Tia berjalan lesu memasuki rumah. Nyonya Sandra yang melihat putti kesayangannya seperti itu bertanya-tanya.
"Sayang, kenapa kamu seperti itu" tutur ucapan nyonya Sandra yang begitu lembut kepada Tia
"Tidak ada ma, hanya cape saja" jawab Tia dengan lesu
"Ayo, sini Putri cantiknya papa kenapa…. Mmmmmmmm" tanya tuan Raksa kepada Tia
Tiba-tiba airmata lolos begitu saja diwajah Tia tanpa diminta. Itu tak lepas dari pandangan tuan Raksa yang merasa iba dan kasihan kepada putrinya.
"Kamu kenapa Tia, apa yang terjadi bicara sama papa. Siapa tau papa bisa bantu kamu" tanya tuan Raksa yang merasa iba melihat Tia menangis seperti itu.
"Salah Tia apa coba pa? Tia tau kalau Tia ga pernah bantu Via di rumah untuk siapin makan untuk kita semua. Tapi kenapa Via tega baget goda dan dekatin pacar Tia" tutur Tia dengan linangan airmata yang tak mau berhenti.
"Tia, ga percaya sama semua omongan anak-anak di kampus tentang kelakuan Via. Tia selalu membelanya jika ada yang menjelekan atau menghina Via. Bagaimanapun Via adiknya Tia, betulkan pa?" kata Tia
"Tapi hari ini Tia harus percaya dengan ucapan anak-anak di kampus kalau ucapan mereka selama ini benar. Tia melihat sendiri Via sedang merayu dan menggoda Alex, bagaimana Tia tak malu dihadapan semua anak-anak kampus… Ma..au ditar…ruh dima...na muka Tia nantinya" lanjut Tia sambil terisak pilu di dalam pelukan papanya sambil tersenyum licik yang tak disadari siapapun.
Muka tuan Raksa merah padam menahan emosi mendengar keluh kesah Tia kepadanya.
"Apa karena Via tak terima dijodohkan dengan CEO itu makanya dia melakukan ini kepada Tia. Seharusnya dia bicara sama kita, atau karena tak terima mama menamparnya semalam" kata nyonya Sandra menambah bumbu amarah kepada suaminya
"Kenapa Via dijodohkan, kalau dia memang tau mau biar Tia saja yang menerima perjodohan ini. Asal Via tak jadi wanita murahan dan penggoda seperti yang selama ini Tia dengar" tutur Tia untuk memberi pembelaan kepada Via
"Sayang kamu kan punya kekasih, mau kau putuskan begitu saja. Apa kau tak akan menyesal nantinya jika memutuskan dia dan mengantikan Via yang dijodohkan itu" kata nyonya Sandra kepada anaknya sambil membelai rambut Tia yang panjang.
"Tidak apa-apa ma, pa kalau itu bisa membuat Via berubah menjadi anak yang baik seperti dulu yang kita kenal. Apapun akan Tia korbankan asal Via kembali seperti dulu lagi" tutur Tia
"Papa sudah memutuskan Via yang akan dijodohkan dan menikah dengan relasi bisnis papa. Itu tidak bisa diganggu gugat ataupun diubah oleh siapapun" ucapan tegas dan emosi yanga terlontar dari mulut tuan Raksa.
Nyonya Sandra dan Tia dalam hati berteriak senang dan bahagia atas ucapan tuan Raksa tapi mereka menampakan wajah biasa saja terbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya.
"Pa, jangan paksa Via menerima perjodohan itu. Kasihan Via nantinya, biar Tia saja yang berkorban" ucap Tia dengan muka memelas dan sedih.
"Itu sudah menjadi keputusan papa, Via harus terima suka atau tidak" kata tuan Raksa
"Ini salah mama, pa kurang memperhatikan Via" ucap nyonya Sandra melihatkan wajah bersalah dan sedih dihapan tuan Raksa
"Sudah tak perlu dibahas lagi masalah ini. Untuk kelakuan Via biar nanti papa yang urus. Kamu kembali ke kamar dan bersih serta istirahat biar lebih segar, Tia" ucap tuan Raksa
"Baik, pa. Tia ke kamar dulu kalau begitu" pamit Tia kepada orang tuanya di ruang keluarga.
Via yang tak tau apa yang akan terjadi nantinya di rumah dia biasa saja. Via turun dari mobil didepan gerbang, setelah mobil yang mengantarnya pergi Via masuk kedalam di sapa oleh satpam.
"Selamat sore pak Mun. Terima kasih" salam Via kepada satpam yang membukakan pintu gerbang untuknya dan tak lupa memberikan senyum yang manis.
"Selamat sore, non. Sama-sama, baru pulang ya…. Dianter sama pacar pulangnya" ucap pak Mun mengoda Via
"Oh, yang tadi anterin Via itu...…
"Non, dipanggil tuan langsung ke ruang kerjanya kalau non Via sudah sampai rumah. Tadi tuan berpesan seperti itu" kata bi Inem memotong ucapan Via ke pak Mun untuk memberitahukan pesan tuan Raksa.
