webnovel

Chapter 25 : Hadiah yang menarik

Ryouichi pun berhenti sejenak ketika berada di depan pintu gudang, dirinya bersiap untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Lalu Ryouichi pun membuka pintu gudang dan masuk kedalamnya, disana terlihat Enzo yang sedang duduk santai sembari merokok dan nampak Rendy serta kedua orang tuanya sedang duduk dikursi terikat dengan kepala yang tertutup kain.

"Ketua, anda sudah datang" ucap Enzo sembari berdiri dan menyambut Ryouichi.

"Kerja bagus Enzo, aku senang dengan hasil kerjamu" ucap Ryouichi.

"Terima kasih ketua" ucap Enzo dengan perasaan senang karena pujian dari Ryouichi.

"Sekarang, waktunya untuk memberi mereka hadiah" ucap Ryouichi sembari melangkah ke arah orangtua serta kakak Tiara.

"Siapa kalian? Kenapa kalian berbuat seperti ini kepada orang baik seperti kami?" ucap ibu Rendy.

Enzo pun terlihat kesal dengan ucapan ibu Rendy dan membuka kain yang menutupi kepala mereka bertiga.

"Orang baik? Apa kau sedang bercanda?" ucap Enzo.

"Kalian prajurit sialan, kalian pikir bisa lolos dari ini?" ucap ayah Rendy.

Ryouichi pun menampar ayah Rendy dengan keras dan meninggalkan bekas tamparan yang jelas terlihat. Ayah Rendy pun terdiam setelah terkena tamparan dari Ryouichi.

"Tutup mulut busukmu itu" ucap Ryouichi dengan nada yang penuh amarah.

"Ketua, tunggu dulu. Anda tidak perlu mengotori tangan anda untuk orang seperti mereka" ucap Enzo mencoba menenangkan Ryouichi."

"Kalian menculik kami hanya karena perempuan sialan itu?" teriak Rendy.

Enzo pun menyumpal mulut Rendy dengan kain kotor yang berada di lantai.

"Orang yang akan segera mati tidak perlu banyak bicara" ucap Enzo.

"Pertama aku akan bertanya kepada kalian, kenapa kalian melakukan hal seperti itu kepada Tiara? " tanya Ryouichi sembari mengambil kursi dan duduk.

"Tiara? Anak sialan itu? Untuk apa aku menyayangi anak itu? Dia hanyalah beban bagi kami" ucap ayah Rendy.

Ryouichi pun terlihat kesal dan menghela nafas.

"Enzo…" ucap Ryouichi.

Enzo pun meninju perut dari ayah Rendy, terlihat ayah Rendy yang terbatuk-batuk karena pukulan dari Enzo.

"Aku tanya sekali lagi kepada kalian, kenapa kalian berbuat hal sekejam itu kepada Tiara? Bukankah dia adalah anak kalian?" tanya Ryouichi dengan tatapan dingin.

"Kami tidak pernah menganggapnya sebagai anak kami, dia tidak lebih hanyalah mesin penghasil uang bagi kami" ucap ibu Rendy.

Ryouichi pun semakin kesal dengan ucapan dari ibu Rendy.

"Enzo, berikan pisau yang ada dipinggangmu itu kepadaku" ucap Ryouichi dengan tatapan tajam.

"Ketua?" ucap Enzo yang bingung dengan perkataan Ryouichi.

"Tidak usah banyak bicara, serahkan saja pisau itu padaku" ucap Ryouichi.

Enzo pun memberikan pisau belatinya kepada Ryouichi. Ryouichi pun mendekati Rendy dan mengeluarkan sumpalan kain kotor yang berada di mulutnya.

"Aku ingin bertanya kepadamu, mengapa kau tega berbuat itu kepada adikmu sendiri? " ucap Ryouichi.

