webnovel

Sembilan Belas.

"Saya bangun kesiangan." Iwata yang baru datang menguap begitu lebar.

"Sepertinya masih ada yang lebih kesiangan," Huda berkata setelah melihat Ken berjalan ke arah mereka.

"Anak baru itu berpenampilan seperti itu lagi," Haikal menanggapi. "Seperti hari pertama bergabung di Tim Khusus," tambahnya sembari merapikan bagian rambutnya yang tidak terikat.

"Jangan-jangan dia juga hanya cuci muka sama seperti waktu itu." Huda berbicara dengan suara rendah karena jarak Ken sudah semakin dekat.

"Selain penampilannya yang masih sama, kali ini rambutnya basah merata. Aku yakin dia mandi." Iwata ikut menanggapi. "Eh, kenapa meja saya mendadak rapi?" Iwata memerhatikan tiga meja yang lainnya juga sama rapinya.

"Komandan Hamzah. Beliau datang paling pagi. Katanya matanya sakit melihat meja-meja berantakan jadi beliau rapikan." Haikal yang melihat secara langsung saat ketua timnya bersih-bersih membuat kesaksian. "Katanya, bagaimana kalian bisa kerja kalau meja begitu berantakan," tambah Haikal meniru cara bicara Ketua tim.

"Lah, bukannya karena kita kerja makanya meja berantakan." Huda tidak mengerti logika Ketua tim. "Perfeksionis, maniak kebersihan. Komandan pasti golongan darah A."

"Saya juga golongan darah A tapi bukan maniak kebersihan," Iwata menunjuk dirinya.

"Saya juga A." Haikal juga

"Kamu juga A? Sejak kapan?" Iwata tiba-tiba merasa tidak terima disama-samakan.

"Memangnya kenapa?" Haikal menantang. "Saya juga tahu Huda golongan darah O, si anak baru B. Sebagian besar golongan darah orang-orang di kantor ini juga saya tahu," tambahnya bangga.

"Jangan bilang kamu percaya karakteristik berdasarkan golongan darah," Iwata menebak.

"Saya bilang tahu golongan darah mereka, bukan berarti saya percaya karakteristik berdasarkan golongan darah!" bantah Haikal.

"Mana mungkin kamu tahu kalau kamu tidak percaya. Kecuali kamu mengintip profil orang-orang di databes," tuduh Iwata, Haikal membantah.

"Pak, saya mau bicara!" Ken yang hanya diam saja sejak datang berkata pada Huda.

"Hah!!" Huda tiba-tiba berseru. "Saya lupa bilang kalau saya sudah tahu kesamaan ketiga korban di kasus yang kita selidiki."

Setelah ketua tim kembali, Tim Khusus kemudian mengadakan rapat. Hanya mereka berlima. Pembahasan spesifik mengenai temuan Huda mengenai kesamaan yang dimiliki korban pertama, kedua, dan ketiga. Kesamaan yang mungkin menjadi alasan kenapa mereka adalah orang-orang yang dipilih sebagai korban pembunuhan.

Dengan berhasilnya Huda menemukan kesamaan antara korban, membuka peluang baru keberhasilan penyelidikan setelah ditetapkannya batas waktu.

Semua anggota tim menjadi lebih bersemangat dibanding sebelumnya.

Huda memulai dengan mengutip kalimat yang pernah Ken ucapkan. "Mungkin bukan persamaan yang seperti itu. Mungkin bagian dari di masa lalu yang ada hubungan degan kejadian yang tidak disegaja."

Selain Haikal, ternyata Huda juga mulai terkontaminasi demam tiba-tiba teringat kalimat-kalimat yang pernah Ken ucapkan. Kalimat yang membuatnya seolah diberi petunjuk.

Sebelumnya Huda sudah memikirkan kata kecelakaan lalu lintas berkali-kali dalam benaknya. Kenapa korbannya dibunuh dengan menggunakan cara yang seperti kecelakaan lalu lintas? Kenapa tidak langsung dibunuh saat disekap? Kenapa kecelakaan lalu lintas??

