webnovel

Kemesuman Demir ( 1 )

Demir dan Dee janjian di sebuah butik untuk melakukan fitting baju nikah dan resepsi. Demir menjemput Dee di rumah. Tak mau lama basa-basi Dee menyusul Demir ke mobil dan segera berangkat ke butik. Nona dan Onya sudah menunggu disana.

"Siang Mamas Demir ganteng aku. Calon cuamih aku...," kata Dee centil seraya mengedipkan matanya. Tumben ngomongnya agak alay.

Demir dengan sok lebay. Memegang dadanya dan meresapi panggilan sayang Dee untuknya. Ia menutup matanya merasakan cinta Dee merasuk dalam sanubarinya.

Dasar korban bucin! Dimana ketegasan dan dinginnya Demir? Kenapa dia jadi konyol seperti ini?

Dee tersenyum lucu menatap calon suaminya. Ternyata Demir sangat manis dan menggemaskan kalau tertawa. Dee memasang seat belt. Demir kecewa, seperti menunggu sesuatu tapi ia tak mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia memasang wajah manyun.

"Mas kenapa?" Tanya Dee menyadari wajah manyun Demir.

Demir menutup mulutnya rapat-rapat. Ia memajukan bibirnya seperti bibir bebek. Demir tak menjawab ia hanya memasang wajah sedih minta dikasihani.

"Mas kenapa sich?" Tanya Dee iseng mencubit pinggang Demir.

Demir masih teguh pada pendiriannya, ia mengunci mulutnya rapat-rapat.

Peka sedikitlah Dee!

"Mas kalo ga mau ngomong, aku turun nich. Kita ga jadi fitting baju dan bisa jadi pernikahan kita ditunda," ucap Dee mengancam Demir. Jika Dee mengatakan pernikahan ditunda mau tidak mau Demir buka suara.

"Tidak. Oh No." Akhirnya Demir buka suara.

"Mas nyebelin banget sich. Aku masuk mobil bukannya diajak ngobrol malah didiemin padahal aku dah alay merayu Mas," cebik Dee kesal.

"Kamu ga peka gimana tuch sayang."

"Maksud Mas?" Dee mulai mengajak Demir berdebat.

"Harusnya kalo ketemu calon suami tu bukan hanya sapa. Kasih cipok basah kek. Itu bikin Mas semangat menjalani hari-hari. Kamu itu mood booster." Demir mulai menggombal.

"Dasar mesum." Dee mencubit lengan Demir. Semenjak mereka memutuskan menikah kemesuman Demir semakin menjadi-jadi.

"Biarin mesum. Mesum sama kamu gapapa. Daripada aku mesum sama Jacky," elak Demir ngasal.

"Makin lama ngomongnya makin ngelantur aja Mas. Yuk jalan!"

Demir memasang tampang ngambek. Ia tak mau menyetir sebelum mendapatkan cipok dari Dee. Ia bertingkah seperti anak kecil yang merengek mainan pada ibu.

"Mau jalan ato ga? Kalo ga ya udah gagal kita fitting baju dan pernikahan di pending," ancam Dee dengan wajah galak.

Demir mengacak rambutnya karena frustasi. Dee tak mau memberikan sebuah ciuman. Bukannya dicium malah sekarang ia diancam. Pernikahan ditunda!

"Dasar Cabi durhaka. Ga peka keinginan Caki," gerutu Demir mencium bibir Dee secara cepat. Ia tak mau berlama-lama dan membuat Dee kesal.

Dee melamun karena Demir telah mencuri ciumannya. Dee mencebik kesal karena kemesuman Demir. Untung calon suaminya jika tidak sepatu Dee sudah melayang di kepala Demir.

"Mas, Cabi dan Caki itu apa sich?" Tanya Dee melirik Demir.

"Mau tahu atau mau tahu banget?" Demir mengulas senyum di wajah tampannya. Jika Demir tersenyum seperti ini bagaimana Dee tidak klepek-klepek?

"Mau tahu banget," jawab Dee kesal.

"Hadiahnya apa kalo Mas kasih tahu?" Demir bersedekap.

"Aku beliin es rumput laut," jawab Dee asal.

