webnovel

Mati (Bagian 1)

Tubuh Marie – badan lengkap kecuali tangan, kaki dan otak – tergeletak di atas meja operasi. Banyak dokter, berkerumun mengelilinginya, sedang melakukan operasi transplantasi organ. Transplantasi organ kali ini adalah yang terbesar yang pernah dilakukan Bu Rati serta kebanyakan dokter yang lain. Bahkan ketua tim dokter mengatakan kalau ini bukan lagi sebuah transplantasi, melainkan mengganti tubuh baru. Bahkan bisa jadi kita tidak dapat menyebut tubuh itu sebagai 'Marie' lagi.

Penggantian anggota tubuh Marie dilakukan dengan onderdil milik orang lain.

Semua ingatan itu perlahan hilang seiring tidurnya Marie dalam gelap. Saat ini adalah saat genting yang menentukan kelangsungan hidup Marie. Meski begitu Marie sendiri tak merasakan apa-apa. Malahan anak itu mungkin merasa nyaman. Tak ada lagi rasa geli pada perut karena laba-laba, tak ada lagi lapar dan haus, tak ada lagi rasa sakit yang terus membuatnya terjaga sepanjang waktu. Hanya ada dirinya dan ketenangan.

...

Ilang, ilalang, llama, irama, ikan, iri.

Ilang hilang pada sebuah ilalang yang sedang dimakan llama. Sayup-sayup terdengar irama riak air yang bergejolak karena ikan yang tengah iri oleh bebek yang dapat berenang diatas air.

Ruh Marie kini gentayangan di alam bawah sadar miliknya. Ruh anak itu sedang duduk-duduk di tepi danau. Tangannya memegang setangkai bunga Philadelphus coronarius (1), seraya memandang lurus jauh ke depan. Tangan kakinya masih utuh. Anak itu telah puas bermain dan akhirnya sekarang, ia duduk dibawah naungan pohon yang rindang. Dia sedang beristirahat sembari menunggu seseorang.

Telanjang. Marie dalam kondisi tanpa busana. Meski begitu, dingin atau perasaan lain yang mengganggu tidak pernah ia rasakan. Angin berhembus dari arah belakang yang membuat banyak daun dan petal bertubrukan dengan tubuh Marie. Pandangannya pun terarah ke depan melihat satu persatu petal yang berlarian menjauh dari Marie.

Marie menghela napas panjang. Dia tahu mungkin saja waktunya kurang sebentar lagi. Mungkin saja dia akan menjadi salah satu petal yang tertiup angin lalu hilang entah kemana, mengikuti embusan angin. Meski begitu anak itu tersenyum kecil. Dia ingat dengan kasih sayang yang diterimanya. Walau singkat hal itu sangat berarti. Dia berandai-andai mungkin jika ada sedikit lagi waktu untuk merasakan cinta kasih ibu bapak maka dia akan menjadi anak yang paling bahagia di dunia ini.

Lamunannya terhenti ketika seseorang yang telah ditunggunya dari tadi datang menghampiri.

"Apa Aku terlalu lama?" Kata anak yang baru saja datang.

"Tidak, Lili datang tepat waktu." Kata Marie.

Lalu Lili duduk di samping Marie. Lili mulai mengambil kerakal- kerakal(2) dan melemparkannya jauh ke danau. lemparannya menimbulkan percikan air.

"Maaf jika Aku terlalu lama. Aku sedikit kesulitan menemukanmu, Marie." Kata Lili yang sedang duduk di samping Marie.

"Iya." Jawab Marie singkat.

Tingkah impulsif Lili seolah hilang saat berada disini.

"Lalu bagaimana sekarang?" Tanya Lili.

Kemudian Marie melemparkan batu yang agak besar ke danau. Dengan seluruh tenaganya, Marie hampir tak bisa melempar batu yang ada di depannya. Alhasil batu itu terjatuh tepat di depan. Air danau terciprat ke badan mereka berdua. Lili berdiri kaget, badannya basah terkena air.

"Marie?!" Lili kaget

Marie melemparkan pandangannya dan menatap Lili yang sedang berdiri kaget karena terkena air.

"Lili, Aku rasa kita sudah tahu siapa 'pemenangnya'." Kata Marie.

"Apa maksudmu pemenangnya?" Jawab Lili.

"Lili, saat ini kita adalah dua pikiran dalam satu tubuh." Kata Marie datar.

....

Sekarang ini adalah saat operasi terakhir, saat otak mereka disatukan. Otak Marie, sebuah inang yang telah kehilangan beberapa fungsi pentingnya, kini mendapatkan tambahan dari luar. Meski tim dokter sempat ragu pada saat-saat terakhir, tapi Bu Rati bersikeras untuk tetap melanjutkan operasi bagian otak.

Tak pernah dilakukan sebelumnya. Transplantasi otak secara langsung sangat tidak mungkin. tidak ada yang pernah melakukan hal ini sebelumnya. Sebuah alasan yang sangat sederhana, jika dikatakan bahwa otak itu sangat rumit. Apalagi dengan kasus Marie yang hanya memindahkan setengah otak dan harus menyambungkan semua syaraf agar tertaut satu sama lain.