"Adik? Perempuan itu adikku? Aku tidak pernah menganggapnya sebagai adikku dan dia hanyalah wanita murahan, lagipula aku berniat untuk menjualnya kepada prostitusi untuk melunasi hutang kami. Bayangkan, berapa banyak orang kaya yang rela membayar mahal untuk dirinya" ucap Rendy dengan wajah yang menjijikkan.

Pandangan Ryouichi pun menjadi kosong dan menusukkan pisau belati itu di paha kanan Rendy.

"Ahhhh…sialan. Berani-beraninya kau menusukku!" teriak Rendy kesakitan.

"~PLAK"

"~BUK"

Ryouichi dengan brutal memukul dan menendang Rendy hingga Rendy jatuh dari kursinya. Ibu dan ayah Rendy hanya bisa terdiam melihat pemandangan itu.

"Ketua, tahan amarahmu" ucap Enzo sembari menarik dan menenangkan Ryouichi.

"Enzo, buat dia duduk kembali di kursi itu" ucap Ryouichi.

Enzo pun mengangkat Rendy yang sudah babak belur dan membuatnya duduk kembali ke kursi. Ryouichi pun kembali mendekati Rendy yang sudah kembali duduk dikursinya.

"Apa kau benar-benar tega berbuat sejauh itu kepada adikmu sendiri? Kepada seorang adik yang seharusnya kau lindungi dan kau sayangi?" ucap Ryouichi.

"Sudah kubilang dia hanyalah wanita murahan!" teriak Rendy.

Ryouichi pun mencabut pisau yang masih berada dipaha kanan Rendy dan kembali menusukkan belati itu ke paha kiri Rendy.

"Ahhhh…" teriak Rendy kesakitan.

Ryouichi pun menarik pisau belati yang berada di paha Rendy kebawah dan menggoyang-goyangkan pisau itu. Terlihat ekspresi Rendy yang menahan sakit yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dan hampir pingsan.

"Kenapa? Kau kesakitan? Kau pikir rasa sakitmu setara dengan rasa sakit yang dialami oleh Tiara? Kau tega mengorbankan dia hanya supaya kau bisa melarikan diri dengan orangtua mu itu" ucap Ryouichi sembari menampar pelan Rendy untuk menyadarkannya kembali.

Enzo pun hanya bisa melihat perlakuan Ryouichi ke Rendy dengan tatapan terkejut.

"Bahkan ketua bisa sampai menyiksa seseorang sampai seperti itu, aku masih perlu banyak belajar darinya untuk menyiksa orang. Aku tidak bisa membayangkan jika diriku disiksa seperti itu olehnya" gumam Enzo.

"Dan kudengar kau bahkan tega menampar nya hanya karena dia tidak bisa bekerja dengan baik" ucap Ryouichi.

Ryouichi pun mengambil ancang-ancang untuk menampar Rendy.

"~PLAK" terdengar suara tamparan keras di gudang itu.

"Hmm? Nampaknya dia pingsan. Baiklah kita lanjut ronde kedua" ucap Ryouichi sembari berbalik dan menatap ayah serta ibu Rendy.

"Apa yang mau kau lakukan?" ucap ayah Rendy.

"Enzo, tolong ambil ember itu dan isilah ember itu sampai penuh dengan rumput yang berada di halaman depan" ucap Ryouichi sembari menunjuk ember kosong kepada Enzo.

Enzo pun mengangguk patuh dan membawa ember itu keluar.

"Apakah kalian sama sekali tidak menyesal telah berbuat hal kejam seperti itu kepada Tiara?" ucap Ryouichi dingin.

Ayah Rendy dan ibu Rendy pun hanya bisa terdiam tidak menjawab pertanyaan dari Ryouchi.

"Tidak bisa menjawab? Baiklah aku akan memberi kalian waktu untuk beristirahat sebelum kita menuju acara utama" ucap Ryouichi sembari duduk mengawasi mereka bertiga.

