"Noraine Leone. Dia baru saja berpindah rumah dan dia merasa ada yang aneh dengan lingkungan rumah barunya. Nora dimasukkan ibunya ke sekolah yang berada di dekat dengan rumahnya. Menurut Nora sekolah tersebut sangatlah aneh, sebab murid di dalamnya merupakan, Para Makhluk Mitologi. Apa yang terjadi jika seluruh hidup tenang, aman, nan damai yang dicintai Nora tiba-tiba saja berubah drastis ketika bertemu dengan mereka. Keanehan terjadi sebagai hasil dari pertemuannya dengan seseorang yang tak pernah ia duga. "
Suara alarm menerpa telingaku di pagi buta ini, mau tak mau aku tetap harus terbangun setelah mendengar suara dari alarm digital tersebut yang terletak tepat di sebelah tempat tidurku. Jam tengah menunjukan pukul empat dini hari. Sudah menjadi kebiasaan ku untuk bangun di pagi-pagi buta seperti ini agar bisa menikmati hawa pagi hari yang menyejukkan
Dan lagi pula, hari ini aku dan keluargaku akan segera pindah rumah. Pikiranku yang terus terbayang akan hal tersebut lama-lama membuatku semakin penasaran akan bagaimana bentuk rumah baruku itu nanti, dan tanpa pikir panjang aku pun bangun untuk merapikan kamar dan sekedar berkeliling komplek sambil menikmati udara segar.
=====
"Nora ini makananmu," panggil ibu kepadaku.
"Iya Ibu, tunggu sebentar," sahutku. Setelah kembali dari kegiatan pagi ku dan mendapati ibu dan adik perempuanku tengah melakukan kegiatan mereka juga. Aku melirik sekejap ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 6 pagi.
"Ibu hari ini kita pindah rumah ya?" tanya adikku bernama Lona. Aku sedikit menegurnya karena ia berbicara dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Iya dek, kenapa kamu udah gak sabaran ya pengen lihat rumahnya?" goda ibuku yang tertawa menanggapi hal tersebut..
"Hehehe, Ibu tau aja deh," jawab Lona.
Setelah selesai makan aku mandi dan merapikan semua kardus barang-barangku, kemudian turun untuk membantu ibu mengepak barang.
Ibuku adalah seorang single parent, dan sejak aku lahir aku tak pernah melihat ayahku. Dulu ketika aku masih dibangku sekolah dasar, aku sering diejek karena tidak memiliki ayah, tapi aku sudah terbiasa akan hal itu.
Setelah selesai mengurus barang-barang aku dan keluargaku pun pergi ke rumah baruku. Mobil pengangkut barang mengikuti mobil yang ditumpangi aku dan ibuku dari belakang. Dan di sepanjang perjalanan, tanah berbatu terus saja menyambut mobil kami dengan sangat tidak ramah, bahkan seram sekali melihat mobil pengangkut barang yang nyari seperti hampir tergelincir dikarenakan jalan berbatuan seperti ini.
Dan tambah parahnya lagi semakin lama perjalanan, mobil ini malah terus masuk ke hutan dan semakin dalam. Setelah kuperhatikan lagi di hutan ini tidak ada pemukiman warga sama sekali, aneh sekali 'kan. Terlebih lagi suasana hutan ini begitu suram dan dingin entah apa yang sebenarnya ibu ku pikirkan hingga setuju membeli rumah di lokasi yang seperti ini.
Dan akhirnya setelah sekian lama aku pun melihat rumah besar bergaya victorian 'keren' itulah yang kupikirkan untuk mendeskripsikan rumah ini, rasanya seperti sedang berada di dalam novel atau film fantasi.
Setelah menata barang di rumah baruku, tiba-tiba saja Ibu memanggilku. "Nora kemari ibu mau berbicara sesuatu," panggil Ibuku, aku pun berjalan mendekat kearah ibu.
"Kamu bakal pindah sekolah dekat sini ya nak," pinta ibuku.
"Loh emang disini ada sekolah bu? Ini kan tengah hutan," ujarku kebingungan.
"Ada kok pokoknya kamu udah ibu daftarin di situ jadi besok ibu antar yaa..," ujar ibuku bersemangat, aku pun mengangguk pasrah.
=====
Aku mendengar suara klakson mobil Ibuku yang tengah menunggu di mobil untuk mengantarku ke sekolah.
"Hmm.." Setelah melihat kearah mejaku untuk memastikan kalau tidak ada yang ketinggalan, setelah itu aku turun menemui ibuku di mobil
"Gimana kamu suka gak seragamnya?" tanya ibuku.
Aku memperhatikan seragamku. Rok hitam dengan garis merah di bagian bawahnya, memiliki pendek lima Cm diatas lutut. Seragam putih berjas hitam, berdasi merah.
"Bagus bu," ujarku senang, karena aku menyukai warna merah yang dipadukan hitam.
"Untunglah," ucap Ibuku lega.
Setelah sampai aku pun berpamitan dengan ibuku.
"Sampai jumpa bu," ucapku berpamitan.
"Iya, tapi Ibu Kasih tau, nanti jangan kaget ya," ujar ibuku.
Aku kebingungan dan ingin bertanya apa maksud dari perkataan ibuku, tapi setelah kulirik jamku ternyata sudah 06:47.
