webnovel

-39- Klarifikasi

Siska memasuki halaman rumah tersebut dengan hati yang cukup berat. Rumah ini sangat lekat dengan kenangan antara dirinya dengan Afka,laki-laki yang sedang ia lupakan.

Dia meletakkan keranjang kue bawaannya di meja dekat sana lalu mulai melepaskan sepatunya. Saat dirinya tengah berjongkok dan melepaskan sepatu,sebuah kursi roda berada tepat di depannya. Siska mendongak,menatap gadis cantik yang sedang tersenyum lekat kepadanya.

"Kak Siska?! Udah lama banget gak kesini? Ih,aku kangen banget!"kata gadis itu kegirangan.

Siska meletakkan sepatunya lalu memeluk gadis yang menyambutnya dengan riang,"apa kabar Clara?"

Clara mengangguk dengan semangat. Gadis dengan kondisi kurang yang kurang beruntung di depannya bahkan bisa tersenyum seceria itu sedangkan Siska malah terlihat murung dan tak bersemangat sama sekali. Melihat wajah ceria Clara membuat Siska sedikit tertampar.

"Aku bawain kamu kue strawberry,"Siska mengambil kue yang ia bawa di meja lalu memberikannya kepada Clara.

"Semua orang datang dengan sesuatu hal seakan-akan sedang menjenguk orang sakit,"Clara tersenyum kecut. Tetapi itu tak berlangsung lama hingga dia menarik tangan Siska dan mencoba membawanya ke ruang keluarga.

Hal yang sangat tidak ia harapkan terjadi. Dia datang saat Afka juga sedang berada di sana. Ini mengingatkan dirinya pada masa lalu yang sangat indah itu. Masa lalu yang harus Siska lupakan demi sahabatnya.

"Lo di sini juga ternyata,"kata Siska.

Gadis itu duduk di sebelah Afka yang terlihat sangat santai tanpa rasa canggung sedikitpun. Bahkan laki-laki itu tak meliriknya sedikitpun.

Clara menghampiri keduanya. Hari ini tak ada Stefy di sana,gadis itu sedang sekolah seperti biasanya. Sedangkan anak kelas 12 mendapat jatah libur sekali setelah event kemarin.

"Bang Afka,Kak Siska bawa kue loh. Mau?"tanya Clara.

Afka tersenyum lalu mengangguk. "Potong dulu sana sama Siska,"

Siska merasa lega,ternyata Afka benar-benar biasa saja kepadanya. Dia jadi meragukan ucapan Kristal malam itu.

Siska dan Clara menuju dapur mereka sibuk dengan kue nya yang Siska bawa. Sedangkan Afka,dia sibuk dengan Ghirel yang tiba-tiba menelfonnya.

"Kenapa sayang?"tanya Afka dengan suara beratnya.

"Nanti sore jemput aku jam berapa?"

Afka berpikir sejenak,"sekitar jam 4 nanti aku jemput kamu di Cafe. Kamu lagi kerja kan?"

"Iya,yaudah oke aku tunggu yaa!"

Panggilan diakhiri oleh Ghirel. Setelah insiden di apartemen kemarin,Afka akhirnya terus terang soal Clara dan berniat mempertemukan keduanya meskipun dengan sangat berat hati.

Siska dan Clara datang. Dia duduk di sebelah Afka dengan nyaman. Sekarang gadis itu sudah tidak merasa canggung lagi.

"Lo udah ngasih penjelasan ke Ghirel tentang Gerald?"tanya Siska sambil melahap kuenya.

"Nanti sore bakal gue jelasin semuanya. Gue harap dia percaya sama gue Sis,"jawab Afka.

Clara menatap keduanya dengan bingung. Afka belum memberi tau perihal ini kepada gadis kecil itu.

"Ada apa?"tanya Clara dengan mata menelisik.

"Ghirel hampir di perkosa Gerald kemarin,"jawab Afka dengan tangan terkepal. Sejujurnya dia belum puas memukuli Gerald sampai segitu saja.

"Seriusan? Astaga... pasti dia trauma banget deh."kata Clara sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Afka tiba-tiba mendapat ide dari akal liciknya,"ini kesempatan gue buat bawa dia ke sana."

***

Sesuai rencana Afka menjemput Ghirel di Cafe Manshionsa tempat gadis itu bekerja. Ghirel hanya duduk diam di sepanjang perjalanan. Gadis itu merasa sangat cemburu dengan gadis yang bernama Clara. Sepertinya Afka sangat menyayangi Clara hingga laki-laki itu menyebut namanya secara tak sadar.

Wanita dengan rasa cemburunya tidak bisa di pisahkan.

"Kamu gak papa?"tanya Afka menyadari Ghirel hanya diam dengan tatapan lurus ke depan.

Ghirel melirik Afka dengan sebuah senyuman. "Gak papa."

"Tapi kamu keliatannya gak baik-baik aja,"kata Afka.

Ghirel menghela nafasnya berat. "Kalaupun aku bilang aku cemburu,kamu juga gak bisa berbuat apa-apa kan? Itulah kenapa aku milih diam daripada tambah sakit hati karena melihat kamu lebih memilihnya."

