webnovel

Pernyataan Cinta dari Dion

Tidak hanya Yura yang terkejut saat ini, tapi para kameramen yang telah mengikutinya ke kamar sejak tadi sedang berdiri di sebelahnya juga turut terkejut.

Yura memegang jaket tebalnya dan terdiam untuk waktu yang lama. Dion juga hening karena tidak bisa mengendalikan dirinya yang kini merasa sangat emosional.

"Kamu tidak mengizinkanku untuk pergi kencan buta? Kalau begitu kamu harus menikahiku," Yura menjawab dengan ringan, tapi agak bercanda.

Tapi siapa sangka bahwa kata-kata ini langsung mengakar di hati Dion. Setelah Yura mengatakan itu, dia menyesalinya, karena segera setelah itu, dia menyadari bahwa Dion mengawasinya dengan tatapan yang sangat serius. Tatapannya hangat dan mendalam, seperti bintang.

"Tidak masalah. Jika kamu mau," jawab Dion santai. Suaranya selembut sutra.

Yura sejujurnya tidak mencari seseorang yang sempurna untuk menghabiskan sisa hidupnya. Dia hanya ingin bersama seseorang yang bisa memberikannya kebahagiaan dan menjauhkannya dari rasa sakit.

Dia tahu bahwa satu-satunya orang yang mencintainya dengan tulus saat ini adalah Dion, tapi entah mengapa Yura selalu berusaha menghindari sesuatu yang bernama cinta.

Kameramen yang masih merekam interaksi antara Yura dan Dion semakin terkejut dengan jawaban yang diberikan Dion pada Yura. Dia tidak bisa menahan diri untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Ternyata rumor di media sosial itu benar adanya. Dion dan Yura tidak bisa menjalin hubungan karena Dion belum bisa mengejar cinta Yura.

Kabut yang tebal membuat ruang loteng menjadi gelap dan tidak jelas, seperti suasana hati Dion. Dia melihat sekilas ke arah kameramen dan tidak banyak bicara. Dia memberi isyarat bahwa dia kameramen itu bisa melanjutkan untuk merekam mereka karena dia tidak peduli. Bagaimanapun, semua orang tahu bahwa orang yang dia cintai adalah Yura.

Tapi orang yang dia cintai justru memilih untuk menutup matanya dan pura-pura tidak melihat perasaannya. Dion memandang Yura yang memiliki alis indah di depannya, dan berkata dengan suara dingin, "Yura, kamu tahu betul aku untuk menyukaimu."

Yura mendengar ini, matanya tidak bergerak. Dia mengepalkan tangannya dan meremas ujung celananya dengan erat.

"Apa kamu tidak takut aku tidak akan mencintaimu lagi suatu hari?" tanya Dion setelah melihat Yura yang tidak bergeming atas pernyataan cintanya. Dion sangat marah.

Ujung jari Yura tiba-tiba mengendur. Dia perlahan mengenakan jaket putih tebalnya. Dia takut jika Dion menyatakan perasaannya, tapi dia sebenarnya juga menantikannya. Yura berpikir bahwa perasaan seperti ini akan memudar seiring waktu.

Tetapi kini setelah diberikan kesempatan untuk mengulangi semuanya dan kembali ke masa lalu, ketika dia harus menghadapi pria ini lagi, ternyata rasa cinta di matanya masih sangat kuat, walaupun kini itu semua masih tertutup oleh auranya yang dingin.

Apa yang bisa membuat seseorang bertahan begitu lama untuk mencintainya? Tanya Yura di dalam benaknya.

Yura tidak mengerti, tapi bagaimanapun juga, dia tidak punya alasan untuk mempertanyakan hal seperti itu pada Dion.

Lukman mengetuk pintu Yura. Yura sadar dan sedikit tersenyum ketika melihat orang itu datang.

"Silahkan masuk," sambut Yura.

"Yura..." ucp Lukman ragu-ragu. Dia mendengar pertengkaran mereka di pintu dan segera pergi ke kamar Yura hanya untuk melihat Dion berjalan keluar dengan marah.

Lukman tahu nama Dion ketika dia melakukan perawatan psikoterapi untuk Yura. Setelah dihipnosis, seringkali ada beberapa reaksi bawah sadar dari Yura. Saat itu adalah nama Dion yang dapat menyebabkan emosi Yura berubah berkali-kali. Bagi Yura, Dion adalah cahaya, harapan, dan kompas baginya untuk menjalani hidup.

Tapi, Yura tidak berani menyentuhnya. Dia tidak ingin Dion menjadi miliknya. Siapa yang menyangka bahwa Yura, seorang gadis yang kuat dan tegas di luar, ternyata memiliki hati yang rumit.

