webnovel

Memorist

Author: triaaaaa
Sci-fi
Ongoing · 11K Views
  • 5 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

kisah ini menyeritakan seseorang gadis yang mempunyai paras cantik dan juga dengan kepintaran diatas rata-rata. Selama hampir 17 tahun ia hidup bahagia bersama dengan neneknya, hingga suatu hal terjadi dan merubah hidupnya yang penuh warna itu.

Tags
3 tags
Chapter 1Athasya Van Dejhong

Gadis cantik itu mengerjapkan matanya berkali-kali, menyesuaikan cahaya yang masuk melalui indra penglihatannya. Ya dia adalah Athasya Van Dejhong biasa dipanggil Tasya, tetapi orang-orang terdekatnya memanggil dia dengan sebutan Aca. Tasya sejak kecil tinggal bersama dengan neneknya, hanya berdua tanpa ayah ataupun ibunya. Tapi Tasya bahagia, ia tak merasa kekurangan kasih sayang karena bagi Tasya neneknya ini sudah lebih dari segalanya yang selalu bisa menjadi ibu, ayah, bahkan sahabatnya.

Tasya tumbuh menjadi gadis yang mandiri, cantik dan pintar. Saat ini ia berada dikelas XII di salah satu sekolah yang ada didaerahnya. SMA Pelita, sekolah swasta yang biasa-biasa saja. Memang sekolah itu bukanlah sekolah elit ataupun favorit, tapi Tasya sudah sangat bahagia bisa sekolah disana di tambah ia dan neneknya tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya sekolahnya. Karena Tasya merupakan salah satu siswa yang berprestasi dan untuk itu ia mendapatkan beasiswa untuk sekolah disana. Walaupun cantik dan pintar tetapi Tasya tidak mempunyai banyak teman disekolahnya. Hal itu dikarenakan kondisi keluarga Tasya dan penampilan Tasya yang sangat mencerminkan seorang kutu buku.

Di sinilah Tasya sekarang, berdiri diantara murid-murid berseragam lengkap yang sedang mengikuti upacara bendera, Tasya berada di barisan paling depan bersama dengan Marianne. Marianne adalah salah satu siswa yang cukup populer disekolah karena kecantikannya dan juga pastinya karena orang tuanya adalah salah satu donatur disana. Tasya di hukum karena telat masuk sekolah, padahal biasanya Tasya sudah berangkat dari rumahnya pukul 06.20 dan sampai di sekolah pukul 06.40. Tapi hari ini karena satu dan lain hal Tasya menjadi telat untuk datang ke sekolah dan berakhir ia dihukum seperti itu.

Tasya berangkat ke sekolah dengan bersepeda, selain karena jarak antara rumah dan sekolahnya tidaklah terlalu jauh. Tasya juga ingin menghemat pengeluarannya, dia tidak mau terlalu membebani sang nenek jika masih harus memberikannya uang lebih untuk naik angkutan umum. Lagipula tidak ada salahnya dengan naik sepeda, itu membuatnya lebih sehat karena bisa olahraga tanpa berasa olahraga.Ia hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai ke sekolah dengan sepeda tuanya. Sepeda Tasya ini memanglah sepeda tua, ini pemberian neneknya saat ia masuk dan dapat beasiswa disekolahnya itu. Tapi Tasya sangat menyayangi sepedanya, karena sepeda itu dibeli dari hasil keringat neneknya yang bekerja.

Saat upacara telah selesai, hukuman Tasya dan Marianne belum usai. Ia masih harus membersihkan toilet lantai satu dan lantai dua karna suruhan pak Randi. Guru itu adalah guru olahraga baru di SMA Pelita, selain masih muda dan tampan, guru itu sangat ditakuti oleh murid-murid SMA Pelita, tak terkecuali oleh Tasya. Jadi mau tak mau Tasya harus melaksanakan hukumannya itu, walaupun hal ini bukan karena kesalahannya. Tetapi Tasya lebih memilih utuk diam dan menerimanya.

"Eh Atasya!" teriak Marianne kepadanya.

Tasya yang merasa namanya terpanggil merasa takut, apakah yang harus ia lakukan kali ini. Padahal sebisa mungkin Tasya selalu menghindari Marianne, tapi nyatanya kali ini alam tidak berpihak kepadanya karena ia harus mrnjalani hukuan bersama dengan Marianne tanpa sengaja. Karena Tasya tahu kalau membuat masalah dengan Marianne sama saja mencari masalah dalam hidupnya, karena sifat Marianne yang semena-mena itu.

"Ah, kenapa juga aku harus dihukum sama Marianne sih" pikir Tasya.

