webnovel

03. SEBUAH PERCAKAPAN

Guan International Hospital

Ruang Mawar R15 unit 2

4 pm

“ CEO,” lima orang yang terbaring diranjang memberi hormat begitu Sean memasuki ruangan.

“tidak perlu salam formal.” Sean menyapu kelima anggotanya. Mereka adalah tim investigasi keluarga Guan dibawah kepemimpinannya. Mereka adalah anggota inti yang paling cakap, cepat dan rapi dalam mencari informasi. Mereka juga memiliki bela diri yang baik dibawah latihan tim keamanan Guan. Namun seni bela diri mereka lebih menekankan pada pelarian. Tapi apa ini? Lima orang yang selalu dia banggakan kini seperti lima orang idiot.

“apa yang terjadi pada mereka?” Sean bertanya pada Philip. Kemarin Sean hanya menerima laporan Phipip bahwa lima tim nya memang terluka saat melakukan investigasi. Tapi dia tidak pernah menyangka mereka akan separah ini. Mereka terlihat seperti kepompong dengan balutan tebal entah di kaki, tangan, atau wajah mereka. Seolah mewakili setiap titik anggota tubuh mereka.

“melapor CEO. Hanz mengalami patah tulang di kaki, Bayu juga sama, Robbin memiliki tangan terkilir dengan dua jari patah, Edward memiliki luka melepuh di wajah lima persen akibat tumpahan minyak, sedangkan Vok, kami belum dapat mengetahui. Dia terus mengeluh bahwa tangan dan wajahnya sakit. Namun dokter tidak dapat menemukan keanehan ataupun luka di wajah maupun tangannya.”

Mendengar hal itu,Sean merenung sebelum bertanya, “ apa yang dilakukan Vok pada gadis itu?”

“ah itu...” Philip mulai melaporkan secara rimci kejadian. Semua berawal dari mereka yang mulai mengikuti Mio dan mencatat keseharian gadis itu. Awalnya tidak ada masalah sama sekali. Hingga minggu ke dua, keanehan mulai terjadi. Pertama, mereka tiba-tiba saja bertemu dengan geng lokal yang mengahadang mereka. Sebuah lubang yang menjebak Hanz dan Banyu, tumpahan minyak pada pembangunan pabrik yang hampir saja melumpuhkan Edward, dan yang terakhir adalah Vok. Dia tiba-tiba mengerang merasa wajahnya dan tangannya seperti dicubit dan digigit. Menurut mereka, hal itu terjadi tak lama setelah dia mengumpati gadis itu dan berniat sedikit memberi pelajaran karena merasa semua kecelakaan itu terjadi karena gadis itu sengaja.

Sean mengangguk , “ Vok melanggar etika tim investigasi. Setelah dia sembuh pastikan dia menerima hukumannya.”

“baik CEO.” Jawaban mereka terdengar bersamaan.

“kemungkinan gadis itu tahu bahwa kalian telah mengikutinya.”

“ya?” Philip memandang Sean bingung.

“dimana gadis itu saat ini? Kita tidak bisa menunda lagi. Aku akan menemui gadis itu hari ini.”

Mesti bingung dengan perintah Sean, Philip tetap melihat jadwal gadis itu yang berasal dari laporan.

“saat ini Miss Mio masih berada di rumah sakit. Satu jam lagi jadwal kerjanya akan berakhir jika tidak ada kejadian mendesak di rumah sakit.”

“kita pergi sekarang.”

“tapi CEO, bagaimana dengan pertemuan dengan keluarga William?”

Sean tercenung. Benar, dia hampir melupakan masalah ini. Kemarahan keluarga Grace masih belum teratasi. Dan Sean bahkan belum memiliki kesempatan untuk membicarakan perihal wasiat Grace. Ini sangat riskan dan kontradiksi. Grace meninggal dalam sebuah kecelakaan, namun dia meninggalkan sebuah wasiat. Apakah itu tidak akan terlihat sangat palsu? Belum lagi, Jenasah Grace masih berada di rumah sakit milik keluarga Guan. Saat ini publik hanya mengetahui bahwa dia dan Grace—yang koma, akan berada di Amerika lusa . kakeknya telah merencanakan semuanya untuk mendorong opini publik kearah yang lebih positif. Dengan hal itu, Sean tidak akan mudah untuk bergerak saat ini. Sean merenung sejenak sebelum memutuskan.

