Sekarang sudah waktunya istirahat. Seseorang baru saja keluar dari dalam kelasnya, padahal waktu istirahat sudah tiba sejak 7 menit yang lalu.
Orang itu melangkahkan kakinya menuju ke suatu tempat, dirinya ingin menenangkan pikirannya yang sudah dipenuhi oleh berbagai pikiran. Orang yang sekarang tengah berjalan adalah Peyvitta.
Saat Peyvitta tengah berjalan dengan langkah yang mungkin berbeda dari biasanya, ada seseorang tengah memperhatikan setiap langkah yang Peyvitta lakukan.
Orang itu merasa ada sesuatu yang aneh dengan sikap Peyvitta yang sekarang. Dalam pandangannya, dia merasa kalau sikap Peyvitta sedikit berbeda dari biasanya.
Saat baru melihat cara Peyvitta berjalan saja dirinya sudah tahu kalau ada sesuatu yang berbeda dengan Peyvitta, karena dia bukan baru 1 atau 2 hari mengenal Peyvitta.
Sekarang Peyvitta berjalan keluar dari kelasnya bukan untuk menuju ke arah Kantin, tapi menuju ke tempat yang sekiranya tidak sedang di tempati banyak orang.
Peyvitta terus melewati berbagai kelas dan juga beberapa orang yang tengah asyik bersama. Saat Peyvitta tengah melangkahkan kakinya, Peyvitta melihat ada seseorang yang tengah duduk di depan kelasnya sendirian.
Orang itu tidak berkumpul bersama dengan siswa-siswa yang lainnya. Orang itu benar-benar sedang duduk sendirian dengan tatapan yang setengah terlihat kosong.
Peyvitta terus memperhatikan orang itu dan kebetulan tempat tujuannya melewati koridor ini. Jadi, dirinya bisa terus memperhatikan gadis itu.
Memperhatikan gadis itu, membuat Peyvitta kembali membayangkan kalau kemungkinan dirinya juga akan seperti itu atau bahkan selalu seperti itu.
Peyvitta pikir hanya dirinya yang tidak mempunyai teman, tapi ternyata ada orang lain yang sama dengan dirinya, yaitu tidak mempunyai teman.
Dengan seketika Peyvitta terdiam.
Saat dirinya baru saja berpikir kalau ada orang lain yang sama tidak memiliki teman, ternyata pemikiran yang baru saja muncul di otaknya adalah sebuah pemikiran yang salah.
Ada beberapa siswi yang berjalan menghampiri gadis yang semula sedang membaca buku sendirian di depan kelasnya.
Mereka menghampiri gadis itu dan kemudian mereka melangkahkan kakinya bersama dengan gadis yang semula sedang duduk sendirian.
Peyvitta tersenyum kecil saat melihat gadis itu yang sekarang tengah berjalan, bahkan tengah berbincang akrab dengan orang yang baru saja menghampiri dirinya.
Senyuman yang sudah Peyvitta ukirkan barusan adalah senyuman yang palsu. Senyuman palsu itu terbentuk, karena ternyata apa yang sudah dirinya duga salah.
Dirinya yang semula mengira kalau ada orang lain yang sama seperti dirinya, yaitu sendiri di tengah keramaian, ternyata salah.
Peyvitta terus melangkahkan kakinya semakin menjauh dari arah kelasnya. Peyvitta mencoba untuk melupakan pemikiran yang baru saja muncul di pikirannya.
*****
Peyvitta sekarang tengah berdiri di Rooftop sambil memperhatikan jalanan yang sesekali beralih menjadi memperhatikan langit. Peyvitta tengah membayangkan berbagai kejadian yang sedang dia alami.
Cepat atau lambat Peyvitta pasti akan dihadapkan di dua pilihan.
Peyvitta nanti pada akhirnya harus memilih, apakah dirinya harus menahan Devian agar terus bersama dengannya atau membiarkan Devian menuruti keinginan Ayahnya untuk pindah ke Australia.
Kedua pilihan ini terasa begitu berat untuk Peyvitta. Di satu sisi, Peyvitta ingin terus bersama dengan Devian, tapi di satu sisi juga Peyvitta memikirkan masa depan Devian.
Peyvitta memikirkan bagaimana hubungan Devian dan keluarganya ke depannya kalau sampai mereka tahu bahwa alasan yang membuat Devian tidak menuruti keinginan mereka adalah dirinya.
Posisinya Peyvitta tidak mau membuat Devian menjadi mempunyai hubungan yang buruk dengan keluarganya, karena sampai kapan pun yang namanya hubungan keluarga itu harus tetap berjalan baik.
Peyvitta tidak mau menjadi perusak hubungan keluarga orang, karena Peyvitta tahu bagaimana rasanya jauh atau diasingkan sama yang namanya keluarga.