Tidak lama kemudian, Enzo kembali dengan membawa ember penuh dengan rumput.

"Saya kembali ketua" ucap Enzo.

"Bukankah kalian lapar? Dari tadi malam kalian belum ada makan bukan? Dan Enzo, jangan lupa bangunkan orang itu" ucap Ryouichi sembari menunjuk Rendy.

Enzo pun kembali terkejut dengan perkataan Ryouichi.

"Ketua, anda sungguh hebat menyiksa orang. Aku akan terus mengikuti mu sampai akhir hayatku" gumam Enzo dengan ekspresi kagum.

"Enzo , bisakah kau memberi makan mereka? Nampaknya mereka sangat kelaparan. Dan juga tolong suapi mereka sampai rumput di ember itu habis" ucap Ryouichi.

Enzo pun mengangguk patuh dan membawa ember itu ke hadapan ibu serta ayah Rendy. Enzo pun menampar Rendy dengan keras hingga membangunkannnya.

"Bangunlah, sarapan sudah siap" ucap Enzo kepada Rendy.

"Ketua ku sudah berbaik hati memberi kalian makanan seenak ini, jadi tolong dihabiskan" ucap Enzo dengan senyuman mengerikan.

Enzo pun menyuapi mereka bertiga dengan paksa. Nampak mereka berontak, namun kekuatan Enzo mampu memaksa mereka memakan rumput di ember itu sampai habis.

"Bagaimana? Apa kalian sudah kenyang ? " ucap Ryouichi.

Terlihat mereka bertiga hampir mau muntah namun mulut mereka kembali disumpal dengan kain kotor oleh Enzo.

"Dengarlah, aku bukanlah orang yang bisa memaafkan orang seperti kalian. Enzo apa kau punya rokok? Bisakah aku meminta satu?" ucap Ryouichi.

Terlihat Enzo memberi rokok kepada Ryouichi, Ryouichi pun menaruh rokok itu dimulutnya dan terlihat Enzo membantu membakar rokok itu .

"Nampaknya mereka belum menyadari kesalahan mereka. Enzo, cambuklah mereka hingga mereka sadar dengan perbuatan mereka" Ucap Ryouichi sembari menghisap rokok miliknya.

Enzo pun mengambil tali tambang yang berada di rak dan mulai mencambuk mereka bertiga secara terus menerus. Penyiksaan itu terus berlangsung hingga belasan menit lamanya.

"Cukup Enzo, kalau kau teruskan mereka bisa mati. Aku tidak akan membiarkan mereka mati semudah itu, masih banyak hadiah yang ingin aku berikan kepadanya"ucap Ryouichi.

Enzo pun berhenti dan membuka sumpalan di mulut mereka. Terlihat ayah Rendy hendak berkata sesuatu dan Enzo pun mendekatinya.

"Apa kau ingin berkata sesuatu?" ucap Enzo.

Ayah Rendy pun meludahi wajah Enzo, Enzo pun marah dan memukul wajah ayah Rendy hingga giginya berhamburan kelantai. Tidak sampai disitu, Enzo pun menghunuskan pedang dan berusaha menebas leher ayah Rendy. Namun tiba-tiba pintu gudang pun terbuka dan Tiara pun masuk. Pedang Enzo tepat berada diujung leher ayah Rendy dan nampak setetes darah mengalir jatuh.

"Berhenti! Kumohon tuan Ryouichi, lepaskan mereka" ucap Tiara.

"Tiara…" ucap Ryouichi lirih.

Perlahan tatapan membunuh Ryouichi kembali menjadi normal.

"Kumohon sudah cukup tuan Ryouichi. Aku tahu mereka sudah berbuat kejam kepadaku, namun mereka tetaplah orangtua dan juga kakakku" ucap Tiara memohon kepada Ryouichi sembari menangis.

"Kenapa kau masih baik kepada mereka meskipun mereka berbuat seperti itu kepadamu?" ucap Ryouichi.