“kita akan tetap menemui gadis itu. Keluarga William akan menjadi langkah selanjutnya. Siapkan mobil baru dan jangan sampai wartawan meliput.” Saat ini dirinya telah menjadi trending dengan pernikahan akbar nya yang ditunda. Kemanapun dia pergi pada dasarnya selalu diikuti oleh satu atau dua paparazi. Karena ini adalah hal yang sangat penting, Sean tidak ingin ada lubang sekecil apapun yang membuat wartawan mencium berita tentang dirinya hari ini.

“baik CEO.”

***

Rumah sakit Columbia

Ruang konsultasi Psikiater B-29

“dok, saya merasa ada yang mengikuti saya meski saya yakin tidak ada. Suami saya mengatakan bahwa saya hanya merasa terlalu cemas. Tapi saya sungguh merasakannya...” ketika Ibu itu menceritakan keluhannya, Mio tidak melihat pada goresan keluhan yang tertuang dalam kertas ibu itu melainkan hanya melihat sosok di belakang ibu itu.

Ibu itu Lina namanya. Sebenarnya dia terlihat belum pantas dipanggil Ibu. Lina berusia dua puluh delapan tahun dan baru memiliki anak berumur dua tahun. Saat ini anaknya diasuh oleh orang tua Lina. Namun dari wajahnya, Lina lebih tampak gadis berusia dua puluh tahunan dengan perawatan yang mungkin tidak kurang dari enam digit nol. Dengan suami yang bekerja sebagai jaksa penuntut umum, jelas hal itu tidak menjadi masalah.

Mio sekali lagi melihat sosok dibelakang Lina. Ditatapnya demikian, Sosok itu balik melihatnya—lalu ia menyeringai.

“Kamu melihatku kan? Hihihi...”

Dengan wajah penuh keropeng dan tubuh kurus berdarah, seringai dan tawa hantu itu begitu membuat Mio merinding—sangat menakutkan! Untung saja Mio memiliki benteng diri cukup kuat. Itu hanya hantu dari arwah penuh dendam. Tidak kuat , namun tidak bisa dikatakan lemah juga. Jika dilihat dari fisiknya yang hanya terlihat seperti tulang kering berdarah, hantu itu pasti sudah cukup lama bergentayangan. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa hantu itu mengikuti Lina?

Mio merasa hari ini keberuntungannya sangat buruk! Kenapa hari ini dia harus menangani dua pasien dengan gangguan non psikis sih? Kenapa pula dokter Melisa harus absen hari ini yang membuatnya harus bertugas seorang diri. Demi Tuhan! Dia hanya seorang asisten psikolog yang dapat dikatakan magang! Bagaimana ada dokter gila yang menyerahkan pasien sepenuhnya pada seorang magang? Oh oke, Melisa—tantenya memang bisa dikatakan gila.

Sungguh malang nasipnya memiliki tante yang sudah mengetahui keistimewaannya. Tantenya jelas tahu dia membenci rumah sakit. Meski dia lulusan kedokteran, Mio sangat membenci rumah sakit! Rumah sakit baginya adalah rumah roh sakit. Yang bahkan jumlahnya lebih banyak dibandingkan pasien dengan gangguan psikis itu sendiri.

Mio menghela nafas, “ baik ibu Lina, apakah obat yang diberikan dokter Melisa masih rutin diminum?”

“ya, masih. Tapi saya rasa itu sudah tidak bisa membuat saya nyenyak tidur. Saya bahkan kini mulai sering bermimpi buruk.”

“baik. Bu Lina, anda mengatakan anda merasa sering diamati dan diikuti. Jadi mulai sejak kapan anda merasa hal itu semakin intens?”

“ah... mungkin seminggu yang lalu.”

“ kegiatan apa saja yang anda lakukan pada satu bulan ini? Dimana saja anda pergi?”

Lina nampak mengingat-ingat, “ saya melakukan hal biasa. Saya pergi belanja, salon, kegiatan amal bersama rekan arisan, dan ah ya... saya mengunjungi makam seminggu yang lalu bersama suami saya.”