Afka langsung mati kutu tak bisa berkata-kata lagi. Yang Ghirel katakan sepenuhnya benar,dia tak bisa berbuat apa-apa untuk gadis itu karena tak mungkin Afka akan meninggalkan Clara begitu saja.

"Aku mau jelasin tentang Gerald,"Afka mengubah topik pembicaraannya berharap Ghirel tertarik dengan hal ini. Sejujurnya Afka lebih suka Ghirel marah kepadanya daripada diam seperti ini. Sepertinya gadis itu sangat kecewa kepada Afka.

"Tinggal jelasin,aku dengerin."kata Ghirel dengan nada dingin. Tak ada nada mendayu manja yang keluar dari bibir gadis itu.

"Cewek yang Gerald maksud itu Kristal,"

Ghirel melotot,dia menatap tajam kepada Afka dengan pikiran yang sangat negatif.

"Sumpah aku gak ngapa-ngapain dia!"Afka segera mengelak setelah menyadari Ghirel yang menatapnya sangat sinis.

Laki-laki itu berdeham sebelum melanjutkan ucapannya. "Waktu itu aku ikut Gerald minum sampai gak sadar. Pas aku bangun Kristal udah di sebelah aku tanpa pakaian satupun. Dia nangis-nangis bilang ke Gerald kalau dia diperkosa sama aku. Jadi Kristal minta pertanggung jawaban dari aku. Mau gak mau aku masih bertahan sampai sekarang sama dia bahkan sampai mau dijodohkan,"

"Kamu gak sadar,bisa jadi kamu benar-benar memperkosa dia Afka!"

Afka menggeleng cepat. Dia sangat yakin tidak melakukan apapun terhadap Kristal.

"Aku gak mungkin berbuat sebejat itu, kamu harus percaya sama aku."Afka berusaha meyakinkan Ghirel.

"Gimana aku bisa yakin kalau gak ada bukti yang bisa kamu kasih?"tanya Ghirel.

Afka menggenggam kuat stir mobilnya. Ada,ada seorang saksi di sana. Tapi dia tidak bisa mengatakan apapun demi orang tersebut.

***

Keduanya telah sampai di tujuan. Ada seorang gadis cantik yang sedang tertawa di atas kursi rodanya. Ghirel terperangah melihatnya. Di sebelah gadis itu ada seseorang yang ia kenal. Ada Stefy yang sedang melambaikan tangannya kepada Afka dengan antusias.

Ghirel tertegun melihat senyum ceria keduanya. Dia merasa sangat tertampar melihatnya. Tak seharusnya Ghirel cemburu dengan gadis itu. Harusnya dia menangis dan berdoa kepada Allah karena merasa sangat bersyukur akan kelengkapan fisiknya.

Dengan gugup dan rasa bersalah,Ghirel mendatangi Clara.

Gadis itu sedikit tertawa,"kakak gak usah cemburu,aku bukan tipe Bang Afka kok!"

Ghirel merasa malu. "Habisnya dia buaya banget sih!"

"Dari sekian banyaknya pacar aku,kamu malah cemburu sama Clara. Aneh banget,"oceh Afka.

Ghirel mencubit perut datar milik Afka,"abisnya Clara spesial banget kayaknya."

Clara tertawa. Gadis itu benar-benar terlihat sangat ceria,"gak papa yang penting Abang Afka sayangnya cuman sama Kak Jie!"

"Tuh dengerin!"sindir Afka. Ghirel hanya menatap sinis kepada laki-laki itu.

"Kamu Stefy kan? Kita baru sempat kenalan sekarang. Aku Ghirel,"Ghirel mengulurkan tangannya kepada Stefy.

Stefy langsung membalas tangan tersebut tanpa lama. Dia terperangah dengan kecantikan Ghirel yang sangat natural. Apalagi senyuman manisnya membuat Stefy merasa memang harus mundur untuk mengejar Afka. Saingannya terlalu berat.

"Aku Stefy! Pantesan Kak Afka tergila-gila sama Kak Jie ternyata kakak emang secantik itu,"puji Stefy.

Ghirel tersenyum gugup. Baru ada yang memujinya cantik. Selama ini Ghirel sangat jarang bergaul dengan anak-anak lain sehingga ia terus jalan menunduk kemanapun.

Ghirel gantian mengulurkan tangannya kepada Clara,"Hai gadis manis,nama aku Ghirel."

"Hai Kakak Princess,nama aku Clara."balas Clara mengenalkan diri.

"Kakak Princess?"tanya Ghirel ragu.

"Iya,Abang selalu nyebut Kak Jie itu Princess."jawab Clara.

Melihat ekspresi aneh yang ditunjukkan Ghirel,Clara melirik Afka yang sedang memelototinya. Sepertinya ada sesuatu yang salah di sini.

Clara bertanya kepada Afka tanpa suara, "belum ingat?"

Afka mengangguk dengan tatapan frustasi. Melihat itu Clara langsung menepuk jidadnya sendiri.

"Aku jadi ingat teman kecilku dulu, dia selalu memanggil aku dengan sebutan Princess."

Next chapter