"Meskipun mereka seperti itu, mereka lah yang membesarkanku " ucap Tiara.

"Membesarkanmu? Apa kau pikir kami membesarkanmu secara sukarela?" ucap Ibu Rendy.

"Apa maksud kalian ? " ucap Enzo.

"Tiara bukanlah anak kandung kami, seorang pria misterius menitipkan dia kepada kami dan memberikan kami uang banyak untuk merawatnya" ucap ayah Rendy.

"Aku bukan anak kandung kalian?" ucap Tiara.

Terlihat ekspresi kecewa dan sedih dari Tiara setelah mendengar perkataan dari ayahnya.

"Kau pikir kami akan membesarkanmu seperti anak kandung kami sendiri? Jangan bermimpi" ucap ibu Rendy.

"Tiara…" ucap Ryouichi lirih sembari mendekati Tiara.

Tiara pun menangis dan memeluk Ryouichi. Terlihat Ryouichi yang berusaha menenangkan Tiara.

"Kalian sudah tahu tentang kebenarannya bukan? Kalau begitu cepatlah lepaskan kami!" teriak Rendy.

"Kau sialan!" teriak Ryouichi.

"Jadi Tiara bukan anak kandung dari kalian?" ucap Kolonel Ryota yang sedang berdiri bersandar di pintu gudang.

"Kolonel?!" Enzo dan juga Ryouichi kaget melihat kehadiran Kolonel Ryota secara tiba-tiba.

"Sudah kuduga hal ini akan terjadi" ucap Kolonel Ryota berjalan mendekati Ryouichi.

"Kolonel, aku…" ucap Ryouichi namun terpotong.

"Berdirilah" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi pun melepaskan pelukannya dari Tiara dan menyerahkan Tiara kepada Enzo. Ryouichi pun mengingat kembali kejadian saat Kolonel Ryota pernah memukul nya dulu.

"Ryouichi…" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi pun memejamkan matanya dan pasrah dengan hal yang akan terjadi kepadanya.

"Kerja bagus " ucap Kolonel Ryota sembari menepuk pundak Ryouichi dan melangkah kearah ibu, ayah, serta kakak dari Tiara.

Ryouichi pun terkejut dan berbalik badan kearah Kolonel Ryota.

"Kolonel?" ucap Ryouichi bingung.

"Aku sudah tahu bahwa kau akan melakukan hal seperti ini. Dan kerja bagus karena sudah membuat mereka membayar perbuatan mereka." ucap Kolonel Ryota.

"Apa maksudmu Kolonel?" tanya Ryouichi.

"Aku justru akan memukulmu dengan keras jika kau hanya diam saja setelah mendengar kejadian yang menimpa Tiara" ucap Kolonel Ryota.

"Apa maksudnya ini! Bukankah kau adalah atasan mereka? Kenapa kau tidak menghukum mereka karena berbuat seperti ini kepada warga sipil seperti kami?" teriak Rendy.

"Menghukum mereka? Karena apa? Karena memukuli sampah seperti kalian?" ucap Kolonel Ryota sembari membakar rokoknya.

Enzo pun terkejut dengan perkataan Kolonel Ryota.

"Mengapa aku baru tahu provinsi ini penuh dengan orang keren? Pertama adalah ketua, sekarang Kolonel Ryota. Aku sungguh beruntung menjadi bagian dari pasukan provinsi ini" gumam Enzo dengan ekspresi puas.

"Asal kalian tahu saja. Aku juga sudah berencana mencari kalian, namun nampaknya Ryouichi telah mendahuluiku. Jangan harap aku akan memperlakukan kalian seperti manusia setelah apa yang kalian perbuat selama ini" ucap Kolonel Ryota.

"Kolonel…" ucap Ryouichi.

"Ryouichi, bawalah Tiara dan tenangkan dia. Mari kita pergi dari sini." ucap Kolonel Ryota sembari melangkah pergi dari gudang.