“makam?” mata Mio mulai bersinar. Sangat menyilaukan hingga mungkin jika Lina melihat jelas, dia akan menganggap Mio aneh.

“makam siapa yang anda kunjungi?”

“itu...” Lina tampak ragu. Mio segera memahami sesuatu.

“ibu Lina, tante saya adalah seorang psikiater. Namun saya adalah seorang psikoloh. Dimana semua masalah harus saya ketahui untuk menarik sebuah titik terang. Tenang saja, semua rahasia klien akan terjamin. Bahkan dikalangan antar dokter.”

“baiklah. Sejujurnya itu makam orang yang tidak terlalu saya kenal. Itu adakah makam seorang wanita yang memiliki kasus dengan suami saya.”

“apa kasus itu setengah tahun lalu?” Mio mulai menyambunkan potongan-potongan cerita Lina.

“em... ya benar.”

“ bisakah anda menceritakan kasus itu? Jika anda sulit mengatakannya, anda bisa menuliskannya pada kertas yang ada di depan anda.” Dalam ruang psiater, biasanya tidak akan ada kertas curhatan. Namun Mio selalu mengambil metode psikolog dimana dia akan menjadi pendengar yang baik yang akan mendengarkan semua keluh kesah pasien atau membaca tulisan berlembar-lembar tentang curhatan mereka. Hingga yang terkecilpun. Lalu dia akan mencoba memberinya nasihat-nasihat sebelum obat diberlakukan.

“tidak usah. Saya akan menceritakannya. Itu adalah kasus penganiyayaan anak kecil. Majikan menganiyaya anak pembantunya. Saya tidak tahu persis. Namun suami saya mengatakan bahwa dia telah salah karena membela tersangka. Suami saya tidak dapat berbuat apa-apa karena atasannya menekannya. Saya hanya tahu bahwa ibu korban tidak terima dengan keputusan hakim dan mulai mengamuk dipengadilan. Dia dituduh atas pencemaran nama baik, meskipun kebenarannya dia adalah pelapor yang melaporkan anaknya. Suami saya sudah berusaha untuk melakukan penyelidikan ulang. Namun saat itu wanita itu tiba-tiba saja meninggal. Tidak ada saksi, hanya ada anak itu sendiri yang bahkan tidak bisa disebut saksi. Kasus itu diberhentikan dengan memberikan beberapa kompensasi pada keluarga wanita itu.”

Mio mulai menangkap akar permasalahan. Mio kembali melirik hantu itu. Benar saja, wajah hantu yang menyeramkan kini berubah menjadi sendu.

“anda dan suami anda merasa bersalah?”

“ya. Sangat! Tersangka adalah orang berada. Mungkin saja ada unsur suap saat pengadilan berlangsung. Sejak saat itu suami saya mulai merasa cemas. Dia juga tidak bisa tidur nyenyak. Namun dia enggan untuk datang ke psikiater. Namun ketika saya mulai merasakan kecemasan tiba-tiba itu, saya mulai tidak tenang. Saya berpikir mungkin itu ada kaitannya dengan kasus itu. Jadi saya rutin mengunjungi makan wanita itu dengan suami saya. Dan meminta maaf padanya.”

“dia adalah ibu tunggal, sehingga saat ini anak itu berada di keluarga kerabatnya. Jadi saya rutin memberikan uang untuk kebutuhan sehari-hari anak itu dan juga kerabatnya untuk menebus kesalahan kami.”

“kumohon...tolong anakku...kamu bisa mendengarku...” suara hantu itu terdengar lirih dan patah-patah. Jelas sekali dia hampir bisa dianggap hantu yang sudah tidak memiliki banyak kendali akan memori kecuali dendamnya. Sedikit lagi mungkin dia akan menjadi hantu pengacau yang hanya membenci manusia.

Mio memijit pelipisnya. Baik semua jelas . Kemungkinan anak hantu itu tidak dirawat dengan baik. Jadi alasan hantu itu mengikuti karena hanya ibu itu yang memiliki koneksi dengannya sebelum kematian. Ah... mungkin juga pembunuhan.