Huda juga sudah memeriksa mengenai daftar kecelakaan lalu lintas yang mungkin melibatkan korban pertama: Tri Agus, dan korban kedua: Aditya Zainuddin secara bersamaan, tapi data itu tidak ia temukan. Aditya pernah, Tri Agus bersih.

Tapi, munculkan korban ketiga membuat pencarian Huda lebih mudah. Data yang Huda temukan mengenai kecelakaan lalu lintas yang menyebutkan nama Aditya, juga menyebutkan nama korban ketiga, Fahri Syahreza. Kecelakaan lalu lintas di bulan November dua tahun lalu.

"Kecelakaan lalu lintas bulan November dua tahun lalu?" Ketua tim mengulang.

Huda mengangguk "Kecelakaan yang diakibatkan ulah beberapa pelajar remaja yang trek-trekan di jalan."

Setiap minggu malam senin, mulai dari pukul 23.50 sepanjang jalan di daerah Ahmad Yani digunakan beberapa anak remaja yang suka balapan liar, sebagai area adu balap. Pada malam-malam itu, saat tengah malam, sepanjang jalan Ahmad Yani memang sepi.

Meski polisi lalu lintas sering membubarkan dan merazia sepanjang jalan agar tidak digunakan lagi sebagai area balapan liar, para remaja yang tidak memiliki pilihan tempat lain selalu datang dan datang lagi di malam-malam selanjutnya.

Malam di akhir bulan November terjadi sebuah kecelakaan yang menewaskan 3 orang dan 2 orang luka serius. Korbannya adalah seorang ibu, Nur Hasanah (meninggal) dan anak perempuannya yang berumur 7 tahun, Aeni (meninggal). Seorang pemuda berumur 27 tahun, David (luka). Seorang tunawisma (meninggal), dan Anggun seorang gadis 12 tahun (luka).

Seseorang yang bertugas mensterilkan jalan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Akibatnya sebuah mobil yang diisi ibu dan anak memasuki jalan, disusul seorang pemuda pengendara motor.

Tiba-tiba melihat beberapa motor melaju ke arahnya, membuat panik. Pengendara mobil diisi oleh ibu dan anak. Anak perempuannya sedang tertidur pulas di kursi belakang. Tidak bisa menepi atau menginjak rem karena terlambat mengambil pilihan, akhirnya si ibu membanting stir. Mobil yang hilang keseimbangan kemudian terbalik.

Mobil yang terplanting, masuk ke trotoar, mengenai seorang gadis yang terlambat melarikan diri, juga mengenai seorang tunawisma yang tidur di depan emperan toko.

Pengemudi motor yang berada di belakang mobil menabrak trotoar dan terlempar sejauh 2 km.

Huda membagikan data korban meninggal dan luka.

Setelah semua orang selesai membaca dan tidak ada yang mengajukan pertanyaan, Huda kembali melanjutkan penjelasannya.

Tidak ditemukan di mana pun nama dan wajah korban pertama Tri Agus sebagai salah satu dari kelompok remaja yang suka melakukan balap liar dalam daftar yang diarsipkan di kantor satuan Lalu lintas. Hal itu menyulitkan pencarian Huda karena dari awal Tri Agus dan para remaja yang melakukan balap lliar tidak saling mengenal.

Tapi tidak menemukan data apa pun keterlibatan Tri Agus pada kecelakaan dalam arsip, membuatnya menjelajahi setiap artikel online yang yang memuat berita mengenai kecelakan itu.

Masih tidak menemukan apa pun, Huda melakukan pencarian di Youtube dan... berhasil!

Sebuah kamera yang dipasang, yang tidak sengaja merekam kecelakaan itu, diunggah di halaman Youtube. Huda menangkap gambar sebuah motor di sisi lain jalan, kemudian memperbesar KT, dan memeriksa nama pemiliknya. Tri Agus.