"Bagaimana dengan mereka ? " ucap Ryouichi.

"Akan ada orang yang mengurus mereka nanti, bukankah begitu Kapten Saito ? " ucap Kolonel Ryota.

"Tentu saja, serahkan semuanya padaku" ucap Kapten Saito yang muncul tiba-tiba.

"Tapi…" ucap Ryouichi.

"Tenang saja, Kapten Saito bisa mengurus mereka dengan mudah. Namun aku khawatir mereka akan menjadi seperti mayat hidup setelah Kapten Saito mengurus mereka" ucap Kolonel Ryota.

"Tunggu, lepaskan kami!" teriak ibu Rendy memberontak.

Kolonel Ryota, Ryouichi, Tiara dan Enzo pun meninggalkan gudang itu meninggalkan Kapten Saito dengan ibu, ayah, serta kakak Tiara.

"Tunggu, apa yang mau kau lakukan dengan benda itu?" ucap Rendy ketakutan melihat Kapten Saito membawa benda aneh.

"Tenang saja, aku berbeda dengan Ryouichi. Aku akan memperlakukan orang seperti kalian dengan sedikit lebih lembut" ucap Kapten Saito dengan senyum mengerikan.

"TIDAK!..." suara teriakan digudang itu pun berlangsung berjam-jam hingga akhirnya suara teriakan itu menghilang.

Disisi lain, Ryouichi pun berhasil menenangkan Tiara. Tiara pun dibawa oleh Akari dan juga Natsumi untuk diajak mengobrol. Kolonel Ryota pun memanggil Ryouichi ke ruangannya.

"Kolonel, apa kau didalam? " ucap Ryouichi sembari mengetuk pintu.

"Masuklah" ucap Kolonel Ryota.

"Ada apa kau memanggilku? Apakah ini berkaitan dengan kejadian tadi pagi?" ucap Ryouichi.

"Ah, bukan. Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu lagi, aku memanggilmu tentang misi mu berkunjung ke markas provinsi lain." ucap Kolonel Ryota.

"Ah, kalau tentang kunjungan kami. Mungkin besok pagi kami sudah siap berangkat" ucap Ryouichi.

"Baguslah, dan oh ya ambil ini" ucap Kolonel Ryota sembari memberikan sebuah kotak kepada Ryouichi.

Ryouichi pun membuka kotak itu , dan terlihat seragam baru dari pasukan milik Ryouichi yang telah selesai dibuat.

"Pakailah, itu adalah seragam resmimu sekarang" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi pun dengan ekspresi bahagia memakai seragam itu.

"Terlihat cocok denganmu, namun nampaknya ada yang kurang" ucap Kolonel Ryota.

"Apa yang kurang Kolonel ?" ucap Ryouichi.

Kolonel Ryota pun mengambil sesuatu dari kantong baju milik Ryouichi yang tergeletak di lantai.

"Yang kurang adalah ini" ucap Kolonel Ryota sembari memasangkan lencana [Glorius Wing] milik Ryouichi ke dada kanannya.

Ryouichi pun terlihat tersenyum bahagia dan memberi hormat kepada Kolonel Ryota. Kolonel Ryota pun membalas memberi hormat kepada Ryouichi. Lalu keduanya pun tertawa bersama.

"Berikanlah seragam ini kepada anggotamu yang lain." ucap Kolonel Ryota.

"Baiklah Kolonel, terima kasih. Kalau begitu aku pergi dulu" ucap Ryouichi yang melangkah pergi dari ruangan Kolonel sembari membawa kotak yang diberikan oleh Kolonel Ryota.

"Tunggu sebentar Ryouichi" ucap Kolonel Ryota.

"Ada apa, Kolonel ? apakah ada hal yang kau lupakan lagi ? " ucap Ryouichi.

