktu itu. Via mulai merasa takut karena sikap Elang yang marah besar tega menarik tangan Via yang menyebabkan pergelangan tangannya memerah dan Kaki Via kepentok meja saat ditarik tadi di sofa. Elang yang masih dilingkupi dengan emosi langsung melempar tubuh Via ke tempat tidur tapi bagian pinggang Via kebentur pinggiran tempat tidur. Elang yang masih bisa mendengar suara Via yang lirih teriak sakit tak memperdulikannya sama sekali.

"Jangan pernah berpura-pura merasakan sakit atau sandiwara apapun dihadapan diriku karena itu tak akan berhasil" ucap Elang dingin dan langsung menindih tubuh Via.

"Kak, salah Via apa sebenarnya sampai membuat kakak marah seperti ini. Via akui kalau Via tadi lama tak kembali setelah sholat magrib dan bukan maksud Via sengaja tak ingin mengikuti keinginan kakak untuk segera menghampiri kakak, tapi karena shalat isya tak akan lama lagi setelah Via selesai shalat magrib" ucap Via menjelaskan dengan terbata-bata dengan air mata berurai.

"Bukankah kau tau aku tak suka dibantah atau ditolak, hah. Bukankah melayani suami lebih diutamakan dahulu, hah. Apa perlu aku menghukummu dengan cara yang kejam dan sadis sehingga membuatmu akan berpikir seribu kali untuk melanggar aturan dan ucapan yang aku buat" bentak Elang yang langsung ditelinga Via.

"Akan aku tunjukkan padamu cara yang akan membuatmu takut melanggar aturan yang aku buat ataupun membantah ucapanku" ucap Elang selanjutnya dengan begitu dinginnya.

Via yang mendengar ucapan Elang tadi hanya bisa menangis dan memejamkan matanya karena tak kuat mendengar semua ucapan Elang yang begitu menakutkan untuknya. Jangankan membayangkan seperti apa hukumannya, mendengarnya saja sudah membuatnya takut terlebih Via pernah merasakan bagaimana kejamnya Elang saat malam pertama mereka.

"Kak Axel, tolong aku" batin Via menjerit meminta tolong dengan air mata yang sudah mengalir dengan derasnya.

"Kak, aku mohon jangan lakukan. Aku mengaku... Aaaaaaaah" ucap Via yang masih memohon pada Elang dan berteriak akhirnya.

Next chapter