Alasannya cukup simple, karena dirinya sudah merasakan bagaimana rasanya tidak dianggap sama keluarga, diabaikan oleh keluarga, dan juga disakiti oleh yang namanya keluarga.
Peyvitta sudah tahu bagaimana rasanya, karena Peyvitta sudah mengalaminya, dan Peyvitta tidak mau kalau Devian harus mengalami hal itu.
Seseorang tengah memperhatikan Peyvitta dari sudut Rooftop yang berbeda. Orang itu sedari tadi mengikuti Peyvitta sampai akhirnya Peyvitta tengah diam dan melamun di Rooftop ini juga orang itu masih memperhatikan Peyvitta.
"Kenapa gue harus berada di posisi yang seperti ini?" tanya Peyvitta. Peyvitta bertanya kepada dirinya sendiri.
Saat mendengar kalimat tanya yang baru saja keluar dari mulut Peyvitta, membuat orang itu yakin kalau Peyvitta memang tidak sedang baik-baik saja.
"Gue gak mau kalau gue harus kembali sendiri," ucap Peyvitta lagi.
Peyvitta bersuara hanya dengan nada yang wajar, Peyvitta tidak sampai berteriak, karena tujuannya hanya bertanya kepada diri sendiri, tapi tidak ingin melalui hati.
Hati Peyvitta sepertinya sudah kembali hancur. Jadi, akan sangat sulit jika dirinya bertanya melalui hati, karena pertanyaannya pasti akan berpencar atau dengan kata lain tidak mengumpul di satu titik.
Ada sebuah kebingungan dalam diri orang itu saat mendengar eyvitta mengatakan kalau dirinya tidak ingin kembali merasakan sendiri memangnya ada apa? Apa yang sudah terjadi? Sehingga membuat Peyvitta menjadi seperti ini.
Orang itu memang curiga kalau Peyvitta sedang kenapa-kenapa, tapi orang itu tidak tahu alasan yang membuat Peyvitta seperti ini itu karena hal apa.
Peyvitta menangkup kedua pipinya dengan kedua tangannya, tapi tak lama kemudian Peyvitta menghempaskan kedua tangannya dari wajahnya.
"Argh!"
"Lo kenapa?" tanya orang itu.
Peyvitta merasa sedikit kaget saat mendengar ada suara orang. Peyvitta kaget saat mendengar pertanyaan itu, karena sebelumnya Peyvitta tidak menyadari kalau ada orang yang berada tak jauh dari tempatnya berada.
Suara itu sangat tidak asing di telinganya, Peyvitta melirik ke arah suara itu berasal. Peyvitta melihat seseorang yang tengah berjalan mendekat ke arahnya.
Dugaan Peyvitta benar. Peyvitta kenal sama pemilik suara itu. Orang itu terus melangkahkan kakinya mendekat ke arah Peyvitta.
"Lo kenapa? Apa yang sudah terjadi?" tanya orang itu sambil memperhatikan detail wajah Peyvitta.
Peyvitta terdiam setelah dirinya mendengar kalimat yang sudah orang itu tanyakan. Peyvitta kesulitan untuk menjawab. Peyvitta bingung mau menjawab pertanyaan orang itu dengan jawaban yang seperti apa.
Rasanya tidak mungkin kalau Peyvitta mengatakan apa yang sudah terjadi sebenarnya. Kenapa tidak mungkin?
Peyvitta tidak mungkin mengatakan kalau dirinya seperti ini, karena dirinya mengetahui kalau Devian akan pindah ke Australia.
Alasan yang membuat Peyvitta tidak mungkin memberitahu orang itu mengenai hal ini adalah karena Devian sendiri belum tahu kalau Peyvitta tahu tentang ini, masa iya dirinya harus memberitahu orang lain tentang hal ini?
Sangat tidak mungkin bagi Peyvitta, jika dirinya harus memberitahu orang lain tentang permasalahan yang Devian hadapi, sedangkan Devian sendiri belum menceritakan hal ini.
Pada akhirnya Peyvitta memilih untuk menggelengkan kepalanya. "Gue gak papa kok," jawab Peyvitta.
Peyvitta terpaksa berbohong, karena Peyvitta tidak mau menceritakan cerita yang pemiliknya saja belum menceritakannya. Peyvitta tidak mau memberitahukan hal yang pemiliknya sendiri belum ingin memberitahukannya.
Jangankan memberitahukan hal itu kepada orang lain, kepada dirinya yang sudah bukan orang lain saja orang itu belum melakukannya.
Orang itu tidak percaya kalau Peyvitta sedang tidak kenapa-kenapa, karena dirinya merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Peyvitta.