Kini Mio harus memikirkan alasan logis agar pasiennya mau mengabulkan permintaan hantu itu. Mungkin saja dia ingin mereka menyelamatkan anaknya?

“baik bu. Menurut saya, alangkah baiknya anda dan suami anda mengunjungi langsung anak almarhumah. Selama ini apakah anda memberikan bantuan langsung?”

“tidak. Saya memerintahkan supir saya. Sedangkan saya pergi ke makamnya.”

“baik, jika begitu besok anda saya sarankan untuk datang kerumah mereka. Sebaiknya anda juga mencari tahu apakah bantuan anda disampaikan pada anak itu atau tidak. Tanyakan pada tetangga dekat anak itu bagaimana anak almarhumah diberlakukan oleh kerabatnya itu. Jika anda melakukan apa yang saya sarankan, saya yakin anda akan segera tahu bagaimana mengatasi kecemasan anda.”

“benarkah itu?” Lina tampak ragu. Lalu dia terdiam sesaat sebelum wajahnya menyiratkan sebuah kejutan. Mio yakin Lina mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

“ hari ini tidak akan saya beri resep obat. Mungkin saja malam ini anda dan suami anda akan nyenyak tidurnya.”

Lina tersenyum namun matanya memancarkan rasa penasaran, “ dokter, saya kira rumor itu benar? Mungkinkah itu alasan mengapa dokter Melisa meminta saya menemui anda.”

Mio membalas tersenyum, “ seperti yang anda duga.”

***

“akhirnya pasien terakhir!” Mio meregangkan tubuhnya diatas kursi. Mio pastikan untuk menagih uang bonus pada tantenya bulan depan.

“sungguh sangat melelahkan jika pasienku semua bermasalah dengan golongan mereka.” Mio mengeluh. Kenapa belakangan ini dia sangat sial? Kemarin dia baru saja membereskan orang-orang yang mengikutinya. Untung saja dia diberitahu hantu nenek kos-kosan bahwa dia diikuti oleh lima orang.

Mio merasa aneh. Dia tidak pernah berbuat salah pada orang lain. Kenapa dia harus diikuti? Tapi karena mereka mengganggunya terlebih dahulu, maka dia tidak salah kan jika membalas? Dengan membagikan energinya, para hantu sangat bersemangat membantunya mengerjai lima orang itu. Nahkan dia ingat ada satu hantu yang sangat senang menggigit seorang diantara mereka tidak mau melepaskan. Meski itu semua harus dibayar dengan Mio yang pusing semalaman seolah kekurangan darah. Tapi dia rasa itu setimpal dengan keselamatannya.

Terdengar ketukan pintu. Mio mendongak dan menyuarakan masuk. Tak lama seorang perawat kelas tiga berjalan menuju mejanya.

“ dokter Mio, ada seorang yang ingin bertemu dengan anda.”

“ katakan padanya jam saya sudah berakhir. Dia dapat mengisi data untuk konsultasi besok.”

“dia berkata dia bukan pasien dok. Namun teman anda. Namanya Sean.”

Sean? Lelaki balok itu? Mio mengerutkan kening. Urusan dengan lelaki itu sudah beres bukan?

“baik. Katakan padanya saya akan segera menemuinya setelah selesai membereskan barang-barangku.”

“baik dok. Dan ini adalah data pasien yang harus dokter Melisa tandatangani.”

“letakkan saja di meja. Dokter Melisa akan menandatanganinya besok.”

“baik dok,”

***

Mio tidak terburu-buru. Setelah menggantu pakaian kerjanya dengan pakaian yang lebih kasual, Mio terlihat lebih muda. Kesan dokter magang yang dihormati langsung luntur dengan kaus berlengan pendek dan celana jins yang dipakainya. Satu-satunya yang masih dia pertahankan adalah sepatu hak lima senti di kakinya. Yes, Mio sangat percaya diri apapun bentuk tubuhnya. Namun ada satu hal yang membuatnya minder – tinggi badannya! Diantara keluarganya, entah mengapa dia memiliki tinggi badan lebih pendek! Dia hanya seratus enam puluh sedangkan mamanya bahkan memiliki tinggi seratus enam puluh empat.

