webnovel

#47 3 lawan 100, kamu berakhir di sini.

Saat itu hanya satu petinggi dari klompok monjali yang ada di lokasi tersebut. Yaitu riyan.

Aku melihat mereka semua bersenjata.

Banyak yang menggunakan tongkat dan ada beberapa yang menggunakan senjata tajam.

Vino mengucapkan kalimat yang membuat jiwa kita bergetar.

"MENANG LAH DAN HIDUPLAH"

Teriakan vino sembari menembak gas air mata ke arah krumpulan masa.

Kemudian Fiki juga melemparkan bom asap ke arah masa.

"Kau buat sibuk Riyan dan serah kan mereka semua kepada kami." Ujar ku kepada ando.

Kami pun bersiap menuju ke arah kerumpunan klompok mereka.

Saya memegang dua tongkat besi di pinggang ku dan juga kami membawa sebuah rantai.

Setelah masker terpasang aku berlari ke arah mereka.

"Jaga jarak aman dengan dk."

Ujar vino

"Ok"

"Aku kanan dan kau kiri "

Ujar Fiki.

Saat masa terganggu karena karena lontaran asap dan tembakan gas air mata .

Aku mengayunkan rantai ku sambil berlari.

Buk* buk* buk*

Suara rantai ku yang mengenai para bawahan nugroho.

Aku berfikir kalau ayunan rantai akan melindungi ku dari serangan semua arah.

Karena ranti memutar 360 Drajat membuat sebuah pertahanan dan serangan yang cukup akurat untuk menyerang seorang diri dalam sebuah grombolan.

Vino dan Fiki juga mengikuti cara ku.

Sementara itu duel pembalasan terjadi antara Ando dan Ryan.

Namun kali ini tidak tangan kosong.

Sebuah tongkat menemani mereka.

Setelah kami bertiga menjatuhkan banyak dari mereka dengan rantai.

Prokk**** seseorang berhasil menghentikan ayunan rantai ku.

Kemudian hujatan sebuah tongkat melayang ke arah ku.

Aku terkena ayunan tongkat itu.

Tes tes tes

Darah ku pun mengalir deras dari kepala ku.

Setelah rantai ku di rebut. Kedua tongkat ku ku keluarkan.

Asap masih menjadi masalah bagi mereka

Aku agak bisa bergerak bebas karna kami menggunakan masker.

Aku berlari maju dan mengayunkan tongkat ku. Ak terus bergerak agar tak terpojok dan Terkepung oleh mereka.

Terkadang maju

Terkadang melompat ke kanan dan kekiri.

Walau terkadang sebuah pukulan tak dapat ku hindari dan mengenai ku.

Saat aku melompat kebelakang

sebuah pisau melayang ke pada ku.

Aku tertusuk di bagian paha kiri ku.

Kemudian sebuah tendangan melayang ke perut ku.

Aku pun terjatuh dan terlempar cukup jauh.

Kaki ku terasa sangat sakit.

Sebuah pusau tertancap di paha kiri ku dan belum lepas.

Aku merangkak untuk menjaga jarak dari krumpunan.

Dan aku menghindari kebulan asap.

Aku ingin melepas masker ku.

Karna darah sudah membuat masker ku buram.

Vino dan Fiki juga terlempar .

Ketika mereka tersadar aku tertusuk mereka menghampiri ku.

"Masih bisa"

Ujar Fiki

"Akan ku usahakan."

Jawab ku sambil mencabut sebuah pisau yang tertancap pada ku.

Saat itu efek gas airmata dan asap sudah mulai hilang.

Aku berdiri.

Namun aku merasakan sakit sekali pada kaki kiri ku.

"Lindungi bagian belakang kami."

"Tetap lah disini jangan maju lagi."

Ujar vino

"Aku setuju."

"Kita nikmati takdir kita ini."

Ujar Fiki

Namun saat mereka memulai menyerang. Aku pun tercengang.

Aku melihat di depan ku ada sebuah masa dengan jumlah yang tidak sedikit.

Itu adalah bagian belakang dari vino dan Fiki.

"Trimakasih kawan."

"Semoga kita bisa berjumpa lagi di surga"

Ucap ku sambil melihat tajam kearah krumpulan masa yang berlari menghampiri kami.

Senyuman tanpa menoleh dan seucap katapun menjadi jawaban mereka berdua.

bersambung....

Next chapter