Tampaknya ini menjadi masalah umum dari banyak orang hebat. Mereka memiliki prestasi tinggi dalam satu aspek, tetapi di sisi lain, mereka memiliki kehidupan yang runyam.

Namun, untuk Yura, dia bisa mengubah semua tekanan dan masalah hidupnya menjadi motivasi untuk bekerja lebih keras.

Untuk sesaat, Lukman mengerti apa yang pernah dikatakan gurunya bahwa lingkungan yang keras akan melatih seseorang untuk menjadi lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi kehidupan. Karena setelah melalui kesulitan itu barulah seseorang akan menjadi lebih luar biasa.

Yura melambaikan tangannya untuk menghentikan Lukman yang ingin membujuknya. Dia tahu apa yang akan Lukman katakan. Lukman sangat mengetahui Yura. Sebagai psikiater yang merawatnya, dia secara alami tahu kondisi hati Yura.

Lukman sedikit bingung. Dia tahu Yura akan menolak, tapi dia masih ingin membujuknya.

___

Di dalam gedung perusahaan Keluarga Gunawan.

Sandra bergegas menandatangani dokumen-dokumen terkait kontrak transfer satu demi satu. Tampak matanya sedikit merah setelah bekerja lembur. Kadang-kadang, sekretaris datang untuk melapor kepadanya tentang Yura dan Dion, tetapi akuntan lebih sering datang untuk membawa dokumen untuk ditandatangani olehnya.

"Persetujuan telah diberikan," kata seorang akuntan sambil memasukkan semua kontrak dan materi dari penasihat hukum ke dalam tas arsip, dan menghela nafas lega.

Perpindahan aset perusahaan akan diselesaikan dalam waktu seminggu. Ini sama stresnya dengan menyusun strategi perang.

"Sudahkah kamu membereskan aset yang ada di sana?" Sandra menggosok alisnya, matanya yang kering membuatnya sedikit tidak nyaman.

"Sudah diserahkan ke departemen terkait. Rekeningnya sangat jelas. Ini harus segera disetujui," kata seorang akuntan menjawab pertanyaan Sandra.

"Oke, tolong panggil kepala departemen marketing untukku. Terima kasih," perintah Sandra.

Kepala departemen marketing bergegas masuk ke ruangan Sandra dengan cemas. Sandra mengetuk meja dan berkata sederhana, "Tolong informasikan pada media bahwa perusahaan ini secara resmi mengganti presidennya menjadi aku, Sandra, dan presiden yang sebelumnya, yaitu Dion, sudah memutuskan untuk mundur."

Kepala departemen marketing keluar dari kantor dan bergumam, "Jika seperti ini semua ini akan segera berubah."

Di tempat yang berbeda, terlihat perusahaan Marissa yang damai. Dia sedang menyaksikan episode kedua acara yang dibintangi oleh Yura dan Dion. Sambil mengerutkan kening, Marissa memutar ulang interaksi antara Yura dan Dion yang terekam dalam acara itu. Dia mengepalkan tangannya menahan rasa cemburu sepanjang acara itu karena melihat kedekatan antara Yura dan Dion.

"Perusahaan Keluarga Gunawan telah mengganti presidennya, dan urusan tentang perusahaan luar negeri juga telah diberikan kepada orang lain," kata sekretaris sembari meletakkan berita keuangan baru-baru ini di meja Marissa dan memberikan gambaran singkat.

"Orang gila," Marissa melontarkan dua kata ini dengan ringan.

"Siapkan seseorang untuk menjemput Yura sekarang juga," lanjut Marissa. Setelah melontarkan kata-kata ini, sekretaris itu lalu melangkah keluar dari kantor dan segera melaksanakan perintah dari atasannya itu.

Acara variety show yang dibintangi Yura masih melakukan proses syuting hari ini. Setelah dua hari berturut-turut hujan gerimis mengguyur lokasi syuting, tidak ada niat untuk berhenti hari ini, bahkan mungkin mereka akan menghabiskan semakin banyak waktu untuk pengambilan gambar.

Setelah melakukan syuting di dalam ruangan, para kru dan artis mulai istirahat. Yura mengerutkan kening saat dia melihat-lihat berita politik dan keuangan di koran hari ini.

Dia menatap Dion yang tampak sedikit lelah. Dion mengenakan kaos tebal berwarna putih dan celana panjang abu-abu hari ini. Saat ini dia sedang bersandar di dekat perapian di ruang tamu, dan bermain-main dengan Aldo dan Raka, seolah-olah dia tidak peduli sama sekali dengan dunia keuangan dan perusahaannya sama sekali.

Next chapter