Benar saja, sampai di depan, dia mendapati sebuah SUV silver terpakir dengan seorang berdiri disamping pintu depan mobil. Lelaki itu melihat Mio dan tersenyum. Kini Mio semakin yakin bahwa mobil itu memang monil milik Sean. Mio berinisiatif sendiri mendekati mobil itu.

“apakah anda nona Mio?”

“ya.Itu saya.”

Lelaki itu membukakan pintu belakang, “ maaf mengganggu anda nona. CEO kami ingin berbicara empat mata dengan anda.”

Mio mundur dua langkah. Hanya orang bodoh yang akan masuk ke dalam mobil asing. Hello! Itu hanya ada di drama korea dimana wanitanya sangat mudah masuk kedalam mobil tokoh utama pria! Sedangkan Mio melakukan gerakan antisipasi, Philips hanya dapat tersenyum canggung mengerti kekawatiran Mio.

“maafkan atas kelancangan saya nona. Saya adalah Philips. Asisten pribadi tuan Sean. Tuan ingin membicarakan masalah nona Grace denganmu. Saya dapat menjamin bahwa kami tidak berniat buruk.”

Mio merenung. Sebenarnya tidak masalah dia masuk kedalam mobil. Meski Sean berniat jahatpun, disini banyak hantu yang mengincarnya atau memohon bantuannya. Kalau mereka macam-macam, Mio bisa saja meminta bantuan para hantu seperti kemarin.

“baik.” Mio akhirnya setuju. Philip menutup pintu belakang lalu berjalan memutari mobil masuk dalam kursi pengemudi.

“kita bertemu lagi nona Mio.” Sambut Sean begitu mobil berjalan. Sean mash mengenakan pakaian kerjanya. Hanya saja dia sudah menanggalkan jas nya dan hanya menyisakan kemeja putih dengan dua kancing atas yang terbuka. Daripada seorang CEO yang banyak tercetak di majalah METRO dan FANBOS, dia lebih mirip lelaki player dengan aura dominan.

Mio mengangguk, “sebenarnya saya tidak ingin bertemu. Jadi, apa yang ingin anda tanyakan?”

“anda sangat langsung.”

“aku seorang dokter. Bukan pembisnis yang memiliki seribu bahasa untuk memenangkan tender.”

“sifat seperti itu saya menyukainya.” Sean tersenyum lalu melanjutkan,

“kita akan membicarakan banyak hal. Mungkin kita bisa berbicara sambil makan?”

“saya suka masakan Jepang.” Mio tidak pernah malu untuk jujur. Tapi mungkin ini disebut tidak tahu malu? Tapi yang jelas, di dunia dimana tidak ada yang gratis, bahkan kencingpun kamu harus membayar. Jadi Mio tidak akan segan ditawari makan. Toh ini pasti tidak gratis.

Sean terkekeh. Sedikit terkejut dengan keterusterangan Mio. Jujur, dalam kalangannya seorang wanita haruslah anggun, penuh perhitungan dalam setiap tindakan, manipulatif. Namun sepertinya Mio sangat bertolak belakang dengan semua itu.

“Phil, restoran jepang.”

“Baik CEO.”

***

Mio makan hingga kenyang. Tappyaki, sushi. Karage. Dan gurita bakar adalah kesukaannya dan kini sudah tenggelam dalam perutnya. Sean mengamati Mio sebentar sebelum bertanya, “saya baru tahu ada seorang gadis yang tidak memperhatikan kalori yang masuk dalam tubuh.”

Jika saja itu gadis lain, mungkin mereka akan tersinggung. Sayangnya itu Mio, “ kamu pasti belum melihat luasnya dunia.”

“saya rasa anda benar.”

“tentu saja aku benar.” Jawab Mio sederhana. Mio sadar, dengan tinggi badannya dan berat badannya, dia sudah kelebihan berat badan dua kilo. Itu dari standar Indonesia. Tapi jika dia di Jepang, berdasarkan standar ideal tubuh wanita, maka Mio sudah kelebihan berat badan enam kilo! Tapi toh Mio tipe wanita yang tidak akan stres karena masalah berat badan. Toh tubuhnya sangat fleksibel—mudah gemuk dan mudah kurus dengan sedikit olahraga.

Sambil meminum Macha, Sean mengungkapkan keinginannya.