"Baik, bi… Via akan menemui papa setelah menaruh tas di kamar. Pak Mun, Via tinggal dulu masuk kedalam" ucap Via
Via berjalan masuk ke dalam rumah menapaki titian tangga satu persatu untuk sampai ke kamarnya. Setelah menaruh tas pada tempatnya Via menyusuri lorong menuju ruang kerja papanya.
"Ada apa papa mencari Via" tanya Via ke tuan Raksa
"Apa kau tau salahmu dimana, hah" teriak tuan Raksa
"Via tak berbuat salah apapun, pa. Via menerima semuanya termasuk dijidohkan dan menikah dengan tuan Elang itu" ujar Via ke papanya.
"Kau bilang tak punya salah dan menerima perjodohan itu, tapi apa yang kau perbuat hari ini bikin malu keluarga Prayuda. Apa kau tau itu Via" bentak tuan Raksa
"Via tak melakukan apa-apa dan tak membuat malu nama keluarga pa" jawab Via
"Jangan mengelak lagi kamu Via, papa kecewa sama kamu. Semalam papa kasihan dan sedih melihat kamu harus berkorban demi keluarga ini serta di tampar oleh mamamu. Tapi hari ini papa tau semua kelakuanmu dari Tia selama ini di kampus" kata tuan Raksa dengan nada kecewa
"Seharusnya kau tau diri dan sadar diri, apa yang papa ucapan semalam itu bukan bercanda atau main-main. Tuan Elang bisa saja sudah mengetahui kebusukanmu selama ini yang papa tidak tau" ucapan lanjutan tuan Raksa
"Via ga mengerti papa bicara apa. Kelakuan Via di kampus ga ada yang aneh dan semua masih dibatas wajar" bela Via atas pojokan papanya.
"Wajar katamu via, hah…. Menjadi wanita murahan dan mengoda setiap pria di kampus. Kamu juga mengoda kekasih kakak kamu Tia. Apa itu masih bisa dibilang dibatas wajar, hah….. Seharusnya kamu menjaga harga dirimu dan nama baik keluarga Prayuda di depan umum, terlebih kau sudah dijodohkan dengan tuan Elang. Kau mau membuat tuan Elang marah dan membuat keluarga kita jatuh miskin, itu yang kamu mau, hah" teriak tuan Raksa didepan muka Via.
"Pa, Via ga pernah sekalipun membuat malu atau ingin membuat keluarga ini jatuh miskin. Via ga pernah melakukan semua itu seperti yang papa tuduhkan tadi. Via tau mana yang baik dan buruk untuk Via dan keluarga ini" Via membela diri sambil menahan air mata yang akan siap meluncur dengan bebas.
"Papa tak akan tertipu lagi dengan air matamu itu. Tia sudah menjelaskan dan memberitahu semua kelakuanmu selama ini seperti apa di kampus. Tia pertama tak mau mengatakannya tapi karena papa desak, dia mengatakan semuanya. Tia juga mau mengantikan posisimu untuk dijodohkan dan menikah dengan tuan Elang. Mamamu juga terluka dan merasa bersalah karena tak bisa mendidikmu dengan benar. Mulai besok kamu pergi ke kampus dan pulangnya akan diantar supir pribadi. Tak ada bantahan lagi, jangan buat papa malu. Hari pertunganmu sudah diputuskan tinggal 1 bulan lagi dari sekarang. Kamu mengerti Via?." ucap tuan Raksa dengan tegas dan tak terbantahkan.
"Via, mengerti pa. Via permisi turun ke bawah, untuk siapkan makan malam untuk kita santap nanti" ucap Via
Di ruang makan semua sudah tersaji dan lengkap dengan pencuci mulutnya. Tak ada suara yang keluar dari mulut mereka hanya ada dentingan sendok dan garpu yang beradu memecah kesunyian itu.
Tuan Raksa sudah selesai makan malamnya tapi tak seperti biasanya langsung meninggalkan ruangan itu. Dia menatap satu persatu orang yang berada di meja makan itu. Disaat semuanya sudah selesai makan dan siap meninggalkan bangku yang tadi diduduki. Tuan Raksa membuka suaranya untuk jangan ada yang pergi dari ruangan itu tanpa kecuali.
"Jangan ada yang meninggalkan meja makan ini. Ada yang ingin papa sampaikan ke kalian terutama sama Via. Untuk acara pertunganmu dibatalkan…." kata tuan Raksa berucap diruangan itu.
Semua orang diam dan tak bersuara sama sekali di ruangan itu. Via merasa senang bahwa dia tidak jadi dijodohkan dengan tuan Elang. Nyonya Sandra dan Tia merasa kecewa kalau Via tidak akan pernah bisa diusir dari rumah ini.