"Lo bersihin toilet di lantai satu ama dua gih! Males gua, awas aja lo nolak, bakal gua copotin ban sepeda lo! Kalo bukan karena si Randi yang nyuruh mah gua kaga mau dah. Dan satu lagi, sampe lo berani laporin gua ke si Randi abis lo ama gua!!!" ucap Marianne seenaknya sendiri.

Tasya pun hanya mengangguk mengiyakan apa yang Marianne ucapkan, menurutnya akan lebih baik jika ia sendiri yang menjalankan hukuman itu daripada harus menjalaninya bersama dengan Marianne.

Hampir 1 jam Tasya membersihkan toilet itu sendiri, hingga tanpa ia sadari pak Rendi sudah ada dibelakangnya.

"Atasya!" panggil pak Rendi kepada Tasya tiba-tiba membuat Tasya harus mengelus dadanya karena kaget.

"Iya, pak. Kenapa?" tanya Tasya sopan.

"Kenapa kamu sendiri? Mana Marianne?" tanya pak Rendi menatap Tasya tajam.

"Tadi Marianne tiba-tiba sakit perut pak, makanya saya suruh dia buat istirahat saja biar saya yang mengerjakan ini sendiri" jelas Tasya yang terpaksa berbohong demi Marianne. Ia masih ingat akan ancaman Marianne tadi, ia tidak mau jika sepeda kesayangannya itu harus dirusak gara-gara hal sepele seperti ini.

"Apa hak kamu untuk memutuskan itu?" ucap pak Rendi.

"Maksudnya pak?" tanya Tasya tidak mengerti akan apa yang diucapkan oleh guru olahraganya itu.

"Sudahlah lupakan saja!" ujar pak Rendi yang kemudian langsung pergi meninggalkan Tasya sendiri.

Melihat sikap dan perilaku pak Rendi barusan membuat Tasya bingung. Ia benar-benar tidak paham akan guru barunya itu. Sebenarnya sejak awal kedatangannya disekolah ini sudah cukup membuat seorang Atasya Van Dejhong tertarik kepadanya. Tampan, pintar, tinggi, dan semua yang ada ditubuhnya seolah memang tercipta sangat sempurna. Tapi Tasya ingat akan siapa dirinya, dan ia pun tahu kalau dirinya tidaklah secantik ataupun sekaya Marianne. Maka dari itu, Tasya selalu menepis perasaannya kepada pak Rendi. Hampir selama 17 tahun dalam hidupnya, Tasya belum pernah sama sekali memiliki seorang kekasih. Karena mereka tentu saja tidak pernah tertarik dengan penampilan Tasya yang sangat kampungan itu. Bagaimana tidak, Tasya jika berada disekolah selalu mengikat 2 rambut panjangnya dan tak lupa juga kaca mata yang terlihat sangat kuno dan tidak fasionable sekali. Sebenarnya neneknya selalu berkata kalau Tasya sangatlah cantik tapi Tasya tidak mempercayai itu karena buktinya dengan penampilannya tidak ada seorang pun laki-laki yang mau dekat dengannya. Untung saja Tasya masih mempunyai seorang teman yang sangat mengerti dirinya, Vallerie. Walaupun berbeda kelas setidaknya mereka masih berada disatu sekolah yang sama.

"Akhirnya selesai juga" ucap Tasya meneliti toilet yang ia bersihkan itu, ia tersenyum senang karena itu artinya ia bisa segera masuk kelasnya untuk mengikuti pelajaran.

Bagi Tasya membersihkan toilet seperti itu tidaklah berat sama sekali, karena selama ini ia selalu membantu neneknya untuk bekerja. Ya walaupun ia harus sering dimarahi oleh sang nenek. Setelah memastikan kalau toilet itu benar-benar bersih, barulah Tasya keluar dan berjalan kearah kelasnya.

Namun, saat berada dikelas Tasya heran karena tidak ada guru yang mengajar disana. Terlebih lagi teman-temannya sekarang sedang melakukan hal-hal yang diluar pikirannya. Bagaimana tidak, didalam kelasnya itu ada beberapa siswi perempuan yang sedang sibuk dengan make upnya dan beberapa siswa laki=laki merokok dikelas. Tapi Tasya tidak memperdulikan hal itu, karena bagi Tasya ia berada disekolah bukanlah untuk main-main. Ia pun kemudian berjalan kearah tempat duduknya dan mulai membuka buku pelajarannya, namun tiba-tiba saja saat ia sedang duduk ada seseorang yang menyiramkan segelas juice diatas kepalanya.

BYURRRR

"Apa-apaan sih kamu,,,,,,,

.

.

.

.