“terimakasih mau membawakan pesan Grace.”

“tidak masalah. Saya juga turut berduka cita atas kematian calon istrimu.”

“ Saya kira anda akan percaya pada berita.”

“apa kamu lupa bahwa aku sudah melihat sendiri bagaimana arwahnya itu menghilang?” Mio menatap heran Sean lalu melanjutkan, “ngomong-ngomong berhenti berbicara sangar formal. Itu sangat tidak nyaman,”

“ah maafkan aku. Itu kebiasaanku.”

Mio merasa kehidupan orang yang benar-benar kaya memang sangat melankolis. Sepertinya memang drama-drama korea yang dia lihat memang ada dalam kehidupan nyata orang kaya.

“langsung saja, kamu memanggilku bukan hanya untuk ini kan?”

“benar. Jadi nona Mio, apa kamu mau membantuku?”

“tergantung apa yang kamu minta dan berapa bayarannya.”

***

Hari sudah malam ketika Mio dan Sean selesai melakukan perpincangan.

“sekali lagi terimakasih atas waktumu.” Sean tersenyum.

“sama-sama, aku juga sangat senang menerima tugas ini.” Entah bagaimana wajah Mio terlihat sangat cerah.

“ini sudah malam. Supirku akan mengantarmu.”

“tidak perlu. Kantor tempat papaku bekerja ada di dekat sini. Aku akan mengirimi papa pesan untuk menjemputku.”

“baiklah jika nona Mio mengatakan hal itu. Tapi nona Mio, ini masalah anak buah saya...” OH! Mio hampir melupakan anak buah Sean bernama Vok yang di ceritakan Sean. karena hal ini, Sean juga meminta maaf perihal anak buahnya yang kurang sopan. Jadi Mio menyadari apa yang dimaksud oleh Sean.

Memang saat ini ada Sadako – orang Jepang biasa memanggil hantu ini, yang mengikuti Vok. Sadako adalah teman masa kecil Mio ketika dia berada di Jepan. Dia memiliki tubuh yang selalu terlihat basah, namun ketika manusia menyentuhnya atau tersentuh itu akan terasa panas. Dia bisa dibilang sangat loyal karena mengikuti Mio bahkan setelah dia pindah ke Indonesia. Meskipun tidak bisa memasuki rumah Mio, namun Sadako masih senang tinggal di sumur tua yang berada di belakang rumahnya. Itu tidak akan mengganggu atau menakuti siapapun asal tidak ada yang usil.

“itu mudah. Kamu berikan saja segelas air es dan katakan ‘Sadako Mio menunggumu bermain di sumur’ itu sudah cukup.”

“siapa yang harus diberi air? Hantunya?” Sean memasang wajah bingung.

“apa kamu bisa melihatnya?”

Sean menggeleng.

“kalau begitu anak buahmu saja.”

“apa bahasa yang harus digunakan?”

“bahasa apa saja. Apa kamu pikir hantu itu bodoh?”

Sean terdiam. Bahkan dia tidak pernah memikirkan bagaimana para hantu mengobrol. Apakah mereka bisa berkomunikasi juga?

“hantu sekarang sangat pintar-pintar.” Tambah Mio. Lalu Sean tidak bisa berkata-kata.

“baik aku akan lakukan.”

“good! Oh Tuan Sean,” panggil Mio.

“ya?”

Pandangan Mio mengarah pada ruang kosong disamping Sean. Dia lama memandang sebelum kembali menatap Sean.

“aku sarankan kamu mandi dengan air hangat dengan air garam itu akan membantumu untuk tidur nyenyak meskipun tidak mungkin semalaman,”

Wajah Sean membeku. Dia refleks menengok kesamping dimana Mio telah memandang. Itu hanya ruang kosong. Sean tahu artinya jadi dia memilih tidak bertanya lebih lanjut karena jujur dia sedikit merasa horor.

“terimakasih atas saranmu.”

“sama-sama. Aku tentu tidak akan membiarkan klienku tidak sehat karena kurang tidur.” Mio tersenyum hangat. Tahukah Mio? Bahkan jika Sean terbebas dari mimpi buruk, mungkin saja Sean akan merasa takut memejamkan mata karena perkataan gadis itu.

***

Next chapter