Tri Agus duduk di atas motornya yang sedang menepi karena menerima telepon. Wajahnya tidak bisa di kenali karena tidak melepas helmnya. Tri Agus berhenti tidak lama setelah melihat kecelakaan malam itu, kemudian hanya berlalu dengan menaikkan kecepatan motornya. Mengabaikan para korban kecelakaan yang sekarat.

Selama satu menit ruangan menghening.

Huda telah selesai menyampaikan semua hal yang ditemukannya saat melakaukan pencarian. Tidak ada hal yang ia kurangi dan sembunyikan. Inilah sebenar-benarnya kejadian yang besar kemungkinannya melatarbelakangi pembunuhan yang sedang Tim Khusus tangani.

"Kita mulai penyelidikan dengan memfokuskan kecelakaan yang terjadi dua tahun lalu." Ketua tim menjadi yang pertama kali berbicara. "Tim akan dibagi dua. Iwata dan Huda bertugas memeriksa keluarga korban kecelakaan. Sementara Haikal dan Ken mencari tahu siapa saja anak-anak yang ikut balapan liar malam itu. Jika kejahatan pelaku masih berlanjut, akan ada korban selanjutnya. Jadi kita harus bergerak cepat."

"Siap!" jawab semuanya serempak dan tegas.

"Maaf, boleh saya bertukar posisi dengan tim yang bertugas menyelidiki keluarga korban kecelakaan?" Ken mengintrupsi sebelum semua orang bubar.

"Kenapa?" Ketua tim bertanya singkat.

Ken menggeleng "Hanya... saya memiliki firasat buruk."

Firasat buruk.

Iwata, Haikal, dan Huda saling melempar pandangan. Lagi-lagi Ken mengeluarkan semua hal yang ada di kepalanya tanpa berpikir.

Ketua tim berpikir sesaat sebelum memutuskan. Ia tidak berencana mengajukan pertanyaan lebih banyak lagi. Selain membuang waktu, ia yakin Ken tidak memiliki dalil apa pun.

"Kalau begitu Huda, kamu satu tim dengan Haikal dan Ken dengan Iwata."

Huda tidak berencana memprotes, "Siap!"

"Komandan!" Kali ini Iwata yang mengintrupsi sebelum semua orang bubar untuk melaksanakan tugas yang sudah dibagikan. "Bagaimana hasil lab. foto kasus kecelakaan berantai yang dikirim untuk Tim Khusus?"

"Ah, itu." Ketua tim memberikan sebuah amlop coklat yang sudah terbuka pada Iwata. Amplop yang ada ditumpukan paling atas dari berbagai macam berkas di mejanya.

Haikal, Huda, dan Ken merapati Iwata untuk ikut melihat hasil identifikasi laboratorium forensik yang tertulis di atas kertas.

"Resolusi gambarnya terlalu bagus untuk diambil dengan kamera ponsel jadi sudah jelas itu menggunakan kamera fotografi. Tidak ada sidik jari karena pengirimnya menyentuh foto menggunakan sarung tangan." Ketua tim menjelaskan dengan bahasanya. "Tapi ada berbagai macam bercak serbuk tinta yang berasal dari sarung tangan yang menempel di foto. Tinta-tinta yang diidentifikasi biasanya digunakan di sebuah percetakan."

"Percetakan?"

"Tim lain sudah ditugaskan untuk menyelidiki hal ini. Jadi kalian jangan khawatir, fokus saja dengan tugas kalian!" Ketua tim merapikan mejanya, bersiap mengakhiri rapat pagi ini. "Kalau tidak ada pertanyaan lagi kita akan mulai penyelidikan."

Setelah membubarkan anggotanya, Ketua tim juga bersiap ke luar. Ia akan mendatangi satuan lalu lintas yang bertanggung jawab menangani kecelakaan dua tahun lalu untuk mengumpulkan informasi.

***

Next chapter