Sudah satu minggu setelah art tiba di dunia ini. Saat ini art sedang berlatih ilmu pedang dasar dengan keringat di seluruh tubuhnya.
Setelah 3 jam berlatih ilmu pedang dasar art merasa tubuhnya menjadi jauh lebih kuat dan merasa ilmu pedang lebih cocok untuknya daripada ilmu tinju. Sebelum tubuhnya mendingin art segera duduk untuk melakukan meditasi.
Art segera mengarahkan energi qi dan darah kedalam bukaan jantung dan menyisakan sedikit energi di tubuhnya untuk kegiatan sehari-hari. Energi di dalam bukaan jantung sudah mencapai setengah dalam satu minggu ini.
Art sedikit bingung karena menurut diary cen seharusnya butuh 100 hari untuk membuat pondasi kultivasi atau bisa dibilang 100 hari pendirian pondasi kultivasi sebelum dapat membuka bukaan jantung.
Walaupun bingung art senang karena waktu yg dibutuhkan lebih sedikit dari yg dibutuhkan. Karena semakin cepat kultivasinya semakin besar peluang art dapat bertahan hidup di sini.
Art beristirahat selama 1 jam sebelum mulai berlatih ilmu pedang dasar lagi. Tapi art tidak menggunakan tulisan ilmu pedang karena art ingin membiasakan diri dengan ilmu pedang. Art terus berlatih dan ketika lapar art mengambil daging dan memakannya. Setelah berlatih keras selama sehari penuh dengan ilmu pedang art memutuskan untuk mengistirahatkan tubuh dengan tidur.
Art bangun ketika matahari menyinari hutan. Setelah bangun art pergi keluar untuk mengambil air untuk diminum dan membasuh tubuhnya. Art bangkit dan pergi untuk menjelajah hutan di daerah tersebut.
"aku ingin makan buah, selama 1 minggu ini hanya makan daging terasa sangat kurang. Aku ingin makan buah yg manis."
Mungkin karena keberuntungan art sangat baik, setelah berjalan dalam beberapa menit art menemukan pohon dengan buah yg berwarna merah seperti darah. Pohon ini sangat aneh karena walaupun memiliki buah, pohon tersebut tidak memiliki daun sama sekali. Pohon ini hanya setinggi 2 meter dan memiliki 15 cabang dan di setiap cabang terdapat buah seukuran kepalan tangan anak-anak.
"buah apa itu?"
Art mengerakkan tangannya kearah salah satu buah di cabang dan mengambilnya. Setelah buah diambil cabang pohon tersebut langsung layu dan hancur menjadi abu. Art kaget dan tanpa sadar melompat ke belakang sambil menarik pedang di tangannya ke depan.
"apa yg terjadi? Tiba-tiba cabang itu hancur begitu saja saat aku mengambil buah itu"
Art melihat kedepannya dengan sangat waspada. Setelah 10 menit tidak ada pergerakan art bergerak ke depan sambil menjaga kewaspadaannya. Art mengayunkan pedang ke cabang buah yg lain untuk melihat apakah ada reaksi tertentu.
Buah merah darah itu jatuh ke tanah di bawah pohon dan segera cabang dari buah tersebut hancur seperti sebelumnya. Setelah melihat itu art tau bahwa buah didepannya bukan buah biasa. Dengan ragu-ragu art memakan buah di tangannya. Buah tersebut langsung larut di dalam mulutnya yg membuat art merasa nyaman dan manis disaat bersamaan.
"walaupun buah ini sangat aneh tapi rasanya sangat enak dan manis. Hummm satu lagi tidak apa-apa karena masih ada 14 tersisa."
Sebelum art bisa mengambil buah yg jatuh ketanah. Tiba-tiba art merasa tubuhnya sangat panas dan penuh energi. Tanpa berpikir lama art segera duduk dan melakukan meditasi. Art mengarahkan sedikit energi tersebut kedalam bukaan jantung dan tidak menemukan masalah sama sekali. Sehingga art mengarahkan semua energi yg didapat dari buah tersebut ke dalam bukaan jantung.
Art terus bermeditasi selama 1 jam dan merasa tinggal 1/4 energi lagi untuk memenuhi bukaan jantung. Art sangat terkejut karena satu buah dapat memenuhi sekitar 1/4 energi maka bila dia makan satu lagi bukankah energi yg dibutuhkan akan penuh. Tanpa menunggu lebih lama art segera mengambil buah yg terjatuh dan memakannya. Setelah itu perasaan yg sama terjadi dan tanpa membuang-buang waktu art langsung duduk dan bermeditasi seperti sebelumnya.
Art membuka mata dan tersenyum indah karena energi di bukaan jantung sudah penuh. Tapi art tidak langsung menerobos ke mortal ascension realm karena tempat ini tidak aman. Art mengambil buah yg tersisa di pohon tersebut dan segera kembali ke gua.