webnovel

Bagian 14

Huupphh...

Kulihat Dimas menarik nafas panjang dan membuang nya secara perlahan, mencoba untuk menjelaskan kepadaku.

"Pulau ini memang dihuni makhluk jadi-jadian itu. Dulu memang pernah ada beberapa orang melakukan penelitian dipulau ini tapi mereka lenyap tak kembali. Sebab itulah pulau ini tak dijadikan tempat wisata, mereka menganggap pulau ini angker dan dihuni iblis."

"Lalu, kamu kenapa bisa tinggal disini?"

"Aku..., dengan wajah yang sedikit sedih, aku mengasingkan diri dari kehidupan kota."

"Kenapa?"

"Aku punya masa lalu yang cukup tragis, hingga aku tak sanggup untuk menerima nya, akhirnya ku putuskan untuk tinggal disini, Maaf, aku belum bisa cerita tentang masa lalu ku. Lain waktu aku akan menceritakan nya padamu," ucap Dimas sambil menunduk sedih.

"Baik lah, apakah mereka bisa dikalahkan?"

"Untuk mengalahkan mereka mungkin cukup sulit, karna kawanan mereka cukup banyak."

"Sebenarnya apa yang mereka incar? Apakah mereka memakan daging manusia juga?"

"Aku tidak tau karna aku tak pernah melihat nya secara langsung, mungkin saja iya kalau mereka kelaparan. Mereka makhluk penghisap darah, tidak hanya manusia, binatang pun jadi sasaran nya."

"Owhh..., pantas didalam hutan yang luas ini aku tidak pernah mendengar suara binatang buas. Lalu bagai mana dengan nasib teman-temanku? apakah mereka bisa diselamatkan? ataukah mereka sudah...?" kata-kata ku terhenti, bulir-bulir bening pun mengalir dipipiku. Aku tak kuasa menahan tangisku.

Dimas mendekati ku dan memelukku erat, kutumpahkan semua kesedihaku, ku pendam wajahku di dada nya.

"Sabar lah Tiara, berdoa yang terbaik untuk teman-temanmu."

Setelah cukup tenang, akupun melepaskan pelukannya.

"Terimakasih Dim, baju mu jadi basah gara-gara air mataku."

"Ahh tidak apa-apa, sejak kapan teman mu menghilang Tiara?"

"Kemarin Dim, satu lagi tadi sebelum kamu menolongku."

"Sepertinya mereka masih hidup."

Deg... "Apa itu benar Dim?"

Aku merasa harpan itu mulai kembali, semangat untuk menyelamatkan teman-temanku mulai berkobar dalam diriku Bagai malam yang kembali menemukan cahaya sang rembulan nya.

"Iya aku yakin, tapi aku tak tahu apakah mereka bisa bertahan atau tidak."

"Maksud mu?"

Makhluk itu selalu menyiksa korban-korban manusia, mereka menggores bagian tubuh korban menggunakan bambu runcing sampai mengeluarkan darah segar dan mereka melahap, menjilat, darah-darah yang keluar itu dengan mulut mereka. Mereka bisa menghisap darah korban nya sampai tak bersisa, sampai mereka mati kehabisan darah. Karena aku pernah melihat korbannya yang terdahulu dan darah mu?' mereka menginginkan nya, karena leluhur nya bilang, siapa yang mendapatkan darah suci dari orang yang memiliki kelebihan sepertimu, maka mereka akan menjadi orang yang terkuat dan yang lain harus tunduk padanya."

"Astagfirullah," aku bergidik ngeri mendengar semua itu, aku membayangkan semua itu terjadi pada teman-temanku. Tuhan..., lindungilah mereka, semoga aku bisa menyelamatkannya, ucapku dalam hati.

"Jadi mereka sekarang mengincarku?"

"Iya, kamu sekarang harus waspada dan lebih hati-hati lagi, Mereka juga bisa muncul di siang hari."

"Iya Dim.m, terimakasih sudah mengingatkan ku, bagaimana aku menemukan mereka dan dimana mereka menyembunyikan teman-teman ku?"

"Kamu yakin ingin kesana?"

"Aku yakin Dim, aku tidak mau menyesal karena apa yang telah menimpa teman-temanku, hanya aku yang bisa menyelamatkan mereka."

"Baiklah kalau begitu, kamu lurus saja kearah barat hutan ini, kamu akan melewati semak-semak dan sedikit rawa, lalu pohon-pohon yang tinggi menjulang. Cari lah pohon yang batang nya paling besar, dibalik pohon itulah tempat persembunyian mereka. Mereka juga takut air, jadi aman bagi kalian berada ditepi pantai."

Aku sangat-sangat terbantu atas semua penjelasan dari Dimas, aku sangat-sangat berterima kasih padanya.

Seberkas cahaya terang mulai terlihat dibalik daun-daun pepohonan, menandakan kalau pagi akan segera menjelang. Udara sejuk menusuk hidung ku, tapi tidak pada hatiku yang saat ini terasa sangat hancur membayangkan nasib teman-teman ku sekarang.

"Aku pamit dulu Dim, teman-temanku di tenda pasti sangat khawatir dengan keadaanku."

"Baiklah..., hati-hati, semoga kamu selalu diberi keselamatan," Dimas pun tersenyum.

Aku berjalan perlahan menyusuri hutan rimbun yang mulai terlihat, diterangi pancaran cahaya pagi ini.

Next chapter