"Ga keren hadiahnya. Mas jadi males jawabnya." Demir menggoda Dee. Ia tahu jika calon istrinya benar-benar kesal padanya.

"Ya udah kalo ga mau jawab." Dee merasa lelah menghadapi keusilan calon suaminya.

"Ayo setir mobilnya!"

Demir menggelengkan kepala. Ia menolak menyetir mobil.

"Ya udah kalo ga mau nyetir. Aku aja yang bawa mobil," cebik Dee kesal.

Demir bersemangat mendengar Dee mau menyetir mobil. Ia menepuk pahanya isyarat Dee untuk duduk di pangkuannya. Dee menolak menyetir mobil seraya duduk di pangkuan Demir. Dee langsung mengelak. Jika ia melakukannya akan ada yang bangun dibawah sana. Dee tidak mau ambil resiko.

"Sudah jangan kebanyakan gaya Mas. Aku ga mau duduk di pangkuan Mas sambil nyetir ntar ada yang bangun dibawah sana," ucap Dee blak-blakan.

Demir mengelak dan sok cuek. Lagi-lagi Dee mengetahui modusnya.

"Apa sich yang bangun?" Demir memancing Dee.

"Berhubung kita sama-sama anak kedokteran yang belajar reproduksi manusia. Burung Mas bangun. Puas sama jawaban aku?" Tanya Dee menatap Demir galak.

"Kalo mau mesum tunggu aja kita dah nikah biar mesum halal. Dapat pahala kalo mesum." Kelakar Dee menahan tawa.

Demir pun tertawa mendengar ucapan Dee. Calon istrinya paling bisa membuatnya tak berkutik. Demir segera menyetir kota membelah jalanan Ibukota.

"Sayang mau tahu Cabi dan Caki itu apa?" Tanya Demir di dalam perjalanan.

"Ga minat lagi Mas."

"Jangan ngambek gitu dong sayang. Mas tadi becanda. Cabi itu singkatan dari Calon Bini kalo Caki...."

"Calon Laki," potong Dee sebelum Demir selesai bicara.

"Duh pintar banget sich kamu. Calon istri siapa ini?" Demir mengeluarkan jurus maut merayu Dee.

"Calon istrinya Reza Rahadian,"jawab Dee ketus. Ya ampun hari ini Demir sukses membuatnya naik darah. Kenapa hari ini membuatnya kesal.

"Tega kamu sama Mas. Menyebut laki-laki lain di depan Mas. Mas kecewa sama kamu," kata Demir mendramatisir keadaaan.

"Ya udah sebut saja wanita lain di depan aku."

"Mas akan like semua foto Raisa di IG," kata Demir asal.

"Coba aja Mas like foto perempuan lain aku gorok Mas." Dee terbakar cemburu dan menaruh tangannya di leher.

"Kamu lucu sayang. Katanya boleh sebut nama wanita lain kok marah."

"Yang aku bolehin nyebut nama wanita lain bukan like foto Instagram."

"Kamu cemburu ya?" Goda Demir sekali lagi.

"Iya."

"Kalo cemburu tandanya cinta lo."

"Kalo ga cinta ga mungkin aku mau nikah sama Mas." Jawaban Dee membuat Demir bungkam.

Demir berdehem.....dan ia mulai serius.

"Sayang akhir-akhir ini kamu kayaknya banyak pikiran. Kamu seperti menyembunyikan sesuatu dari Mas."Demir menyentuh tangan Dee dan menggenggamnya.

"Kita akan jadi suami istri lo. Jangan ada rahasia diantara kita. Sudah dua Minggu ini Mas liat kamu berubah sejak kamu menemui Uty di rumah sakit. Apa yang terjadi?"

Wajah Dee terlihat pucat karena Demir menyadari perubahannya.

"Jika kamu ga mau cerita sama Mas gapapa. Biar Mas tanya sama Uty."

"Jangan." Dee merasa keberatan. Ia memegang tangan Demir dengan erat. Mungkin sudah saatnya Dee bicara masalah Bryan.

"Sebelum aku selesai cerita Mas jangan komentar apa pun."

"Baiklah." Demir menganggukkan kepala.

Next chapter