webnovel

Tragedi 23!! (4)

Bergerak dalam kegelapan. Kacamata yang dibuat khusus untuk digunakan pada situasi saat ini membantu mereka untuk berjalan menyusuri ruang gelap. Regu Nathan terpilih menjadi salah satu pasukkan gabungan antara TNI-AD, TNI-AL, dan TNI-AU. Mereka baru saja mendapatkan informasi dari markas jika regu perwakilan TNI-AD dan TNI-AU akan segera menyusul mereka.

Tugas mereka adalah menangkap Ardiaz Saputra yang sudah dipastikan jika dialah dalang dibalik kekacauan yang terjadi saat ini. Serta menyelamatkan sandraan yang menjadi kelinci percobaan Ardiaz Saputra. Mereka sudah mengetahui posisi Ardiaz saat ini. Berada digedung atas, ruang kerjanya sendiri.

Herman bersandar di dinding. Mengganti perban yang ada dilengannya yang ia dapat dari pertarungan mereka melawan pembunuh bayaran barusan. Untung saja mereka sanggup menghabisi mereka semua dengan seni bela diri mereka dan menghemat peluru mereka.

Intan menyalakan senter yang ada dihelmnya, menerangi lengan Herman. Membantu nya menggantikan perban Herman dengan cepat.

CCTV bergerak saat melihat ada sedikit cahaya. Sekitar ada empat CCTV yang kini tengah merekam aktivitas regu Nathan.

Bunyi sirene yang nyaring mengejutkan mereka. Lampu ruangan yang awalnya gelap secara mendadak menyala begitu terang. Suara derapan kaki menuruni tangga begitu keras. Tanda-tanda jika mereka tengah dalam bahaya.

" Sepertinya mereka mengawasi kita melalui CCTV." Kata Nathan sambil mendongak, menatap CCTV yang tengah merekam mereka.

Nathan memberi kode kepada Intan untuk pergi lebih dahulu. Meninggalkan mereka yang akan menghadapi musuh. Intan menganggukan kepalanya. Dia yakin jika rekan-rekan nya tak mudah dikalahkan. Mereka pasukkan terpilih. Pasukkan yang tidak takut mati dalam situasi apapun.

Intan membuka salah satu pintu. Menaiki tangga yang ada di ruang tersebut dengan cepat.

Pasukkan khusus King Cobra kini mengarahkan senjata mereka menuju regu Nathan. Melihat hal tersebut membuat Regu Nathan harus menahan pergerakan mereka kali ini. Jika salah langkah, sudah dipastikan mereka akan mati. Manik hitam Nathan bergerak, mengintai. Mencari celah.

Dor! dari arah belakang mereka. Sebuah peluru melayang dengan mulus dan mengenai salah satu kepala musuh. Nathan langsung bergerak bersama dengan regunya, bersembunyi dibalik meja yang ada diruangan sebagai pelindung mereka.

Serangan dadakkan barusan membuat musuh semakin waspada. Mereka yakin jika regu Nathan tidak sendirian diruang ini. Ada regu lain yang mengawasi regu Nathan dan membantunya dari jarak jauh. Untuk mengetahui hal tersebut, salah satu dari mereka mulai bergerak mengelilingi sekitar.

Drone kecil yang baru saja dilepaskan oleh Aryan merekam pergerakkan musuh secara diam-diam. Aryan mengaktifkan alat komunikasi mereka. " Salah satu dari mereka mulai menjauh."

" Tunggu sampai mereka mengalihkan fokus mereka."

" Baik, kapten!."

Dret! Dret! Suara bising dialat komunikasi mereka membuat Jantung mereka berdetak dengan cepat. Apa musuh meretas?,pikirnya. Namun, perasaan lega muncul saat mendengar suara yang sangat dikenalnya. Teman seperjuangan waktu Sekolah Menengah Atas (SMA). " Kau sepertinya butuh bantuan." Sama seperti dulu, dia suka sekali mengejek Nathan.

" Kau semakin menyebalkan, Andika."

Andika Hermansyah, salah satu pasukkan khusus TNI-AD. Kopassus. Menjabat sebagai Perwira Pertama:Kapten. Regu yang dipimpin oleh Andika kini menampakkan diri mereka dari tempat persembunyian. Dengan cepat menembakkn peluru mereka tepat sasaran. Tidak ada peluru yang meleset sehingga beberapa musuh yang masih selamat ketakutan.

Dor! Dor! Dor! Regu Nathan membantu Regu Andika untuk memusnahkan musuh yang masih tersisa diruangan ini. Satria memeriksa apakah musuh pura-pura tewas atau tidak. Yakin jika musuh sudah tidak bergerak lagi, Regu Nathan dan Regu Andika menaiki tangga darurat dengan cepat.

