webnovel

Prologue #2

Jika kalian bertanya mengapa prologue di tengah-tengah pertemuan kita seperti ini... ah sudah lah, kalian akan paham nanti.

Di samping kebahagiaan terselubung para penghuni Daratan ketika Gabriel datang membawa pesannya, Angkasa tidak menerima berita yang datang dengan cukup baik. Terutama bagi gadis malang yang bergelimangkan tahta es, sang Putri Mahkota, Hamsah.

Di hari kata-kata Sang Pencipta datang memecah Angkasa, Hamsah kian terkejut hingga lupa caranya berbicara. Ia melarikan diri dari kenyataan dan bersembunyi di kamarnya, membisikkan tangisan yang berhembus dingin, 7 hari 7 malam lamanya.

Sang ayah yang prihatin, Falah, khawatir dengan keadaan putri kecilnya. Terlebih dia akan segera kembali ke pangkuan Penciptanya ketika gadis itu menginjakkan kaki di umur dewasanya. Kini masa depan anak itu sudah dipastikan untuk tidak bersama bocah api yang senantiasa bermain dengannya semenjak ia tahu cara menggerakkan jemarinya.

Falah pun turun dari langit, mendatangi hutan tergelap di Dunia baru ini, hendak mencari jawaban dan solusi akan kendala yang sedang dihadapi gadis yang berbisik. Di sana ia mendapati dirinya disambut oleh pria yang menguasai waktu, tengah berhanyut ria dalam musik di antara sela-sela bayangan bersama istri tercintanya.

Tanpa salam hangat, kedua pria tua itu saling bertukar kata, DiVarri tahu benar alasan kaki Falah melangkah ke tempat terkutuk ini. Kabar yang dibawa Gabriel juga penting bagi kaumnya semenjak Amartya adalah penerus tunggal dari pria yang memegang gagang dari tombak mereka. Dan kelak di hari mendatang, tombak itu akan berpindah serah ke tangannya.

Satu hal penting dari ucapan yang terlontar dari mulut DiVarri ialah sebuah fakta penting bahwa Sang Pencipta bukanlah Tuhan, dan tak memegang kendali akan jalannya takdir. Mau tak mau Sang Pencipta harus bercampur tangan dengan ciptaannya untuk bisa mendapatkan kisah yang dikehendakinya.

Rencananya untuk membawa api neraka ke Bumi barunya melalui tubuh Amartya memiliki sedikit kecacatan yang berakhir merusak jiwa anak malang itu. Beliau pun mendatangkan sebuah solusi melalui seorang pria es yang beliau angkat sebagai nabinya, yaitu sebuah obat, sebuah kepingan puzzle yang tercipta khusus untuk menyempurnakan jiwa Amartya, Naema.

Tapi bukan berarti Hamsah tak memiliki peran penting dalam rencana Sang Pencipta pada Dunia barunya. Perkataan yang diberikan DiVarri akan peran itu namun... membuat Falah kian panik. Segala mimpi buruk yang ia berusaha seumur hidupnya untuk elakkan, seakan sudah tertata rapih untuk hendak terjadi. Dari sana beribu ide pun muncul bersama tiap benih kekhawatirannya, dan Angkasa pun menodongkan tongkat-tongkat mereka pada Daratan.

Next chapter