Mataku melebar.
Oh tidak tiga menit lagi, aku segera berlari tanpa memikirkan perkataan Ibuku.
=====
Oh Tidak! Hari pertama sudah telat, aku gak nyangka banget kalau aku masih harus berjalan menaiki beribu-ribu tangga untuk sampai disini, terima Kasih atas nasib sial ku hari ini.
Aku berjalan mengikuti guru di depan ku 'Tampan tapi pucat kayak mayat' itu yang muncul di benakku ketika menatap guru didepanku.
"Oh kamu murid baru itu ya, baru hari pertama kok udah telat!" marah guru tersebut dengan nada super.
'Buset dah galak amat ini bapak' pikirku mendengar teriakannya,
"Ma-maaf pak, saya gak tau kalo ada ribuan tangga buat nyampe sekolah ini pak" mohonku dengan tegas walaupun gagap.
Guru menenangkan dirinya lalu mengantarkanku ke kelas yang akan kutempati
"Ini dia kelas mu," ucap guru tersebut.
Aku memandang sebuah pintu dan papan bertuliskan '1-1'
"Terima Kasih pak," ucapku, guru tersebut pun mengangguk lalu pergi.
Oke, aku sangat gugup sekarang. Aku menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan dan pasti, membulatkan tekad untuk membuka pintu kayu di depanku ini.
Aku mengetuk pintu kelas 1-1 tersebut. Menanti suara yang akan menjawab dari dalam ruangan ini.
"Silahkan masuk!" panggil guru dari kelas 1-1, aku memberanikan diri membuka pintu kelas tersebut dan masuk.
"Permisi," sopanku sambil sedikit menunduk guna memberi hormat kepada guru yang sedang mengajar.
"Ah kamu anak baru itu ya?" tanya guru kelas tersebut, aku mengangguk pelan. Aku akhirnya mengangkat kepala untuk melihat wajah guru tersebut, dan kudapati tonjolan aneh di kepalanya, iya sangat aneh seperti kambing.
"Anak-anak perkenalkan ini murid baru yang akan bergabung dengan kalian, silahkan perkenalkan dirimu," ucap guru tersebut, dan aku masih susah sekali untuk menarik perhatianku yang masih terpaku pada 'telinga' aneh milik guru itu. Namun, aku tetap harus memperkenalkan diri dan tidak boleh membuat teman sekelasku menunggu lama.
"Perkenalkan nama saya Noraine Leone, panggil saja Nora salam kenal," ucapku sambil membungkuk sopan di hadapan teman sekelas, aku pun mengangkat kepalaku dan mencoba melihat bagaimanakah wujud teman-teman yang akan menempuh satu tahun kedepan bersama ku ini. Dan inilah hasil yang kudapat,
Wajahku pucat pasi seketika jika ini di dalam anime maka kalian dapat melihat mulutku yang menganga hingga menyentuh lantai, sayangnya ini bukan anime jadi aku tidak akan bisa menganga sejauh itu. Yap, Aku terkejut bukan main rasanya. Seperti aku tak percaya dengan mataku sendiri, 'makhluk apa ini' itulah hal yang kupikirkan pada saat ini.
Dikelas tersebut terdapat sekitar tiga puluh murid dan anehnya dikelas itu terdapat banyak makhluk mitologi, contohnya adalah murid perempuan yang berada di depanku, dia memiliki telinga yang runcing, kemudian murid pria yang duduk di bangku paling kiri.
TUNGGU?!! itu kuda apa manusia, pria itu memiliki badan kuda dan dari pinggang ke atas berwujud tubuh manusia. Tapi aku pernah melihatnya di mana ya, ah iya centaur mereka berbadan kuda berwajah manusia.
Setelah kuperhatikan TIDAK ADA MANUSIA sekolah apa ini? Aku teringat perkataan ibu 'Jadi itu maksud dari perkataannya'.
Guru yang bernama Lois itu menyuruhku untuk duduk pada kursi paling belakang.
Di sebelah kanan kursi ku terdapat murid pria yang berkulit pucat dan bermata merah tajam 'Misterius' itu kesan pertamaku pada anak itu.
Dan di sebelah kiri kursiku terdapat pria dengan kuping serigala 'yang ini pasti werewolf' aku pun dapat mengetahui hanya dari kupingnya
"Halo, salam kenal namaku Inanna," bisik anak perempuan di depan mejaku.
"Salam kenal," balasku ramah.
"Kamu manusia ya?" tanya Inanna, aku mengangguk
"Kamu manusia pertama di sekolah ini lho, sekolah ini isinya makhluk mitologi semua" jelas panjang Inanna,
"Kenapa tidak ada manusia disini?" tanyaku.
"Itu kare-aduhh".
Inanna berhenti berbicara ketika kepalanya dihantam oleh sebuah tutup spidol.
Memegangi kepalanya kemudian mendelik kesal ke arah Bu Lois, "Salah ku apa, Bu?"
"Inanna kamu minta ibu hukum ya" ucap Bu Lois dengan senyum menakutkan bagiku sih.
"Eh iya maaf bu."
"Nanti ya pas istirahat aja," ujarnya dan kembali mendengarkan pelajaran Bu Lois.