webnovel

Bab. 15 Kebenaran 3

Selama perjalanan dari hotel Snow Dragon ke mansion, Elang tetap dg tubuh dan gayanya yang tetap posesif.

Flash back on

Via diam di sisi Elang tanpa suara dan mengikuti langkah kakinya. Elang masih dengan posisi yang posesif memeluk pinggang Via di lobby hotel untuk menunggu jemputan mobil.

Roy tiba dengan mobil Mercedes-Maybach S560. Hari ini Roy sengaja tak meminta sopir yang membawa mobilnya, jika dia tak merasa lelah atau mengharuskan memakai sopir karena suatu hal. Roy membukakan pintu untuk Elang dan Via. Setelah mereka masuk kedalam mobil, Roy pun masuk ke dalam mobil duduk di depan kemudi mobil dan mulai menjalankan mobilnya keluar dari lobby hotel.

Flash back off

Elang yang tak berhenti memainkan jari tangan Via, dan tangan yang satunya sibuk dengan ponsel mengecek semua pekerjaan dan indeks saham di pasaran.

"Roy, apa yang aku perintahkan waktu itu sudah selesai? " tanya Elang tanpa berhenti memainkan jari Via dan mengalihkan tatapannya dari ponselnya.

"Sudah, tuan. Saya akan memberi laporannya setelah sampai mansion" jawab Roy yang tetap fokus kedepan mengemudikan mobilnya.

"Hmmmm, nanti kamu berikan laporannya ke saya di ruang kerja setelah makan malam" ucap Elang.

"Baik, tuan" jawab Roy

Setelah selesai bicara seperti itu tak ada lagi pembicaraan di dalam mobil selama perjalanan. Elang melihat ke arah Via yang sedang menatap keluar jendela mobil. Via menikmati perjalanan itu tanpa sadar tersenyum begitu indah dan itu tak luput dari pandangan Elang. Elang pun ikut tersenyum tipis tanpa ada yang menyadarinya.

Mobil mulai memasuki kawasan komplek perumahan elit dengan disuguhi pemandangan yang hijau dan terdapat aneka macam bunga serta ada taman bermain disana. Via yang melihat itu tak hentinya mengembangkan senyum manis di wajahnya.

Mobil mulai berjalan pelan di depan gerbang yang menjulang tinggi. Roy membunyikan klakson untuk memberi tahu para penjaga membuka gerbang dan bersiap menyambut tuan muda dan nona sudah datang. Setelah pintu gerbang utama dibuka Roy langsung menjalankan mobilnya menuju gerbang kedua sebelum memasuki halaman rumah utama.

Selama perjalanan dari gerbang utama ke gerbang kedua sampai depan pintu rumah utama Via disuguhkan dengan pemandangan yang tak kalah indah dan cantiknya dari yang di luar rumah ini. Pohon-pohon yang tertata rapi, bunga-bunga yang beraneka macam dan berwarna-warni. Via mengagumkan pemandangan tersebut yang terlihat cantik dan Indah sampai ada suara yang membuat Via mengalihkan pandangannya.

"Hmmmm, ayo turun sudah sampai" kata Elang dingin memberitahukan karena pintu bagian Via sudah dibuka oleh pengawal.

"I… Iya, tuan" Via menjawab dengan kata yang terputus-putus dan senyumnya langsung hilang seketika saat mendengar suara Elang yang dingin itu.

Via turun dan berjalan ke tempat Elang berada. Elang kembali menarik Via mendekat padanya dan melingkarkan tangannya ke pinggang Via seperti tadi. Elang dan Via menaiki tangga satu persatu teras rumah menuju pintu rumah utama yang sudah terbuka lebar dan para pelayan bersiap menyambut kedatangan tuan muda serta nona muda mereka.

"Selamat sore tuan muda, nona" sapa para pelayan menyambut kedatangan mereka.

"Hmmmm, siapkan makan malam seperti biasa" jawab Elang yang langsung memberikan perintah ke pak San. Via mengangkat wajahnya yang menunduk tadi dan tersenyum untuk menjawab sapaan dari para pelayan.

"Baik, tuan" ucap pak San.

Elang melangkah menuju lift yang ada di bawah untuk langsung menuju kamarnya. Di depan lift Elang memasukan kode sebelum masuk ke dalam liftnya. Lift langsung meluncur ke kamarnya.

"Kita istirahat dulu sebelum makan malam" ucap Elang membawa Via ke tempat tidur.

Via hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban setuju. Elang mulai meletakkan kepalanya di ceruk leher dan melingkarkan tangannya di atas perut ramping Via. Via yang diperlakukan seperti itu hanya diam saja dan tak bergerak sedikitpun. Via sebenarnya tak mengantuk tapi tak berani membantah ucapan Elang.

Waktu makan malam pun tiba, pak San menuju kamar utama di lantai atas untuk memberitahu kalau makan malam sudah siap. Via yang memang tak bisa tertidur sampai malam menjelang hanya diam saja dengan posisi yang tak berubah sedikitpun.