You May Also Like

Me And Psikopat Boy [DEATH]

Avellyn Deidenbell, seorang wanita berumur 23 tahun. Anak dari pemimpin organisasi aliran sesat, Sixcross. Malam setelah pemujaan di ruang bawah tanah, Avellyn melarikan diri dari kejaran anak buah ayahnya. Kedua sahabatnya dibunuh, bahkan nyawanya juga terancam. Avellyn yang lari tanpa arah dan tujuan akhirnya masuk ke The Venetian, sebuah kasino besar dan ternama di Las Vegas. Wanita itu menyembunyikan dirinya di salah satu kamar, tanpa sengaja bertemu dengan Xavier, pria pemilik The Venetian. Xavier dengan senang hati menolong Avellyn, dia menyukai wanita itu dan menganggapnya seperti boneka baru. Keadaan Avellyn yang saat itu terluka parah membuatnya mau tak mau menerima bantuan Xavier. Avellyn dibawa ke mansion milik Xavier, dikenalkan kepada wanita-wanita lain yang tinggal di tempat itu. Avellyn yang sudah menjadi budak kesayangan Xavier mulai berulah, dia membunuh Jhon, salah satu mafioso Mafia Roulette dengan sadis. Sejak saat itu, Xavier mulai membenci Avellyn. Pria itu memberikan tugas kepada Avellyn, mengirim wanita itu ke Texas. Misi yang Avellyn dan Rose jalankan berhasil, mereka membunuh seorang pria yang menjadi incaran Mafia Roulette. Keduanya kembali, tetapi Avellyn terlihat aneh. Wanita itu memegang kepalanya dan mendengar bisikan-bisikan ayahnya. Chip 666, salah satu teknologi dunia yang sangat mengerikan tertanam di tubuh Avellyn. Bukan hanya satu atau dua chip, tetapi ada delapan buah chip. Chip itu tak bisa dilepas, dan Nero menjadi kalut akan hal itu. Avellyn selama ini dikendalikan oleh ayahnya, Avellyn juga sudah menjadi eksperimen Tuan Bill sejak berumur satu tahun. Merasa tak sanggup menangani Avellyn sendiri, Nero segera menghubungi dua orang sahabatnya. Ia mengundang keduanya ke Amerika. Yishuka Nanami dan Kim Chaeri, dua orang gila yang Nero jadikan sahabat sejak remaja. Setelah mendapatkan kabar dari Nero, Chaeri dan Yishuka segera menemui sahabat mereka itu. Mereka tentu saja datang dengan cepat dan tak sabar melihat Avellyn, wadah chip 666 pertama di dunia. Chaeri dan Yishuka mulai membantu Nero, mereka berusaha membebaskan Avellyn dari chip itu dan melawan kehendak Tuan Bill. Selama Avellyn menjalani pengobatan, sudah puluhan kali Mansion Nero mendapat serangan dari Sixcross dan Salvador. Mereka menginginkan Avellyn, dan membuat masalah baru. Namun, masalah kembali menghampiri, Avellyn harus dibawa ke Jepang dan menjalani pemulihan yang lebih baik lagi. Chaeri dan White sepakat akan hal itu, sedangkan Xavier juga memberi izin asal Avellyn segera kembali dalam waktu satu tahun. Tetapi naas, setelah Avellyn kembali Rose sudah tidak ada di Mansion milik Xavier. Avellyn akhirnya kembali dan menjadi budak yang baik. Ia masih mencintai Xavier, dan selalu melayani pria itu dengan baik. Entah itu siang maupun malam, Avellyn selalu melakukan banyak hal untuk sang tuan. Hubungan Avellyn dan Eve juga baik-baik saja, mereka berteman dengan baik dan terbuka kepada satu dan yang lainnya. Tiga tahun di lalui dengan ketenangan, tetapi lagi dan lagi masalah datang. Avellyn dinyatakan hamil dan itu adalah anak Xavier, ia begitu senang tetapi juga ketakutan. Nyawa Avellyn kembali dipertaruhkan, Xavier begitu marah dan menyiksa Avellyn. Pria itu tak menerima kabar kehamilan Avellyn, dia memberi dua pilihan kepada wanita itu. Mati, atau menggugurkan kandungan dan tetap hidup dengan baik. Avellyn yang selamat akhirnya menikahi Ken, sedangkan Xavier terus mencari Avellyn, berambisi untuk membunuh wanita itu dengan tangannya sendiri. Avellyn mengganti namanya menjadi Liliana, seorang putri bangsawan dari Inggris yang menikah dengan pangeran Ken. Ia hidup tenang disana, melahirkan anaknya, dan menghapus bayangan Xavier dengan sempurna. Walaupun berat, tetapi Avellyn berhasil. Ken juga dengan senang hati menerima wanita itu beserta kedua anak yang ada di kandungan Avellyn.

Kinara_Shen_Liem · Sci-fi
Not enough ratings
5 Chs