"Kau nampaknya berbakat menyiksa orang, apakah kau mau menjadi bagian dari tim interogasi?" ucap Kolonel Ryota.

"Jangan bercanda seperti itu Kolonel. Aku menolak tawaran itu, kalau begitu aku pergi dulu" ucap Ryouichi sembari meninggalkan ruangan Kolonel Ryota.

Ryouichi pun bertemu dengan anggotanya yang lain di taman.

"Ketua, apakah Kolonel memarahimu?" ucap Enzo khawatir.

"Ah, tidak. Kolonel hanya memberitahuku tentang misi kunjungan kita ke markas provinsi lain" ucap Ryouichi

"Letnan Dua Ryouichi, apakah seragam yang kau pakai itu adalah seragam baru?" tanya Akari.

"Ah, ambillah kotak ini dan pakailah seragam yang ada didalam. Mulai sekarang seragam itulah yang akan menjadi seragam resmi kita" ucap Ryouichi.

Akari, Natsumi, Enzo dan juga Tiara pun memakai seragam baru mereka dan terlihat senang.

"Hmm... Terlihat cocok dengan kalian" ucap Ryouichi.

Akari, Enzo, Natsumi dan juga Tiara pun saling menatap dan mengangguk bersamaan.

"Hmm? Kenapa kalian diam seperti itu?" tanya Ryouichi.

"Sersan Natsumi, melapor kepada ketua tim"

"Kopral Akari, melapor kepada ketua tim"

"Private Enzo, melapor kepada ketua tim"

"Private Tiara, melapor kepada ketua tim"

Natsumi, Akari, Enzo serta Tiara secara serentak memberi hormat kepada Ryouichi. Ryouichi pun membalas dengan memberi hormat juga kepada mereka.

"Baiklah, mari kita beristirahat untuk perjalanan besok." ucap Ryouichi.

"Baik!" ucap yang lain serentak.

Ryouichi dan yang lainnya pun beristirahat. Hari pun berganti, dimana pasukan Ryouichi bersiap untuk bepergian ke markas provinsi selatan.

"Ryouichi, kau bisa memakai mobil jeep ini untuk bepergian kesana" ucap Kolonel Ryota yang mengantarkan kepergian Ryouichi.

"Apa kau yakin memberiku mobil jeep ini Kolonel?" tanya Ryouichi.

"Ambillah, lagipula anggap saja ini hadiahku kepadamu atas pembentukan pasukanmu secara resmi. Dan ambillah surat tugas ini untuk berjaga-jaga jika kalian mengalami kesulitan." ucap Kolonel Ryota.

"Baiklah kalau begitu, kami berangkat dulu" ucap Ryouichi.

"Hati-hatilah dijalan, kabari saja aku jika terjadi sesuatu" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi pun masuk kedalam mobil Jeep, dan memulai perjalanan menuju markas provinsi selatan.

"Apa anda yakin tidak mau memberitahu Ryouichi tentang kondisi anda,Kolonel Ryota?" ucap Kapten Saito.

"Tidak perlu, dia tidak akan fokus kepada misinya jika aku memberitahunya tentang kondisi ku saat ini. Kekuatanku perlahan mulai melemah, sepertinya waktu yang kumiliki hanya tinggal sebentar lagi" ucap Kolonel Ryota.

" Kolonel Ryota…" ucap Kapten Saito lirih.

"Tidak perlu memasang wajah sedih seperti itu. Jika terjadi sesuatu kepadaku, aku akan serahkan markas ini padamu untuk sementara" ucap Kolonel Ryota sembari berbalik dan melangkah masuk ke gedung utama markas provinsi Timur.

Sementara itu, Ryouichi dan pasukan baru miliknya memulai perjalanan baru yang tidak akan pernah mereka duga sebelumnya.

"Menghukum mereka? Karena apa? Karena memukuli sampah seperti kalian?"

-Kolonel Ryota

Hayate_senseicreators' thoughts
Next chapter