Tok tok tok

"Aku jawab atau aku biarkan saja, nanti aku salah jika menjawab orang yang mengetuk pintu kamar ini. Biarkan saja, biar tuan yang menjawab" batin Via bertanya-tanya dan berperang dengan dirinya sendiri.

"Agh, Via sudah jam berapa sekarang?" tanya Elang tapi sebelum dijawab oleh Via terdengar kembali suara ketukan dan suara dari luar kamar.

Tok tok tok

"Tuan, nona makan malam sudah siap" ucap pak San

"Hmmmm" Elang hanya memberi jawaban deheman.

Elang mengajak Via ke kamar mandi untuk mencuci muka.

"Kita cuci muka dulu saja, mandinya nanti setelah makan malam" Elang melangkah masuk kamar mandi dengan menggandeng Via ke dalam.

Elang menjelaskan letak ruang ganti baju yang bisa di akses dari dalam kamar mandi dan pintu untuk keluar lagi ke posisi tempat tidur berada. Mereka keluar dari kamar menuju ruang makan menggunakan lift.

Via duduk disamping Elang, Via mengambil inisiatif untuk menyendokan nasi berserta lauk pauk untuk Elang. Elang yang dilayani oleh Via seperti itu hanya memperhatikan dan memberi kode jika dirasa sudah cukup. Roy dan pak San beserta para pelayan yang melihatnya hanya terkejut melihat itu semua. Mereka tahu bagaimana Elang yang suka memilih makanan dan tak suka diperlakukan seperti itu.

"Tuan, hari ini anda kenapa? Seperti bukan diri anda saja. Tadi pun aku melihat tuan tersenyum, sudah lama sekali tuan tidak tersenyum" batin Roy bertanya-tanya tentang apa yang terjadi dengan tuan mudanya.

Mereka makan dengan tenang tanpa suara yang terdengar. Elang menyudahi makan malamnya dengan diakhiri membersihkan sisa makanan di bibirnya menggunakan lap yang berada di samping piring makannya.

"Via, nanti kamu kembali ke kamar duluan, pak San akan mengantarkan. Setelah sampai kamar mandi dan tidur duluan jangan menunggu aku. Aku masih ada kerjaan dengan Roy" ucap Elang memberitahu sekaligus memberi perintah.

"Baik, tuan" jawab Via.

"Satu lagi Via, aku tak suka kamu memanggil aku tuan karena aku bukan majikanmu. Panggil aku dengan sebutan yang lain jangan seperti itu atau sejenisnya" ucap Elang memberitahu Via.

"Baik, tuan. Ma...maaf ma…maksud Via, ka…kakak" jawab Via terputus-putus.

"Hmmm" Elang menjawab dengan dehaman dan beranjak dari kursi makan menuju ruang kerja dan tak lupa Roy yang mengekori dari belakang.

Via yang sudah selesai makan langsung diantarkan oleh pak San langsung ke kamarnya menggunakan lift. Setibanya dikamar Elang, pak San mempersilahkan nona mudanya keluar dari lift. Setelah Via keluar dari lift, pak San langsung menutup pintu lift untuk kembali turun kebawah lagi.

Via melangkah menuju kamar mandi dan mengisi air di bathup untuknya. Via membuka pakaiannya sambil menunggu air di dalam bathup dirasa cukup. Via bercermin melihat tubuhnya, begitu banyak tanda kepemilikan di seluruh tubuhnya serta luka bakar dan lebam sudah memudar. Via mulai masuk ke dalam bathup dan merendam seluruh tubuhnya.

Setelah selesai berendam dan membersihkan busa sabun yang tersisa di bawah shower Via menuju ruang ganti baju. Via membaringkan tubuhnya untuk menghilangkan lelah yang dia rasakan.

Di ruangan terpisah Elang sedang membaca hasil laporan yang dia minta, Elang menatap tak percaya kalau apa yang dia pikirkan selama ini tentang Via salah dan pria yang dalam video tersebut tak lain kakaknya.

Roy juga memperlihatkan video aslinya ke Elang dan memberitahukan orang yang mengambil gambar itu serta mengirimnya ke nona Tia adalah sahabat nona Tia yang bernama Siska, satu kampus dengan nona. Elang yang mendengar semua penjelasan Roy matanya terlihat merah dan menahan marah saat dia membaca semua laporan yg diberikan oleh Roy. Elang memejamkan matanya mengingat yang dia lakukan kepada Via setelah acara selesai di kamar hotel, ada rasa bersalah dan menyesali perbuatannya dan itu membuat dirinya mengeluarkan sedikit cairan bening di sudut matanya. Elang cepat-cepat menghapus cairan itu dan bersikap seperti biasanya lagi.

Elang masih sibuk memeriksa semua dokumen perusahaan tak terasa waktu menunjukan hampir tengah malam. Elang menyudahi semua kegiatannya dan kembali ke kamar melalui pintu yang berada diruangan itu. Dilihatnya Via sudah tertidur pulas. Elang merapikan anak rambut yang menutupi wajah Via dan mencari posisi yang nyaman di dekat Via. Elang melakukan apa yang diucapkan di hotel waktu itu.

Next chapter