Kemungkinan operasi ini berhasil mendekati 0. Ini yang dikatakan oleh ketua tim dokter yang memimpin operasi ini. Meski begitu, ke-20 dokter yang terlibat dalam operasi ini tak bisa memikirkan simulasi apa yang akan digunakan agar dapat 'membangkitkan' Marie, selain dengan transplantasi otak.

Apalagi dengan kondisi otak pendonor yang telah mati. Semua tim dokter sepakat jika operasi ini akan gagal. Namun Bu Rati berkehendak lain. Dia bersikeras agar anaknya itu diselamatkan.

"Tidak ada yang namanya kemungkinan 0, Kemungkinan 0 baru terjadi saat kita tidak mencobanya, ini adalah satu-satunya pilihan yang kita miliki sekarang, aku mohon, tolong." Pinta Bu Rati.

Para Dokter jadi segan akan tidak melanjutkan operasi ini. Selain itu, ada yang terbesit juga dalam pikiran jika hal ini akan menjadi kesempatan untuk melakukan percobaan. Jika beberapa dokter pernah mempelajari transplantasi otak melalui buku – atau mungkin hanya riset tertulis dengan disertasi mereka – kini mereka berkesempatan untuk praktik langsung, meski hal ini bisa dibilang malapraktik.

.....

Alam bawah sadar Marie – ataupun Lili – membuat Lili tidak sadar apa yang terjadi di dunia luar. Ingatan sebelum mati Lili memudar perlahan, hingga membuat Lili lupa semua yang telah dilalui (meskipun sebenarnya ia akan lupa juga, mengingat dia menderita Alzheimer). Tapi tidak dengan Marie, Marie mengingat semuanya.

Sekarang adalah saat yang krusial yang dihadapi oleh Marie dan Lili. Tubuh ringkih Marie tidak bisa memiliki dua jiwa yang berbeda di dalam. Harus ada satu jiwa yang terserap sebagai sumber daya, dan merelakan jiwa yang lainnya yang mengambil alih. Sekarang mereka harus memilih siapa yang akan bertahan didalam tubuh.

"Lili, sekarang Kita harus memilih." Kata Marie.

"Apa maksudmu? memilih apa?" Kata Lili bingung.

"Apa Lili ingat apa yang terjadi kemarin?" Kata Marie.

"Hm, entahlah, yang pasti sekarang, ayo kita bermain!" Kata Lili impulsif.

Lili menarik Marie yang sedang duduk. Namun putus. Lili hanya mengambil tangan dari tubuh Marie. Tangan itu putus dengan gampangnya seperti saat Lili mengambil kepala ikan presto. Darah keluar keras dari pangkal lengan Marie yang terputus. Lili berteriak dan melepaskan tangan Marie begitu saja. Kenapa dengan tanganmu, begitu katanya. Marie, yang bergeming, hanya berujar,

"Kamu lihat? mungkin Aku saja yang akan pergi." Kata Marie dengan tersenyum pilu.

"Apa maksudmu? kemana Marie akan pergi?" Lili berlutut mendekap tubuh anak itu.

Namun, *krak, tubuh Marie mengeluarkan suara seperti tulang yang patah. Entah apa itu karena pelukan Lili yang terlalu erat atau tubuh Marie yang terlampau ringkih, namun yang pasti tulang sejati nomor 2 dan 3 pada bagian sangkar dada telah putus seutuhnya dan verba lumbalis (tulang belakang bagian bawah) mengalami keretakan. Lili melepaskan pelukannya.

"Selamat jalan Lili." Kata Marie dengan tubuh yang akan ambruk sebentar lagi.

"Marie!!" Lili berteriak.

"Ah Lili, tolong jadi Marie ya..." Kata Marie yang sekarang menutup matanya.

Keduanya tidak sadar tapi tempat duduk Marie dan pahanya telah menyatu menjadi tanah.

"Marie kamu mau pergi kemana!" Kata Lili seolah tak didengar oleh anak itu.

"Agar ibu dan bapak tidak khawatir, kamu 'Marie' ya mulai sekarang. Tolong.. jadi... Mar-" Lanjut Marie.

Katanya terputus seiring dengan hilangnya bekas-bekas tubuh yang menyatu menjadi tanah disana. Tangan yang putus tadi dengan cepat ditumbuhi oleh Jamur.

Alam sekitar yang awalnya rindang kini berubah lambat laun kehilangan warnanya. Monokrom, semuanya tampak hitam putih disini. Lili takut. Dia memejamkan matanya. pijakan Lili goyah karena tanah dibawahnya tiba-tiba longsor. Lalu Lili tersapu air danau yang tiba-tiba meluap.

(1) Bunga di semak lebat di daerah utara bumi yang dibudidayakan karena bunga putihnya yang beraroma kuat yang parfumnya menyerupai bunga jeruk.

(2) Batuan yang lebih besar dari kerikil dan lebih kecil dari batu.

Cloud_Rain_0396creators' thoughts
Next chapter