Drone kecil milik Aryan memimpin mereka didepan. Memastikan jika situasi saat ini aman untuk mereka. Diruang selanjutnya, mereka malah disambut oleh mayat pasukkan King Cobra yang tergeletak tak bernyawa diatas lantai lorong.

" Bekas pertarungan." Kata Herman saat meneliti bekas luka yang ada di mayat tersebut.

" Sepertinya polisi yang disandra sempat menghadapi mereka. " Kata Satria memberikan pendapatnya. Mereka menganggukan kepala sebagai tanda jika mereka setuju dengan perkataan Satria.

" Ku dengar regu Fadjar akan bergabung dengan kita. Dimana mereka? " Tanya Nathan kepada Andika yang berada disampingnya saat ini.

Andika menatap Nathan. " Sebentar lagi, kita akan bertemu dengan regu Fadjar." Jawab Andika dengan senyuman penuh misteri. Membuat Nathan semakin dibuat penasaran.

Brigina, Wanita yang berada dalam regu Andika menunjuk kearah depan. Sebuah pintu rahasia. " Aku mendengar suara benda jatuh di dalam sana, kapten. " Lapor Brigina.

Mereka semua langsung mengarahkan senjata kearah pintu tersebut. Pintu yang berdekatan dengan lukisan gaya eropa yang ada didinding dekat pintu. Tanpa menyadari jika dua pria berseragam hitam bersiap di posisi mereka masing-masing. Mengarahkan moncong kearah seorang Alvar yang sedang berbicara dengan Herman. Nampak mendebatkan sesuatu dengan bisikkan. Mereka tengah menunggu perintah dari atasan mereka.

Trakk! Pistol berada dibelakang dua pria tersebut. Mereka berdua terdiam tak bisa bergerak. "Jatuhkan senjata kalian,sekarang!" nada suaranya begitu tegas penuh ancaman. Srekk! suara benda jatuh yang begitu nyaring membuat mereka menoleh kebelakang. Di sana, mereka melihat Intan yang tengah menodong pistol kekepala musuh.

" Kerja bagus, Intan." Puji Herman.

Intan hanya menanggapi pujian tersebut dengan senyuman singkat. Kedua pria itu menatap Andika dan Nathan yang berdiri tepat dihadapannya. " Apa yang tengah kalian rencanakan?." Tanya Andika.

Salah satu dari mereka meludahi wajah Andika. Melihat respon tak terduga, membuat Intan mengunci pergerakan dua pria tersebut dengan cepat. Andika menyeka wajahnya, menatap datar musuh dihadapannya. "Percuma!." Gumam Andika lalu menyuntikkan obat bius kepada mereka berdua.

Intan dan Brigina menyeret dua pria tersebut untuk memasuki pintu rahasia yang ditemuikan oleh Brigina. Memasukkan mereka kedalam ruang sempit tersebut dan menguncinya dari luar.

Setelah melewati tangga yang cukup banyak itu akhirnya mereka sampai kelantai atas. Tempat dimana Ardiaz berada.

Brak! Mendobrak pintu dengan kasar dan disambut hangat oleh pasukkan King Cobra serta Ardiaz yang tengah meminum Miras. Tak jauh dari tempat Ardiaz, Dokter Rizki berdiri dibelakang dengan seringaian liciknya.

" Aku akan membawa dokter itu kepenjara secepatnya." Kesal Intan.

Rizki tertawa mendengar perkataan Intan barusan. " Apa aku harus menghadapinya?." Tanya Rizki kepada Ardiaz yang sudah menghabiskan minumnnya. Memecahkan botol minum yang ada digenggamannya dan menyerahkannya kepada Rizki. "Keluarkan organ mereka untuk kita jual." Perintah Ardiaz tegas,kilatan tatapannya saat ini begitu menakutkan.

Rizki kembali tertawa." Tentu." Jawab Rizki.

Kini regu Andika dan regu Nathan harus menghadapi Pasukkan King Cobra, Dokter Rizki dan juga pemimpin mereka, Ardiaz Saputra.

***

Seorang wanita yang menyaksikan kejadian barusan dari layar nya hanya tertawa meremehkan.

" Dasar pasukkan bodoh, mana bisa kalian membunuh mereka... " Kata Aini, lalu ia menatap Rizki yang tengah menghadapi Intan.

"...dan juga, kalian terlalu meremehkan dokter kepercayaan tuan Ardiaz." Lanjutnya.

Next chapter